Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kucing Melly Cemumut Part 2

4 Mei 2016   18:47 Diperbarui: 4 Mei 2016   19:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biar seru baca dulu nyo kisah sebelumnya

Suara bergumprang di dapur telah membangunkan Noni yang sedang berselimut. Terkejut mendengar itu, Noni segera bangkit dari tempat tidur lalu menuju suara bergumprang dari arah dapur.

"Suara apa sih, itu?!" serunya.

Melihat sang majikan terbangun, begitupun dengan kucing Melly. Ia mengeong pelan lalu mengikuti Noni menuju dapur itu. "Meeooong ... " gumam Kucing Melly.

Setelah sampai di depan pintu dapur Noni berteriak keras, "Apa ... piring-piringku pada pecah!"

"Oh may good.....heloo...." pekiknya lantang sampai terdengar keluar rumah. "Apa-apaan ini, tikus bau," hardik Noni lagi dengan mata melotot kearah tikus yang sedang berusaha untuk melarikan diri melalui langit-langit atap rumah Noni.

Tikus itu menoleh sejenak kearah Noni. Lalu kembali berlari kencang sehingga menghilang di perapatan balok kaso penyangga genting dan entah kemana. Begitu cerdik dan lincah Tikus itu membuat Noni naik pitam.

"Meoong ...." kata Kucing Melly.

"Kamu lihat, tikus itu sudah beraninya masuk kedalam dapurku!" ujar Noni dengan nada keras. "Besok aku akan panggil Mang Ujang untuk membetulkan internit, agar tidak ada tikus lagi yang masuk ke dapurku.

"Meooong...." sahut Kucing Melly seraya duduk mendeprok dengan perutnya dan ekor dikibas-kibaskan cepat.

Di dalam hati Kucing Melly sebenarnya ingin sekali menjaga dan menangkap tikus itu, namun karena dilarang serta selalu dimanja agar jangan menyantap tikus membuat Kucing Melly tak berani. Bahkan sangat tidak biasa melahap daging Tikus walaupun sangat lapar. Cukup dengan erangan mengeong dan menuju dapur, Noni sudah tahu jika ia sedang lapar dan meminta makan.

Makanan khusus pun diberikan, yaitu makanan kaleng yang khusus buat seeokor kucing dibeli secara online. Sang pemelihara memang sangat memperhatikan Kucing Melly. Ia tak ingin Kucingnya itu makan sembarangan dan kotor sehingga tidak sedap dipandang mata.

 ***

Keesokan harinya, jatah makanan khusus kucing paket kaleng yang dipesan melalui online, telah datang sebanyak tiga pics. Dengan rasa beda pula, ada yang rasa ayam, sapi dan udang. Tentu membuat Kucing Melly sangat menyukainya. Dengan lahapnya ia menyantap makanan khusus itu. Dengan kegunaan agar pandangannya tajam dan mempunyai bulu yang lebat serta bersih.

Tetapi Kucing Melly tidak setiap hari diberi makanan khusus kucing itu. Ia mendapatkan jatah seminggu tiga kali, itu pun satu hari hanya sekali makan, sisanya ikan yang dibelikan di pasar.

Ketika Kucing Melly sedang lahap menyantap makanan kaleng khusus kucing itu, sepasang mata sedang melihat dari jauh. Ia kucing betina liar yang hidup tampa dipelihara.

"Sungguh enaknya makanan itu. Emm...nyem, nyem, nyem...." ujar Kucing Betina itu sambil menyeletkan lidah lalu diusapkan ke bibir kanan-kiri. 

Sangat tergiurnya dengan makanan Kucing Melly, tampa disadarinya, Kucing Betina itu mendekat untuk melihat dan berharap, siapa tahu sisa dari Kucing Melly dibuang. Tentu berharap pula masih ada sisanya untuk bisa dinikmati olehnya walaupun sedikit.

Ketika Kucing Melly sedang mendongakan kepala untuk beristirahat dari santapannya, lantas ia menoleh kearah dimana Kucing Melly sedang memperhatikannya.

Sontak, Kucing Betina yang mengintai itu pura-pura melengoskan wajah kearah lain agar tidak malu jika ia sedang memperhatikan Kucing Melly.

"Hai ...!" pekik Kucing Melly dengan mengeong memanggil. "Sini, masuk saja!"

Kucing Betina hanya tergugau. Ia tak berani masuk walau hanya di depan rumah. Ia trauma terkena timpukan Noni saat lalu ketika mencoba masuk.

"Meoong... Hayo sini!" seru Kucing Melly sambil berdiri lurus dan kepala dimajukan.

"Meoong...." sahut Kucing Betina. "Aku takut jika ketahuan majikanmu. Majikanmu jahat tau... Sayangnya sama kamu doang!" berkata Kucing Jantan meskipun langkahnya sedikit mendekat tampa ia sadari.

"Meoong... Aku tahu, tapi majikanku sedang nonton tivi. Dia tidak akan tahu jika kamu kemari. Dia sangat suka sekali dengan sinetron korea sama india. Jadi tidak mungkin ia meninggakan sinetron itu." terang Kucing Elly panjang-lebar.

Kucing Betina diam sesaat. Berpikir apa salahnya memberanikan diri. Sedangkan dia ingin sekali menikmati makanan kaleng khusus kucing itu. Ia bosan menyantap daging tikus dan makanan sisa yang dibuang di tong sampah.

"Baiklah!" jawab Kucing Betina pelan. Sambil berjalan pelan dengan tatapan mata nanar takut jika Noni melihatnya. Setelah dipikir aman, ia pun berlari kecil menuju Kucing Melly yang berada di pelataran rumah Noni.

"Meoong... Hayo makan!" Kucing Melly menawarkan. "Tenang saja. Majikanku sedang asik nonton. Yak mungkin beranjak dari depan tivi.

Dengan senangnya Kucing Betina dengan lahapnya ia menyantap makanan kaleng khusus kucing itu. Nyem, nyem, nyem... Uh... Enak... Maknyus...."

"Pelan-pelan kamu makannya!" sergah Kucing Melly. "Jangan menggereng!" katanya lagi.

"Melly...!" tiba-tiba Noni memanggil dengan suara keras.

Tampa pamit lagi pada Kucing Melly, Kucing Betina melompat lalu berlari keluar halaman rumah Noni dengan sangat ketakutan dan panik sehinga semua rintangan yang meghalang dilabraknya.

"Meoong..." sahut Kucing Melly lembut ketika sang Pemeliharanya memanggil. "Uh, kasihan sekali Kucing Betina itu. Aku akan memberinya makan meski dengan cara sembunyi dari sisa makananku." Kucing Melly bergumam sambil melangkah ke arah Noni yang asik menikmati cemilan sambil menonton film Korea.

"Hai, sudah habis makanannya?" tanya Noni seraya meraih lalu merangkul Kucing Melly dan dibelainya.

"Sebentar, kamu tunggu sini, aku akan membereskan sisa makananmu!" seru Noni sambil meletakan Kucing Melly di sofa yang empuk.

Noni pun beranjak keluar ke pelataran rumah dimana piring sisa makanan Kucing Melly berada. Setelah melihat, piring yang berisi makanan khusus yang diperuntukan Kucing Melly sudah habis hanya sedikit sisanya. Terperangahlah Noni. Tidak biasanya Kucing Melly menghabiskan makanan itu.

"Melly... Kamu doyan sekali sampai gak tersisa!" ucap Noni sambil membungkukan badan untuk mengambil piring makanan khusus kucing itu.

Sementara itu, Kucing Melly merasakan kasihan kepada Kucing Betina itu. Seperti ada sesuatu ikatan batin kepadanya. Ikatan yanga sangat dekat. Warna bulunya yang kuning dan putih di bawah perut, ia teringat akan kecil dulu ketika ia dipungut oleh seorang manusia, anak remaja putri tepatnya.

Remaja putri itu berkata setelah menggendongnya.

"Ihh... Kucing ini cantik sekali bulunya. Gemes liatnya!" Setelah berkata demikian, ia membawanya sambil membelai bulu anak kucing itu yang tidak lain kini diberi nama dan dipeliharanya bernama Melly. Sedangkan remaja putri itu adalah Noni.

Namun sebelum Kucing Melly dipelihara oleh Noni, ia ingat mempunyai dua saudara kembar, yang bulunya mirip Kucing Betina itu. Kucing betina yang diberinya makanan kaleng khusus kucing itu.

