Kalimat ancaman Sang Juru Kunci sambil memegang sabit, karena habis memotong rumput. Kami pun berjanji kepada Sang Juru Kunci untuk berhati-hati saat memanjat pohon.
MENGECEK KEMATANGAN ASAM
Saya berburu asam pada rentang waktu setelah sholat asar hingga menjelang buka puasa. Gembira banget ketika melihat buah asam yang rimbun bergelantungan tertiup angin. Tidak segan-segan, kaos yang saya pakai berganti fungsi menjadi tempat hasil buruan.
Asam yang saya dapatkan menjadi cemilan saat sehabis buka puasa. Atau, kalau mendapatkan banyak, maka saya menjualnya sebagian ke warung tetangga. Lumayan, bisa buat uang jajan.
Menarik, saya mempunyai cara unik untuk mengecek kematangan asam. Cara unik tersebut, saya dapatkan dari teman main. Â Bagaimana caranya? Saya tinggal menggores kulit asam dengan menggunakan kuku. Asam yang setengah matang atau saya menyebutnya MLADAKIÂ akan menghasilkan bekas goresan berwarna hijau. Sedangkan, asam yang sudah matang akan menghasilkan bekas goresan berwarna coklat tua.
Uniknya, saya dan teman-teman justru lebih senang berburu asam setengah matang. Di mana, warna asam tersebut kekuning-kuningan. Saat dimakan, rasanya asam, empuk dan pulen.
Untuk mendapatkan asam MLADAKI, maka saya mesti rajin menggoreskan kuku saya di setiap kulit asam. Sensasinya sungguh luar biasa, ketika melakukan aksi menggoreskan kuku. Apalagi, disambut dengan terpaan angin yang menggoyang ranting pohon.
Di ketinggian kurang lebih 50 meter tersebut, rasa takut hilang seketika. Pikiran hanya satu, mendapatkan asam MLADAKIÂ sebanyak mungkin. Karena, kalau dijual di warung bisa mendapatkan uang jajan.Â
MENANGIS KARENA ULAT KEKET
Ada 2 pohon asam besar tempat saya bermain. Berada di bagian barat dan timur pesarean. Pohon asam yang berada di bagian barat menjadi idola tempat panjat saya. Selain, batang pohon yang besar dan tinggi. Juga, banyak ranting yang memudahkan untuk berburu asam.