Lalu Kabayan jatuh terpental ke tanah. Tidak lama kemudian dia kembali bangun.
“Sahabat-sahabatku, janganlah kalian berbuat kasar seperti ini. Bukankah kita bersahabat sudah cukup lama? Jangan karena untuk menutupi ketidakjujuran, kalian rela memutuskan tali persahabatan kita.” pinta Kabayan.
“Sudah jangan banyak bicara! Jangan ikut campur dengan urusan kita! Kamu lebih baik pergi dari sini! Ini bukan urusanmu.” bentak Desi.
“Ya Allah, jangan begitu Des! Kamu ini perempuan. Tidak sepantasnya kamu berbicara dengan nada kasar seperti itu.”
Tidak lama kemudian, datanglah Pak Iwan. Pak Iwan adalah wali kelas mereka.
“Ada apa ini ribut-ribut?” tanya Pak Iwan penuh kaget.
“Ini Pak, Kabayan mengganggu kita. Kita sedang ngobrol-ngobrol lalu tiba-tiba Kabayan datang mengganggu dan menuduh.”
“Mengganggu bagaimana maksudnya? Menuduh apa?” tanya Pak Iwan dengan penuh rasa bingung.
“Kabayan menuduh kita mengambil barang-barang di Kantin Kejujuran tanpa membayar, Pak.”
“Astagfirullah, tidak Pak. Demi Allah saya tidak menuduh seperti itu. Mereka benar-benar mengambil barang-barang itu tanpa membayar, Pak.” jelas Kabayan.
“Bohong! Kabayan bohong Pak! Teriak Ujang.