Hanya saja, terlihat kesan kotor bulu-bulunya dan memang tidak terusus terbukti banyak luka di salah satu persendiannya. 

"Apa ia saudara kandungku?" tanya Kucing Melly dengann dirinya sendiri di dalam hati.

***

Senja hampir menguning petanda petang akan tiba. Matanya sayu mengantuk, bahkan beberapa kali Kucing Betina menguap. Sepat mata di ujung hari adalah keadaan yang semestinya tidak boleh tidur itu terpaksa dilakukan Kucing Betina dengan memejamkan mata. "Kenapa aku ngantuk sekali!" batin Kucing Betina. Mungkin akibat makan yang terburu-buru tadi siang di rumah Noni.

Begitulah sang kucing jika sudah kekenyangan. Ia akan melingkar dan berpangku dagu pada lengan. Terkadang terbangun lalu menguap lebar dan tidur kembali tampa memperdulikan orang-orang di sekitar. Tidurnya pun dimana saja jadi, yang penting bisa memejamkan mata.

Di bawah kolong gerobak baso Bang Jalu, anak buahnya Bang Somad, Kucing Betina mendengkur dengan lelap. Suara menggereng keluar dari hembusan napasnya. Sangat pulas sekali membuat Kutu-kutu yang mengusik bulu-bulunya tidak di rasa.

Tampak dari kejauhan kucing dengan tubuh besar dan debeg. Wajahnya terlihat besar dan garang. Keempat kakinya sangat besar kuat dan sigap. Kucing Pejantan yang selalu menggoda.

"Ah bujug buset, tuh jablay dekil, pulas amat tidurnya!" gumam Kucing Jantan itu memanggil Kucing betina yang tidur pulas dengan sebutan "Jablay Dekil" sungguh kasar memang kata-katanya. Namun itulah dunia fantasi binatang, tampa tata-krama bahasa.

"Ngeeong... Grrrrr...." desisnya. 

Tiba-tiba dengan cepat dan sebat, Kucing Jantan itu melompat ke ataa gerobak Bang Jalu. 

Bruukk...

Suara begebruk sangat keras membuat Kucing Betina sontak terkejut lalu bangun dengan mata nanar gelagapan...

"Eh copot, eh copot!!!" latahnya. Ia segera berlari kencang menjauh dari gerobak Bang Jalu untuk menghindari terjadi sesuatu pada gerobak Bang Jalu.

Kucing Betina itu lalu menengok ke arah atas gerobak, dengan batin "Ada apa gerangan?!" 

Dilihat Kucing Jantan sedang cengar-cengir.

"Kutu kupretttt....!!!" ngagetin gue aja loe!" bentak Kucing Betina dengan sangat keras. "Awas loe, tue bandot. Usil loe yee...."

Memang dasar Kucing Jantan lagi usil. Dibentak begitu malah cengenges meledek. Sambil mengibas-ngibaskan ekornya, hendak mau melompat kembali, baru satu langkah tiba-tiba....

Praaakkk...

Ngeek....

Kucing Jantan mencelat kencang. Rupanya Bang Jalu mencengkram lalu melemparkan sekuat-kuatnya kearah comberan. Kucing Jantan pun tersuruk di air kotor yang penuh limbah manusia...

"Apes... Apes... Apes...." pekiknya berseru, sambil melompat naik merambat. Sial, Kucing Jantan kembali terperosok karena siai comberan licin..

Byuur....

Bulu berwarna kuning dominan putih lantas menjadi hitam pekat.

"Meoong...." Kucing Jantan tak lekas beranjak. Ia diam sejenak sekedar menarik nafas. Tak kama ia pun ambil ancang-ancang untuk kembali melompat.

Khuuf....

Kucing Jantan berhasil melompat dan segera berlari menghindari malu. Apa lagi jika dilihat Kucing Betina, tentu malunya petala langit dan petala bumi.

Ya... Memang benar, diam-diam Kucing Betina tertawa mengikik pelan melihat kelakuan Kucing Jantan yang berbuat usil padanya. Hukum balasan secepat itu bagi hewan yang jahat.

Hukum Karma

Ya, atau balasan perbuatan para pendosa yang diberikan Tuhan secara instans. Sekarang berbuat, sekarang juga terbalas. Itulah keadilan Tuhan.

Bersambung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun