Mohon tunggu...
Ansyari Munthe
Ansyari Munthe Mohon Tunggu... Lainnya - Social Science

KKN-DR 98 UINSU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Dakwah dalam Pendidikan Islam

12 Agustus 2020   13:21 Diperbarui: 1 September 2020   09:00 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelajar dan pemuda yang sejatinya adalah agen-agen perubahan pada kenyataannya tidak dapat diharapkan. Bukannya menyuarakan dan mengusahakan perubahahan akhlak masayarakat, mereka seolah ikut menikmati berbagai bentuk penyimpangan tersebut. Tawuran antar pelajar, seks bebas, gaya hidup hedonis, budaya konsumtif, dan lain sebagainya merupakan berita yang tidak asing di telinga kita akan sikap kaum muda dan pelajar di negeri ini.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik " ( An-Nahl:125).

  • Pengertian pendidikan

Pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat dizaman Rasulullah. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh beliau dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran, memberi contoh melatih ketrampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab Mekah yang tadinya penyembah berhala, dengan usaha Nabi mereka berobah menjadi penyembah Allah dan membentuk kepribadian muslim dan sekaligus berarti Nabi Muhammad saw seorang pendidikan yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan Islam.

Secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam. Berikut ini penulis akan mencoba mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan Islam.

Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syaebani, sebagaimana dikutip oleh H.M. arifin, M.Ed, mengartikan: “Pendidikan Agama Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu kehidupan pribadinya atau kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam.

Ahmad Tafsir, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan Islam yang diyakininya.

Dikalangan para ahli masih terdapat prbedaan pendapat mengenai pemakaian istilah tujuan pendidikan. Menurut al-Ghazali tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri kepada Allah swt, jika pendidikan tidak diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka akan timbul kedengkian dan permusuhan. Jadi tujuan pendidikan sesuai dengan alasan kenapa manusia diciptakan, yaitu menyembah Allah, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an surat adzariat yaitu “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali menyembah kepadaKu”.

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidikan terhadap prkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dari definisi ini nampak jel;as bahwa secara umum yang dituju oleh kegiatan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang utama, atau dngan kata lain tujuan pendidikan adalah menuju manusia yang ideal. Menurut Mohammad Athiyah al-Abrasy, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi, pekerti dan akhlak, adalah jiwa pendidikan Islam, mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam.

Secara filosofis tujuan pendidikan Islam menurut Hamka dibangun dari konsepnya tentang hidup, sebagaimana manusia tersusun dari unsur jasmani dan rohani, unsur jasmani bersifat fana dan ia terbuat dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, sedangkan unsur rohani bersifat kekal dan ia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Maka konsekuensinya dari pemahaman diatas, selain dunia yang fana, manusia membutuhkan kehidupan akhirat yang kekal.

Sejalan dengan ini Hamka memandang bahwa pendidikan sebagai suatu proses bimbingan yang panjang harus dapat mengantarkan kehidupan manusia didunia dan diakhirat. Keduanya berjalan seimbang sehingga diperoleh kebahagiaan sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an:

Artinya: “Dan diantara mereka ada orang yang berdo’a : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. al-Baqarah ayat 201).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun