Senja hampir menguning petanda petang akan tiba. Matanya sayu mengantuk, bahkan beberapa kali Kucing Betina menguap. Sepat mata di ujung hari adalah keadaan yang semestinya tidak boleh tidur itu terpaksa dilakukan Kucing Betina dengan memejamkan mata. "Kenapa aku ngantuk sekali!" batin Kucing Betina. Mungkin akibat makan yang terburu-buru tadi siang di rumah Noni.
Begitulah sang kucing jika sudah kekenyangan. Ia akan melingkar dan berpangku dagu pada lengan. Terkadang terbangun lalu menguap lebar dan tidur kembali tampa memperdulikan orang-orang di sekitar. Tidurnya pun dimana saja jadi, yang penting bisa memejamkan mata.
Di bawah kolong gerobak baso Bang Jalu, anak buahnya Bang Somad, Kucing Betina mendengkur dengan lelap. Suara menggereng keluar dari hembusan napasnya. Sangat pulas sekali membuat Kutu-kutu yang mengusik bulu-bulunya tidak di rasa.
Tampak dari kejauhan kucing dengan tubuh besar dan debeg. Wajahnya terlihat besar dan garang. Keempat kakinya sangat besar kuat dan sigap. Kucing Pejantan yang selalu menggoda.
"Ah bujug buset, tuh jablay dekil, pulas amat tidurnya!" gumam Kucing Jantan itu memanggil Kucing betina yang tidur pulas dengan sebutan "Jablay Dekil" sungguh kasar memang kata-katanya. Namun itulah dunia fantasi binatang, tampa tata-krama bahasa.
"Ngeeong... Grrrrr...." desisnya.Â
Tiba-tiba dengan cepat dan sebat, Kucing Jantan itu melompat ke ataa gerobak Bang Jalu.Â
Bruukk...
Suara begebruk sangat keras membuat Kucing Betina sontak terkejut lalu bangun dengan mata nanar gelagapan...
"Eh copot, eh copot!!!" latahnya. Ia segera berlari kencang menjauh dari gerobak Bang Jalu untuk menghindari terjadi sesuatu pada gerobak Bang Jalu.
Kucing Betina itu lalu menengok ke arah atas gerobak, dengan batin "Ada apa gerangan?!"Â