Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Kuliner] Bang Gobang dan Rokayah

6 Juni 2016   12:20 Diperbarui: 11 Juni 2016   03:24 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Fiksiana Comunity

Bang Jali pemilik kedai memanggil tukang es doger pikul itu. "Bang! Marian dikit nongkrongnya, ga ape-ape kok. Kebetulan aye gak dagang es doger!" Bang Jali berucap begitu agar tukang es doger pikul tidak enak hati bila berdagang di depan kedainya.

Karena merasa disambut baik, pedagang es doger itu pun membawa kembali pikulannya dan menongkrong tepat di depan kedai Bang Jali.

Dengan wajah sumringah karena mendapatkan pembeli, lelaki tua itu mulai membuatkan es doger. 

Lelaki tua pedagang es doger itu pun mulai membuatkan pesanan Bang Gobang. Salah satu minuman khas Betawi adalah ES DOGER yang berasal dari Betawi ini. Tentu saja minuman yang satu ini sangat tepat untuk dijadikan santapan disaat cuaca sedang panas ataupun situasi yang gerah.  Minuman yang satu ini juga biasanya dijadikan santapan saat acara acara besar seperti pernikahan ataupun ulang tahun. Es Doger ini berbahan dasar tape singkong, ketan hitam rebus, pacar cina rebus, buah alpukat. Bentuk dan rupanya hampir sama seperti es campur begitualah kurang lebih minuman yang satu ini.

Tiba-tiba beberapa lelaki yang duduk berkerumun salah satunya menggebrak meja, 'Brakk'...lalu bangkit berdiri mendekati tukang es doger itu sambil melintingkan kumisnya yang lebat dan panjanv melingkar seperti arit.

"Eh, loe tau, perasaan gue baru lihat loe dagang dimari!" kata lelaki itu membelalakan mata. 

Tentu membuat pedagang es doger itu takut yang sangat amat. Wajahnya tiba-tiba pucat, tengannya bergetar, matanya gelagapan nanar sehingga tampak bola matanya hampir mau keluar karena rongga mata celong.

"Ampun jawara, ampuun ...." kata pedagang es doger memohon.

"Sekarang serahin 20 perak buat pajak dan diberikan kepada Tuan Demang." ujar lelaki jawara itu.

"Dua puluh perak itu tidak sedikit tuan jawara, sedangkan aye nih, baru aje keluar. Mane mungkin aye membayar sebesar itu!" keluh pedagang es doger.

"Ah ... gue gak perduli," kata Jawara lagi sambil memegang hulu golok yang terselip di pinggang. "Siapun yang berjualan dimari, harus bayar pajak. Atau hengkang jangan berjualan dimari lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun