Mohon tunggu...
Ansyari Munthe
Ansyari Munthe Mohon Tunggu... Lainnya - Social Science

KKN-DR 98 UINSU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Dakwah dalam Pendidikan Islam

12 Agustus 2020   13:21 Diperbarui: 1 September 2020   09:00 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Mahasiswa KKN-DR UINSU  Kelomp0k 98

Dosen Pembimbing Lapangan : Reni Agustina Harahap, SST, M.Kes 

Pendidikan adalah suatu hal yang utama dan menjadi kewajiban bagi semua orang. Potensi diri tiap generasi muda yang akan menjadi calon pemimpin di masa depan dapat ditemukan dan diasah melalui pendidikan. Namun, pendidikan tak hanya seputar ilmu dan pengetahuan, tapi pendidikan juga fokus tentang sikap dan budi pekerti. Pendidikan sendiri berasal dari kata "didik". Ini artinya pendidikan memiliki tujuan utama untuk membina karakter dan perilaku. Hal ini sejalan dengan slogan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yaitu "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani." Yang artinya "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.”

Berbicara tentang pendidikan karakter, pendidikan Islam sangat gencar dalam membina akhlak dengan berpedoman pada suri tauladan Rasulullah dengan empat sifatnya yaitu Siddiq (Jujur), Amanah (Dapat dipercaya), Fathanah (Cerdas), dan Tabligh (Menyampaikan). Keempat sifat Rasulullah tersebut dapat membentuk karakter positif yang sesuai dengan jalan Islam. Panutan akhlak Rasul dalam pendidikan ini sudah tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah jauh sebelum sistem pendidikan saat ini ditemukan dan dikenal di seluruh dunia.

Dewasa ini, pendidikan Islam dipandang umum sejalan dengan kerangka dakwah. Akan tetapi, pada kenyataannya, antara pendidikan Islam dan dakwah tidak seutuhnya sejalan. Sampai hari ini, apa yang dimkasud dengan dakwah belum berkembang penuh secara konseptual, dan masih berkembang sebagai pengertian awam. Dalam praktik yang berkembang, ilmu pengetahuan sering mengesampingkan ranah dakwah dan lebih mengutamakan logika kebenaran ilmiah, begitu pula dengan dakwah yang lebih fokus pada kaidah agama dan menganggap sepele pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, dakwah harus diterapkan dalam dunia pendidikan Islam karena pada hakikatnya kedua hal tersebut sejalan jika dilihat lebih dalam lagi. Dakwah dapat dikatakan sejalan dengan pendidikan karena dakwah bersumber dari firman Allah dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta beserta isinya, termasuk ilmu pengetahuan yang membahasnya.

Hal itu sudah bisa dilihat melalui penelitian oleh para ilmuwan di seluruh dunia yang akhirnya mengetahui tentang bagaimana terbentuknya gunung, mengapa bumi berbentuk bulat, bagaimana matahari terbit dan terbenam berkat informasi tentang penciptaan yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Pendidikan juga sejalan dengan dakwah karena sunnah Rasul dengan sifat-sifat dan suri tauladannya menjadi tuntunan dalam mendidik akhlak yang sesuai tauhid serta membentuk generasi yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“ Kamu (Umat Islam) adalah umat terbaik yang yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah… “ (QS. Ali Imran : 110)

Tafsiran ayat diatas menerangkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala memilih pengikut Nabi Muhammad sebagai ummat terbaik. Dengan demikian Allah memikulkan tanggung jawab kepada mereka untuk menegakkan Risalah-Nya, menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran dikalangan ummat manusia dengan dasar keimanan dan ketaqwaan. Dalam khasanah Alquran, penciptaan manusia mempunyai misi yang amat luhur sebagai hamba-Nya sebagai pengemban amanah menjadi khalifah Allah mewujudkan suatu tatanan masyarakat dan kehidupan yang mardhatillah. 

Manusia yang akan mengemban amanah itu adalah generasi Rabbani yang mempunyai kapasitas zikir, pikir, dan amal utuh dan berkualitas. Untuk mempersiapkan dan membentuk generasi tersebut maka dibutuhkanlah suatu proses pendidikan. Pelajar sebagai subjek pendidikan merupakan elemen terpenting dalam sebuah negara. Oleh karena itu, salah satu tolak ukur maju tidaknya suatu negara dapat dilihat dari kualitas pemuda dan pelajarnya. Bila dihubungkan dengan kondisi realita saat ini, pada era revolusi 4.0 kecanggihan teknologi yang berakibat akan tergantikannya peran manusia oleh teknologi robot yang terprogram, ditambah lagi media sosial dan informasi yang sangat terbuka untuk siapa saja, serba praktis dan mudah didapatkan yang cenderung dampak buruk bagi kalangan pelajar yang belum mampu memfilter konten. Dengan tantangan zaman yang semakin besar jelas bahwa untuk membentuk peradaban yang maju, fokus terhadap pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan SDM terkhusus dikalangan pelajar menjadi prioritas.

Selain itu, Sosio-kultural masyarakat Indonesia hari ini sudah mulai memasuki era generasi Z. Generasi milienieal sudah tidak lagi populer jika dibandingkan dengan generasi Z hal ini dikarenakan pola interaksi sosial maupun tekhnologi cenderung dikuasai oleh generasi Z. Hal ini dikarenakan faktor zaman kelahiran generasi Z sudah memasuki era modern yang mana seluruh aspek kehidupan sudah dipenuhi dunia digital. Selain pola hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya, pola komunikasi dan karekternyapun tak lagi sama. Dengan berbagai pengaruh digital tak jarang sikap apatis,anti sosial mulai menjamur dikalangan generasi z. Ini semua dapat berpengaruh pada perkembangan masa depan umat beragama dan negara, yang mana keduannya berharap adanya generasi yang mampu menjawab segala persoalan dan ketercapaian cita-cita Agama dan Negara.

Pelajar dan pemuda yang sejatinya adalah agen-agen perubahan pada kenyataannya tidak dapat diharapkan. Bukannya menyuarakan dan mengusahakan perubahahan akhlak masayarakat, mereka seolah ikut menikmati berbagai bentuk penyimpangan tersebut. Tawuran antar pelajar, seks bebas, gaya hidup hedonis, budaya konsumtif, dan lain sebagainya merupakan berita yang tidak asing di telinga kita akan sikap kaum muda dan pelajar di negeri ini.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik " ( An-Nahl:125).

  • Pengertian pendidikan

Pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat dizaman Rasulullah. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh beliau dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran, memberi contoh melatih ketrampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab Mekah yang tadinya penyembah berhala, dengan usaha Nabi mereka berobah menjadi penyembah Allah dan membentuk kepribadian muslim dan sekaligus berarti Nabi Muhammad saw seorang pendidikan yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan Islam.

Secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam. Berikut ini penulis akan mencoba mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan Islam.

Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syaebani, sebagaimana dikutip oleh H.M. arifin, M.Ed, mengartikan: “Pendidikan Agama Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu kehidupan pribadinya atau kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam.

Ahmad Tafsir, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan Islam yang diyakininya.

Dikalangan para ahli masih terdapat prbedaan pendapat mengenai pemakaian istilah tujuan pendidikan. Menurut al-Ghazali tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri kepada Allah swt, jika pendidikan tidak diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka akan timbul kedengkian dan permusuhan. Jadi tujuan pendidikan sesuai dengan alasan kenapa manusia diciptakan, yaitu menyembah Allah, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an surat adzariat yaitu “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali menyembah kepadaKu”.

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidikan terhadap prkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dari definisi ini nampak jel;as bahwa secara umum yang dituju oleh kegiatan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang utama, atau dngan kata lain tujuan pendidikan adalah menuju manusia yang ideal. Menurut Mohammad Athiyah al-Abrasy, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi, pekerti dan akhlak, adalah jiwa pendidikan Islam, mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam.

Secara filosofis tujuan pendidikan Islam menurut Hamka dibangun dari konsepnya tentang hidup, sebagaimana manusia tersusun dari unsur jasmani dan rohani, unsur jasmani bersifat fana dan ia terbuat dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, sedangkan unsur rohani bersifat kekal dan ia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Maka konsekuensinya dari pemahaman diatas, selain dunia yang fana, manusia membutuhkan kehidupan akhirat yang kekal.

Sejalan dengan ini Hamka memandang bahwa pendidikan sebagai suatu proses bimbingan yang panjang harus dapat mengantarkan kehidupan manusia didunia dan diakhirat. Keduanya berjalan seimbang sehingga diperoleh kebahagiaan sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an:

Artinya: “Dan diantara mereka ada orang yang berdo’a : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. al-Baqarah ayat 201).

Dari dalil tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai dua dimensi, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. yaitu beribadah. Sehingga segala proses pendidikan pada akhirnya dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai hamba Allah.

  • Dasar-dasar Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam adalah ajaran Islam itu sendiri, ajaran itu bersumber dari al- Qur’an, sunnah Rasulullah saw, dan ijtihad. Tiga sumber ini harus digunakan secara hararkis yaitu:

  • Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelas kan hidup yang mengandung maslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.

  • Sunnah

Al-Qur’an disampaikan oleh Rasulullah SAW dengan penuh amanah, tidak sedikit ditambah atau dikurangi, selanjutnya manusialah yang harus memahaminya, menerimanya, kemudian mengamalkannya.

  • Ijtihad

Ijtihad istilah para fuqaha yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam untuk menetapkan / menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur’an dan Sunnah.

  • Aspek-aspek Pendidikan dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW
  • Aspek Pendidikan Tauhid

Tauhid adalah prinsip yang utama dari semua ajaran Islam engkajian ilmu pengetahuan atau pendidikan Islam sebagai bagian dari ajaran Islam. Prinsip utamanya juga tauhid. Prinsip ini pulalah yang diajarkan oleh Rasulullah. Allah berfirman dalam al-Qur’an :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S at-Tahrim: 6).

  • Aspek Pendidikan Ibadah

Secara umum berarti tauhid bakti manusia kepada Allah, karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah itulah yang menjadi tujuan hidup manusia. Semua ibadah dalam Islam merupakan amal shaleh, pelaksanaan ibadah  juga merupakan pengaturan hidup seorang muslim baik itu melalui pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Yang jelas pelaksanaan ibadah telah menyatukan ummat Islam dalam penghambaan kepada Allah semata, serta penerimaan berbagai ajaran Allah baik itu untuk urusan dunia maupun akhirat, misalnya bagaimana ibadah shalat telah menyatukan umat Islam, menghadap kiblat yang sama, menyembah Allah yang sama. Pendeknya bila ajaran shalat diterapkan dalam kehidupan seseorang akan terwujud ketentraman dan kesatuan, hal inilah yang perlu disampaikan kepada peserta didik.

  • Dimensi Pendidikan Moral

Akhlak secara bahasa berati tingkah laku, perangai atau tabiat sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Dari definisi diatas, maka akhlak sifatnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang

buruk (akhlak madzmumah), sebaliknya apabila perilaku tersebut baik disebut (akhlak mahmudah).

Dalam Islam, kata moral lebih dikenal dengan akhlak. Ruang lingkup akhlak tidak hanya berkaitan dengan ssama manusia saja tetapi berkaitan dengan Allah, seperti cara berdo’a kepada Allah hendaklah dengan suara lemah lembut.

  • Dakwah dan Pendidikan

John Amos Comenius, paedagog terkemuka mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terciptanya anak dewasa. Islam lebih tajam lagi dalam dalam konsepnya yaitu terciptanya seorang anak yang dewasa lahir dan bathin yang terdapat padanya keutuhan baik fisik maupun psikis yang diridhoi oleh Allah maha pencipta.

Sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bahagia, Islam mengajarkan kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang bernaung dibawah lindungan Allah, sehingga terjadi kedamaian dan ketentraman, permasalahannya sekarang banyak orang yang mengetahui tentang hakikat kebahagiaan tersebut tetapi tidak mau berupaya mendapatkannya, penyebabnya adalah mereka tidak sadar. Disinilah fungsi dakwah berperan mengingatkan kembali orang-orang yang lupa.

Sedangkan tujuan dakwah adalah mewujudkan manusia yang bertanggung jawab pada dirinya sebagai hamba Allah sekaligus bertanggung jawab sebagai khalifah. Adapun tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun bahwa tujuan berorientasi akhirat, yaitu membentuk hamba-hamba Allah yang dapat melaksanakan

kewajiban kepada Allah. Adapun tujuan berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia- manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.

Dari pendapat diatas dapat dipahami antara dakwah dan pendidikan adalah dua peristilahan yang tidak bisa dipisahkan, didalam pendidikan ada unsur dakwah, dan didalam dakwah ada unsur pendidikan, hanya saja dakwah konotasinya lebih Islami dibandingkan pendidikan.

  • Dakwah Melalui Lembaga Pendidikan

Berdakwah dapat melalui lembaga pendidikan ada tiga macam dan akan dijelaskan sebagai berikut. Pertama, lembaga pendidikan informal (lembaga pendidikan keluarga) ialah kegiatan pendidikan yang ada dalam keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang ditemui karena dalam keluarga inilah seorang anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan didalam keluarga. Pendidikan keluarga juga dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagai besar kehidupan anak berada dalam lingkungan keluarga. Ciri-ciri pendidikan informal, yaitu;

  • Tidak terikat tempat dan waktu.
  • Tidak terikat jenjang usia.
  • Dapat berlangsung tanpa ada guru dan murid secara khusus.
  • Tidak menggunakan metode tertentu.Tanpa menggunakan rencana pembelajaran (kurikulum)

Kedua, pendidikan formal ialah pendidikan yang dilakasanakan disekolah yang didapati secara sistematis, teratur, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas. sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, adalah alat yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pengajaran dalam belajar kepada generasi muda dalam mendidik masyarakat. Jenis pendidikan formal terdiri atas pendidikan umum, kejuruan, vokasi, profesi, keagamaan, dan khusus. Ciri-ciri pendidikan formal, yaitu:

Diselenggarakan di dalam kelas yang terpisah menurut jenjangnya.

  • Ada persyaratan usia.
  • Ada jangka belajar tertentu.
  • Ada jadwal waktu belajar.
  • Proses belajar diatur secara tertib dan terstruktur.
  • Materi disusun berdasarkan kurikulum dan dijabarkan dalam silabus secara resmi.
  • Materi pembelajaran bersifat akademis intelektual dan berkesinambungan.

Ketiga, lembaga nonformal (lembaga pendidikan di masyarakat) diselenggarakan untuk kepentingan warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan, pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah lembaga pendidikan, atau menjadi pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanajang hayat. Satuan pendidikannya terdiri atas lembaga kurusus, kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil dari pendidikan nonformal ini dapat dihargai stara dengan hasil program pendidikan formal, tapi setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemda dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Dalam ketiga bagian ini, menjaga anak dalam fitrah adalah hal yang paling mutlak dilaksanakan. Karena sesuai yang dikatakan rasul dalam hadist, bahwa setiap anak yang dilahirkan adalah fitrah dan tergantung orang tuanya akan menjadikannya Islam, Majusi, Nasrani atau yang lainnya. Hal yang paling harus dilakukan adalah membiasakan anak untuk mengingat kebesaran Allah dan nikmat yang diberikanNya. Hal ini dapat mengokohkan fitrah anak agar tetap berada dalam kesucian dan kesiapan untuk mengagungkan Allah. Kemudian, membiasakan anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap anak, misalnya dalam tayangan film, pergaulan bebas, dll.

Dalam sebuah forum, dijelaskan ada beberapa kriteria mendasar yang harus dimiliki dan dirasakan dalam sebuah keluarga Islami. Pertama, keluarga harus menjadi tempat kembali utama dalam kehidupan individunya. Nuansa “baiti jannati” rumahku surgaku harus dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Hal inilah yang akan menjadikan rasa

kerinduan yang amat sangat bagi setiap anggota keluarga untuk bertemu dalam satu atap keluarga. Seberat dan sesibuk apapun aktivitas anggota keluarga di luar rumah maka keluarga menjadi tempat kembalinya.

Kedua, keluarga menjadi madrasah dimana dalam setiap aktivitas kekeluargaan dijadikan sebagai aktivitas pembinaan, dan proses transfer of value. Setiap anggota keluarga harus mampu menjadi inspirasi atau qudwah hasanah bagi anggota keluarga yang lain. Dan orang tualah yang menajadi faktor penentu keberhasilan madrasah ini karena orang tualah sang pendidik.

Ketiga, keluarga menjadi markas perjuangan Islam. Hal ini sangat penting mengingat menikah bukan hanya sekedar mencari pendamping hidup, namun lebih untuk melanjutkan perjuangan Islam bersama dengan pasangannya. Keluarga lah yang menjadi batu bata dari bangunan Islam. Dan semua aktivitas dakwah tercermin dari aktivitas keluarga.

Untuk mencapai ketiga kriteria di atas maka dibutuhkan beberapa nilai yang harus dimiliki dalam sebuah keluarga, yaitu;

  • Keimanan
  • Cinta
  • Tarbiyah

Dan inilah nilai-nilai minimal yang harus dimiliki oleh sebuah keluarga Islami, keluarga dakwah.

Berdasarkan pemaparan artikel diatas dapat di simpulkan bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada Islam, dakwah tersebut merupakan tugas bagi setiap muslim. Pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Antara dakwah dengan pendidikan pada hakikatnya adalah sama, karena dakwah adalah bagian dari penidikan dan dakwah adalah salah satu metodenya. Adapun aspek pendidikan dalam dakwah Rasulullah, adalah pendidikan iman, ibadah, moral, dan sosila. Pendidikan iman terkait dengan percaya kepada alam ghaib, (Allah, malaikat, jin, dan lainnya), pendidikan ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, infak, dan yang lainnya, semua ini bertujuan agar rohani seseorang tidak lupa untuk mendekatkan diri kepada Allah, aspek pendidikan

moral, berkaitan dengan akhlak kepada Allah dan manusia, akhlak adalah buah dari iman. Aspek pendidikan sosial terkait dengan bagaimana seseorang mempunyai rasa kepedulian kepada sesamanya, sosial tolong menolong.

Pendidikan dan dakwah memiliki hubungan fungsional yang amat erat, karena keduanya memiliki sasaran yang sama, yaitu manusia. Pendidikan dapat menolong umat manusia dari berbagai keterbelakangan. Sedangkan dakwah agama akan memberikan pandangan tentang dasar-dasar hidup yang baik, nilai-nilai luhur serta tujuan hidup manusia yakni beribadah. Pendidikan dan dakwah harus mengharmoniskan dan menyeimbangkan kehidupan manusia agar memiliki keseimbangan antara kehidupan beragama dan kehidupan keduniaan.

Pendidikan Islam senantiasa memberikan saham yang besar dalam membina dan mengembangkan peradaban Islam (Tsaqafah Islamiyah), dalam melahirkan muslim- muslim yang berkualitas, yang teruji iman, ilmu, dan amalnya. Tanpa pendidikan Islam yang maju, berbobot, dan berkualitas, rasanya sulit bagi umat Islam bertindak sebagai khaira ummah. Peningkatan mutu pendidikan juga akan mempermudah dakwah Islam.

Sumber Pustaka:

A. Toto Suryana AF, dkk, Pendidikan Agama Islam (untuk perguruan tinggi),

(Bandung: Tiga Mutiara, 1997)

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997)

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1997)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun