Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Kuliner] Bang Gobang dan Rokayah

6 Juni 2016   12:20 Diperbarui: 11 Juni 2016   03:24 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Fiksiana Comunity

[caption caption="Sumber: fiksiana comunity"][/caption]

Peserta no 2

Sinar mentari dari ufuk timur sudah mulai meninggi. Wanita muda, cantik berkulit putih dan tubuh sintal seorang janda muda dari tuan demang belanda itu bernama Rokayah. Ia berjalan cepat sambil menggendong bakul berisi pakaian kotor di samping pinggangnya. Menuju kali tidak jauh dari rumahnya. Rupanya Rokayah ingin mencuci pakaian yang sudah beberapa hari menumpuk.

"Mau kemana, Mpok?" tanya wanita paruh baya, kebetulan berpapasan dengannya.

"Eh, ini biasa, mau nyuci!" Rokayah menjawab sambil sunggingkan senyum.

Tampa di sadari Rokayah, sepasang mata lelaki sedang mengawasinya dari balik pohon kelapa. Lelaki itu berpakaian merah dengan ikat pinggang terselip sebilah golok dan lelaki itu mengenakan kopiah berwarna hitam. Kumisnya lebat rapi, perawakannya atletis. Lelaki itu adalah pendekar Betawi yang disegani dan paling dicari oleh Kompeni dan antek-anteknya.

Bang Gobang, Pendekar berjuluk macan betawi itu tersenyum memandang kecantikan Rokayah. Dari balik pohon kelapa dia bergumam, "Gile, kenape aye jadi suka sama Rokayah. Baru pertama kali, aye merasakan ada getar-getar dedemenan pade Rokayah. Apakah ini yang dinamai cinte!"

Rokayah mulai mendekati sisi kali sodong. Dihamparkannya pakaian kotor itu lalu dicelupkan kedalan air kali yang mengalir cukup deras. Dan Rokayah pun mulai menyikat pakaian itu.

Bang Gobang mendekati. Ia menyelinap dari pohon satu ke pohon lainnya untuk memandang kecantikan janda Rokayah lebih dekat lagi. Rupanya Bang Gobang tidak berani menyapa, dia hanya melihat kecantikan Rokayah dari kejauhan.

"Suatu saat, aye akan duduk di samping, Neng Rokayah, he ... he ... he ...." Bang Gobang berhayal.

Sejam sudah Rokayah menyuci di pinggir kali sodong. Sejam pula Bang Gobang memandang keindahan wajah Rokayah meskipun dari kejauhan. Terbesit di dalam hati untuk menyapa dan bisa mengobrol untuk mencurahkan hatinya. "Aye harus nekat mendekati Neng Rokayah!" batinnya sambil mengelus-ngelus kumis.

Jantung Bang Gobang berdetak hebat ketika Rokayah beranjak dari tempatnya menyuci. Ia kembali membawa bakul berisi pakaian itu di pinggangnya yang sudah berisi pakaian bersih. Tampak berat, karena berisi pakaian basah. Tidak seperti pertama sebelum di cuci terasa ringan karena berisi pakaian kering. Moment inilah, terbesit di hati Bang Gobang untuk beralasan agar bisa mendekati Rokayah.

Setelah beberapa jarak, Bang Gobang pun keluar dari mencalangnya lalu mendekati Rokayah. Tentu membuat Rokayah terkejut ketika Bang Gobang berada di hadapannya.

Sambil senyum Bang Gobang berkata, "Hai ... boleh abang temenin?!"

Ditanya begitu, Rokayah melebarkan mata nanap dan balik bertanya, "Siapa Abang?" tanya Rokayah, ia merasa risih dihadapan lelaki yang belum dikenalnya. "Abang pasti mau berbuat jahat sama aye?!"

Bang Gobang kembali lebarkan senyum. Tampak giginya berwarna putih. Tak ada sisa makanan pun yang menyelip di sela-selanya. Meskipun bertampang garang, bila tersenyum tampak ketampanan dan berwibawa dilihat Rokayah.

"Maaf sebelumnye, aye mengejutkan, Mpok. Bukan maksudnye begitu. Aye hanya ingin menyapa Mpok aje, Bolehkan?" jawab Bang Gobang berusaha dengan nada santai.

"Terus, Abang siape?" tanya Rokayah kembali. "Jangan coba-coba berbuat jahat sama aye, Bang. Aye mantan istri Tuan Demang nyang terkenal kejam!" Rokayah sedikit mengancam.

"Aye tahu, Mpok!" seru Bang Gobang. "Aye adalah Gobang, Mpok. Nama aye Gobang."

Mendengar nama Gobang, Rokayah tersentak. Rupanya lelaki yang berada di hadapanya adalah seorang buronan nomer wahid yang dicari Kompeni. Terutama oleh mantan suaminya sendiri, Tuan Demang.

Karena merasa tersakiti oleh Tuan Demang, Rokayah merasa terinjak-injak harga dirinya sebagai wanita pribumi. Dia merasa menghianati bangsanya sendiri jika memberitahukan keberadaan Bang Gobang di depannya. Lantas, Rokayah berdiam sejenak. Ia berpikir, toh buronan di depannya ini adalah pemuda gagah dan tampan serta pemberani membela tanah kelahirannya yaitu Betawi. Maka Rokayah menjadi simpatik kepada Bang Gobang.

"Abang akan ketangkap jika ketahuan berada di mari!" kata Rokayah dengan nada lembut sambil menoleh sekeliling, takut-takut ada yang melihatnya, terutama mata-mata kompeni.

"Abang tidak takut!" jawab Bang Gobang.

"Lalu ada ape Abang nemuin aye dimari?"

Bang Gobang jadi serba-salah ketika Rokayah bertanya demikian. Ada perasaan ingin mengungkapkan perasaan cinta kepada wanita berstatus janda itu. Tapi bibir terasa keluh. Apalagi indahnya sinar mentari menjelang siang sangat silau, menyilaukan wajah Rokayah yang cantik nan rupawan sebagai wanita pribumi. Bang Rojali memandang jauh kesamping tak berani menatap wajahnya. Tapi saat inilah waktu yang tepat untuk mengagakan apa yang ada di hatinya. Rasa cintanya.

"Bang, kenapa Abang palingkan wajah!" berkata Rokayah. "Aku tidak akan memberitahukan Abang kok, kepada kompeni. Bahkan aye akan membela Abang!"

"Bukan itu aye nemuin Mpok dimari!" jawab Bang Gobang.

"Lalu apa, Bang?"

"Aye ... aye ... aye cinta Mpok!"

Berdesirlah hati Rokayah mendengar itu. Baru saja jadi janda sudah ada lagi yang ingin memikatnya. Lebih-lebih yang meyatakan cinta itu adalah dari seorang musuh besar mantan suaminya. 

Rokayah hanya menundukan wajah. Sedangkan Bang Gobang memandang jauh kedepan. Tak ada perkataan sejenak. Lalu Bang Gobang menoleh kearah Rokayah dan berkata.

"Bagaimana kalau kite bicarakan ini di warung Bang Somad, sambi menikmati asinan betawi, asinan suku kite."

"Tapi bagaimana jika ada yang melihat kite, Bang." sergah Rokayah, "ini akan menjadi fitneh, tentu akan membahayakan Abang!"

"Tenang aja Mpok," jawab Bang Gobang. "Eh Mpok, di sana ada kedai makanan khas betawi, bagaimanale jika kite nih, ngobrol di sane!" Bang Gobang menunjuk kearah kedai makanan bertuliskan 'Masakan Khas Kite' makasudnya masakan betawi yang dikelola oleh putra betawi sendiri bernama Bang Jali.

Rokayah menganggukan dan tebar senyum, namun sebelumnya ia menoleh berkeliling takut-takut ada yang melihatnya. Lalu mereka pun melangkahkan kaki menuju kedai itu yang tak jauh dari mereka berdiri.

Kedai itu tampak bersih dengan khas ornamen rumah yang hanya terbuat dari palang kayu dan susunan papan itu. Banyak menu makanan yang di sediakan seperti.

-Jengkol Kering Pedas

-Nasi Uduk

-Nasi Ulam

-Gado-gado

-Kue Talam

-dan Soto Betawi

Kedai pun sudah dekat. Tampak dari kejauhan beberapa lelaki sedang duduk mengitar di meja makan kedai. Berwajah garang dan berpakaian serba hitam. Mereka asik sedang menikmati makanan yang terbuat sayur-sayuran matang yang dilumuri sambal kacang. Makanan itu adalah gado-gado.

Bang Gobang masuk mencoba tebar senyum kepada beberapa lelaki garang itu. Tapi hanya di sambut dengan memasang wajah kecut dan nyinyir. Bang Gobang tak perduli, ia segera duduk di bangku paling pojok. Rokayah pun demikian, ia duduk berhadapan dengan Bang Gobang di meja berbentuk bundar terbuat dari batang pohon yang dibentuk sedemikian rupa sehinga menjadi meja bulat dengan guratan pohon tersebut.

Lelaki tua dengan kain di kalungkan di leher dan kaos putih serta mengenakan ikat pinggang lebar dan bercelana di atas kata kaki itu menghampiri Bang Gobang dan Rokayah.

"Mau pesan ape, Bang, Mpok." kata lelaki itu menawarkan. "Selamat datang di warung aye, Bang." Lalu lelaki itu menyodorkan secarik kertas berisi menu makanan yang ia jajahkan.

Bang Gobang melirik Rokayah lalu menawarkan, "Mau makan apa, Mpok?" 

"Soto, Bang!"

"Em ... abag juga." Bang Gobang mengulurkan kembali carik kertas menu itu kepada pemilik kedai. "Soto Betawi dua mangkok. Nasinya juga ye!"

Pemilik kedai itu kembali ketempat semula untuk menyiapkan soto betawi.

Pemilik kedai itu pun mulai meracik bahan-bahan untuk membuat soto betawi.

Bahan yang siapkan;

*.3 lembar daun jeruk

*.Garam, gula secukupnya

*.2 Buah tomat ukuran sedang

*.1 ruas lengkuas

*.1 Batang sereh, memarkan

*.Jeruk nipis secukupnya

*.1 batang daun bawang, iris kecil-kecil

*.3 Butir telur rebus*.3 Buah kentang rebus*.500 gram daging sapi

*.Bawang goreng secukupnya

*.santan kelapa hasil dari 1/2 butir kelapaBumbu dihaluskan

*.1 cm kunyit, bakar sebentar agar harum

*.5 buah kemiri*.5 siung bawang merah

*.1 cm jahe

*.3 siung bawang putih

Cara membuat soto betawi enak

1.Rebus daging sapi hingga empuk, kemudian potong dadu kalau bisa. Jangan buang kaldunya.

2.Tumis bumbu yang di haluskan hingga beraroma harum, lalu masukkan daging yang sudah dipotong-potong, aduk hingga merata.

3.Tambahkan daun jeruk, lengkuas, serai, garam dan gula. Kemudian masukkan semua bahan tersebut mulai dari tumisan hingga daging ke dalam kaldu rebusan daging.

4.Tambahkan santan dan aduk hingga merata. Masak hingga daging terasa empuk dan kuahnya mulai menyusut.

5.Cara penyajiannya: Sediakan sebuah mangkok dan isikan irisan telur rebus, irisan kentang rebus, irisan tomat. Tambahkan daging dan kuah soto, lalu taburi dengan daun bawang, bawang merah goreng.

Jadilah menu soto betawi, kemudian pemilik kedai itu menghidangkan tepat di depan Bang Gobang dan Rokayah. Tampak asap melambung tinggi dari mangkok berisi sop betawi itu. Bang Gobang meleletkan lidah lalu menyapunya kekanan dan kekiri. Tampak keluar sedikit buliran liur mengalir dari sela-sela rongga mulutnya... "Nyem ... nyem ... nyem ...."

"Minumannya apa, Bang?" tiba-tiba pemilik kedai berkata membuyarkan takjub nikmat Bang Gobang atas soto betawi itu.

"Bir Pletok!" jawab Bang Gobang cepat. Rokayah jadi tertawa melihat wajah Bang Gobang saat mengatakan "Bir Pletok" karena sedikit muncrat air liurnya hingga ke meja. Rokayah buru-buru membersihkan dengan sapu tangan sambil berkata, "Abang jorok ih ... xixixi ..."

Sontak Bang Gobang memerah wajahnya menahan malu. "He ... he ... he ...."

"Ya sudah, aye kembali untuk nyiapin tuh minuman bir pletok," pungkas pemilik kedai yang bernama Bang Jali itu.

Bir pletok adalah salah satu minuman khas Betawi. Embel-embel bir pada minuman ini bukan berarti mengandung alkohol. Bir pletok justru merupakan minuman kebugaran dari rempah alami yang memiliki beragam khasiat. Salah satunya, bisa mengatasi masalah sulit tidur alias insomnia. Orang Betawi juga gemar minum bir lho. Tapi jangan salah, bir yang satu ini terbuat dari rempah-rempah yang aman untuk dikonsumsi. Pada acara-acara adat Betawi, biasanya bir pletok disajikan bersama dengan camilan-camilan khas Betawi lainnya. Bir ini terbuat dari rempah-rempah seperti jahe merah, kayu angin, kayu manis, serai, kapulaga, dan sebagainya. Minuman ini memiliki sensasi hangat ketika diminum dan cocok diminum dimalam hari atau pada saat udara dingin.

"Bang kaga mabok apa, siang-siang minum bir?" yang berucap Rokayah. Tampak bibirnya yang merah karena tersiram kuat soto betawi.

"Gak lah Mpok. Bir itu istilah doang, sebenarnya tidak membuat mabuk, justru bagus untuk kesehatan." menjawab Bang Gobang.

Setelah Bang Gobang menjawab begitu, lamat-lamat terdengat suara klenengan bel kecil yang dimainkan oleh seseorang. Bang Gobang melirik kearah di mana suara itu berasal. Ternyata suara itu seorang pedagang es Doger pikul. Pedagang itu terlihat sangat ringkih. Kulitnya sudah keriput termakan usia. Royani melihat itu, merasa iba lalu berkata kepada Bang Gobang, 

"Bang, kayenye enak tuh es doger!"

Bang Gobang menjawab, "Emang Mpok mau?"

Sebelum Royani mengangguk, Bang Gobang sudah melambaikan tangannya memangil pedagang es doger itu.

Melihat itu, pedagang es doger itu pun menyisi di samping kedai Bang Jali. Ia tidak merasa enak hati kepada pemilik kedai jika mangkal di warung yang juga menjual minuman dingin.

"Bang, jauh amat berhentinya. Dimari lah deketan dikit!" kata Bang Gobang. 

"Abang mau minuman es doger?" Tiba-tiba Bang Jali berkata seperti itu sambil menyodorkan Bir Pletok yang dipesan Bang Gobang. 

"Eh, iya ..."

Bang Jali pemilik kedai memanggil tukang es doger pikul itu. "Bang! Marian dikit nongkrongnya, ga ape-ape kok. Kebetulan aye gak dagang es doger!" Bang Jali berucap begitu agar tukang es doger pikul tidak enak hati bila berdagang di depan kedainya.

Karena merasa disambut baik, pedagang es doger itu pun membawa kembali pikulannya dan menongkrong tepat di depan kedai Bang Jali.

Dengan wajah sumringah karena mendapatkan pembeli, lelaki tua itu mulai membuatkan es doger. 

Lelaki tua pedagang es doger itu pun mulai membuatkan pesanan Bang Gobang. Salah satu minuman khas Betawi adalah ES DOGER yang berasal dari Betawi ini. Tentu saja minuman yang satu ini sangat tepat untuk dijadikan santapan disaat cuaca sedang panas ataupun situasi yang gerah.  Minuman yang satu ini juga biasanya dijadikan santapan saat acara acara besar seperti pernikahan ataupun ulang tahun. Es Doger ini berbahan dasar tape singkong, ketan hitam rebus, pacar cina rebus, buah alpukat. Bentuk dan rupanya hampir sama seperti es campur begitualah kurang lebih minuman yang satu ini.

Tiba-tiba beberapa lelaki yang duduk berkerumun salah satunya menggebrak meja, 'Brakk'...lalu bangkit berdiri mendekati tukang es doger itu sambil melintingkan kumisnya yang lebat dan panjanv melingkar seperti arit.

"Eh, loe tau, perasaan gue baru lihat loe dagang dimari!" kata lelaki itu membelalakan mata. 

Tentu membuat pedagang es doger itu takut yang sangat amat. Wajahnya tiba-tiba pucat, tengannya bergetar, matanya gelagapan nanar sehingga tampak bola matanya hampir mau keluar karena rongga mata celong.

"Ampun jawara, ampuun ...." kata pedagang es doger memohon.

"Sekarang serahin 20 perak buat pajak dan diberikan kepada Tuan Demang." ujar lelaki jawara itu.

"Dua puluh perak itu tidak sedikit tuan jawara, sedangkan aye nih, baru aje keluar. Mane mungkin aye membayar sebesar itu!" keluh pedagang es doger.

"Ah ... gue gak perduli," kata Jawara lagi sambil memegang hulu golok yang terselip di pinggang. "Siapun yang berjualan dimari, harus bayar pajak. Atau hengkang jangan berjualan dimari lagi."

"Baik, baik aye akan keluar dari nih kampung!" kata pedagang es doger itu lekas mengangkat pikulan es-nya. Tapi belum saja berdiri lurus, sang jawara menahannya.

"Kalau begitu, se-adanya, karena loe sudah telanjur masuk dimari!" ujar jawara itu dengan menahan  pundak pedagang es doger itu.

"Maksudnya apa, Bang?!"

"Maksud gue tuh ...." Jawara itu melototkan mata. "Serahin semua duit loe!"

"Iya Bang Jawara, adanya cuman segini!" Sambil menyerahkan uang perak beberapa keping yang baru saja didapatnya.

Lelaki jawara itu langsung merampas cepat uang tukang es doger itu. "Cuman segini! Biarin dah, nyang penting loe bayar pajak!"

Baru saja mau dimasukan ke kantong, tiba-tiba ada tangan mencekal, lengan jawara itu. "Loe balikin ntuh duit, kalau tangan loe gak mau kuntung!" Seorang lelaki mengancam seperti itu, yang tidak lain adalah Bang Gobang.

Jawara itu menoleh kearah Bang Gobang sambil melototkan mata.

"Eh, siapa loe, berani-beraninya. Mau cari mampus loe yee...!"

"Eh ... gue baru liat muka loe, siapa loe sebenarnya?" tanya Jawara itu sembari memegang gagang golok.

Bang Jali pemilik kedai, tentu takut bukan kepalang jika terjadi keributan di warung kulinernya. Jika hancur berantakan akibat pertarungan mereka tentu akan merugi yang sangat besar. Sambil berusaha meleraikan kedua orang itu, Bang Jali berkata, "Sudah ape, jangan pade ribut di warung aye, bisa hancur benderang nih usaha aye."

"Tenang Bang, aye akan membuat urusan dengan nih orang di luar!" kata Bang Gobang menenangkan Bang Jali sembari menepuk pundaknya.

Habis berkata begitu, Bang Jali keluar warung. "Kita tarung di luar, Bang!" Sang Jawara mendapat tangangan demikian, darahnya bertambah naik dan mendidih. Rahangnya naik turun pertanda marah, kumisnya naik-turun manahan murka, dan wajahnya memerah. "Bangke loe ye, nantangin gue!" Ia pun segera mengikuti Bang Gobang keluar sambil menggulung kain lengan baju.

Sontak pula, ke empat kawannya dengan garang dan mencekal golok masing-masing turut pula keluar. Tapi lelaki Jawara itu mencegahnya untuk main keroyok. Loe-loe pada gak perlu membantu gue, untuk melawan tikus comberan ini!" Dengan sombongnya lelaki itu mengambil kuda-kuda. Begitupun dengan Bang Gobang, dia menghadapi dengan santai tapi siap siaga juga dengan tatapan cekat.

~~

Golok terhunus melesat dari sarungnya. Kilatan terlihat tajam ketika dikibas-kibaskan, menganyun-ngayun laksana tari. Jawara itu bersiap maju kemuka. Bang Gobang demikian, tidak ada lagi, selain golok melawan golok. Gagang golok berwarna coklat berbentuk kepala burung garuda tergenggam erat siap menangkis lawan dan membabat musuh.

Trang ...

Suara dentringan terdengar santar, beradunya kedua golok. Bang Jali mundur kebelakang mengambil ancang-ancang. Jawara melompat lalu membabat tengah kepala Bang Gobang. Tapi kasip, babatannya meleset, Bang Gobang mengelak lembut. "Uh ...." tendangan dilayangoan jawara, namun masih saja meleset karena Bang Gobang cepat mundur sambil membalas tendangan tepat ke dada Jawara.

Buukk..

Uggh...

Sang Jawara beringsut kebelakang sambil memegang dadanya. "Sompret, hebat juga ilmu loe Tong!" kata Jawara itu bata-bata menahan napas sesak. Tidak mau malu di depan anak buahnya, Jawara itu kembali menendang sambil mengayunkan goloknya "clakk.."

Hanya terkena angin kosong. Kembali sang Jawara gagal. Bang Gobang tak tinggal diam. Ia ingin mengakhiri pertarungan. Ketika kaki sang Jawara hendak menendang pahanya. Bang Gobang mengangkat tinggi lalu balik menendang kedepan sambil membabat kepala sang Jawara meskipun hanya trik, agar Jawara itu merunduk, tapi ketika Jawara itu merunduk, tendangan Bang Gobang telak mendarat di muka Jawara itu.

Plaaak...

Aw....

Jawara itu menutup wajahya sambil meringis kesakitan. Tendangan Bang Gobang terasa panas mengenai wajahnya. Tendangan yang sudah dialiri tenaga dalam itu, tidak olah-olah kerasnya sehingga membuat sang Jawara menggelepar kesakitan...

Melihat sang ketua kalah, keempat anak-buahnya terbelalak. Mau tidak mau mereka harus maju kedepan menyerang Bang Gobang meskipun hatinya menciut. Geder sang ketua kalah, apalah dengan anak buah. Tapi apa salahnya dicoba kehebatan Bang Gobang. 

Serentak ke empat anak buahnya menyerang berkeliling memutar dengan golok diayun-ayunkan. Tapi Bang Gobang malah menyarungkan goloknya. Rupanya Bang Gobang ingin mejajal tenaga dalam jarak jauh yang ia pelajari dari Kong Somad. Secara berbarengan ke empat anak buah Jawara itu maju meyerang dengan golok terangkat keatas ingin membabat.

Ketika itu Bang Gobang merentangkan telapak tangannya lalu menggebrak menginjak bumi.

Buum...

Ke empat anak buah Jawara itu sontak terpental berbarengan jatuh gedebukan ke tanah. "Ahh...." pekik salah satunya, sambil memegang pantat karena kesakitan terkena tulang pinggul terantuk batu ketika jatuh duduk. "Dodooll..."

Sang Jawara meleletkan lidah melihat ke empat anak buahnya jatuh tampa tersentuh pukulan. "Tenaga dalam, sangat dalam!" batin Jawara itu, sambil mengangkat tangan agar anak buahnya berhenti menyerang.

Semuanya anak buahnya mundur kebelakang, lalu sang Jawara itu mendekati Bang Gobang. "Siape loe sebenarnya?" tanyanya. "Asal loe dari mane?"

"Aye Gobang!" jawab Bang Gobang memperkenalkan namanya.

Sontak jawara itu tersentak. Rupanya lelaki yang dihadapinya adalah orang yang paling dicari oleh Tuan Demang, atasannya sendiri. Terbesit dihati jika dapat menangkap orang ini sendri dan membawanya kedepan Tuan Demang, mungkin akan mendapatkan bayaran yang sangat besar. Sepertinya itu tak mugkin, lelaki ini benar-benar tidak di anggap ringan. Ilmu silatnya sangat mumpuni. Tampa pikir panjang, Jawara itu memerntahkan anak-buahnya untuk melingkari dan menangkap musuh yang paling dicari oleh Tuan Demang.

"Tangkap orang ini!" pekik Jawara itu. Semua anak-buahnya berhamburan dengan golok terhunus berkelebat menyerang Bang Gobang. Sabetan kilatan putih ketika dibabatkan. Bang Gobang tidak tinggal diam, ia mengelak kekanan dan kekiri terkadang melompat bersalto lalu memukul tepat di dada salah satu anak-buah jawara itu. 'Bukk...' 

Lelaki kena pukul terhuyung kebelakang. Kembali Bang Gobang melompat dengan tendangan ke wajah salah satunya lagi. Tapi kasip orang itu berhasil mengelak sambil layangkan pukulan. Bang Gobang menangkisnya cepat 'Khuf...' 

Golok membabat leher dari sebelah kiri, dengan cekat Bang Gobang merunduk sehingga babatan golok itu mengenai angin kosong. Kesempatan ini digunakan Bang Gobang untuk membalas tendangan keperut. 'Bukk...ngekkk...'

Kembali lelaki itu terhuyung lalu jatuh melongsoh ketanah. Kaki seseirang menendang punggung Bang Gobang, 'Ughh...'. Bang Gobang tersuruk, tapi dengan cepat ia bangkit. "Bangke gile!" bentak Bang Gobang. Ciaaat .... Melompat sekira dua tombak untuk menghindari sergapan  juga mencari ruang yang luas. Dari bawah pohon suren Bang Gobang mengambil ancang-ancang siap melompat kedahan pohon suren itu. Tapi sayang, Jawara sudah bisa membacanya. Secepat kilat ia maju kedepan untuk mengambil kuda-kuda sambil melirik kesalah satu anak-buahnya sebagai isyarat agar, ketika Bang Gobang melompat ke dahan itu, si anak-buah harus bersiap membabat kakinya. Ketika Bang Gobang melompat, sang Jawara turut melompat pula sambil menebas batang leher Bang Somad. 'Seeet....'

Sumber: Fiksiana Comunity
Sumber: Fiksiana Comunity
Sekali lagi, tidak mudah membunuh Bang Gobang. Sabetan sang Jawara gagal. Ketika itu juga baru saja kaki menincak tanah, pukulan mendarat tepat di wajah Jawara itu. 'Buukk....'

Tendangan yang memang sudah dialiri tenaga dalam membuat tulang hidung sang Jawara patah. Darah mengucur deras menguar kedua rongga hidungnya. "Semprul, hidung aye soak!" pekik Jawara itu sambil menutup hidungnya. Dilihat darah menutupi telapak tangannya. "Kabur .... " pekiknya sekali lagi memerintahkan keempat anak-buahnya.

Melihat sang ketua berlari cepat, sang anak-buah tak mau kalah, mereka pun berlari tunggang-langgang kecepirit setan untuk ikut kabur.

"Bangke loe pade, ye..." umpat Bang Gobang. "Dasar antek kompeni, makan uang rakyat."

Bang Gobang menepuk-nepuk telapak tangan, lalu membersihkan bajunya yang sempat kotor berdebu dengan cara dikibas-kibaskan. Rokayah menghampiri dengan senyuman manis, yang sebelumnya sempat ketar-ketir melihat pertarungan Bang Gobang dengan kelima Jawara itu sebagai antek kompeni.

"Abang hebat!" puji Rokayah.

"Aye cinte sama Mpok!" Setelah berkata begitu, Bang Gobang membalikan tubuhnya untuk melangkah pergi.

Rokayah termangu, mendengar perkataan yang keluar dari mulut sang jagoan. "Pendekar, kok begitu ye, kalo nyatakan cinta?!" batinnya.

SEKIAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun