Pada daerah Jakarta Timur, kami menemukan sebuah permasalahan sosial yang cukup menarik perhatian, yaitu banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar trotoar dan pinggir jalan. Maraknya pedagang kaki lima di Jakarta Timur ini pastinya memiliki banyak faktor, salah satunya merupakan kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan yang mendorong orang orang untuk membuka usaha, namun tidak memiliki modal yang besar sehingga akhirnya menjadi pedagang kaki lima.Â
Beberapa argumen yang sudah ada tentang PKL, terbukti dalam wawancara yang penulis lakukan pada hari Senin, 28 Agustus 2023 kepada salah satu PKL yang ada di Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur Wanita yang berusia 39 tahun ini sudah berjualan sejak 1,5 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2021.
"Saya jualan dari jam setengah 2 siang, kadang sampe jam 12 malam"
"Pendapatan nya naik turun dan gak stabil banget sih, udah 2 minggu ini lagi turun"
Pada kasus ini, kemiskinan menjadi gejala sosial yang membuat timbulnya suatu masalah sosial yaitu maraknya PKL. Kemiskinan yang terjadi di sebagian masyarakat membuat mereka tidak memiliki pilihan lain. Keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki pun membuat lapangan kerja formal bagi mereka terbatas.
Pedagang pedagang tersebut awalnya tidak memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, namun seiring berjalannya waktu masalah ini semakin marak dan semakin banyak orang yang membuka usaha seperti ini sehingga beberapa masyarakat merasa terganggu. Permasalahan maraknya Pedagang Kaki Lima (PKL) di perkotaan, khususnya di Jakarta Timur, tentunya memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat. Dampak ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dampak positif dan dampak negatif.Â
Dampak Positif yang terjadi adalah :Â
Meningkatnya Ketersediaan Barang dan Jasa
Kehadiran PKL tentu memberikan dampak bagi ketersediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Para PKL juga menawarkan berbagai kebutuhan baik makanan, minuman, pakaian, dsb.Â
Harga TerjangkauÂ
Harga yang dipatok oleh para PKL juga cenderung lebih murah dibandingkan dengan toko-toko besar. Hal ini memungkinkan semua lapisan masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.