Bu Ilma melihat saksama deretan HP dengan harga yang dicoret-coret. Tetapi pikirannya menjadi tidak tenang. Bukan karena merknya tidak begitu terkenal atau harganya cukup murah.
"Uang saku yang kita potong, kita kasihkan saja ke Gee. Terserah mau dia pakai untuk apa." Kata Pak Rusli lagi. "Mau pakai beli baju, tas, traktir Jimmi dan Ajeng di restoran Korea juga boleh."
Memang Bu Ilma yang memberikan vonis memotong uang saku Gyas untuk dibelikan HP baru. Sebagai konsekuensi Gyas yang tidak menuruti nasehatnya agar berhati-hati.
"Sepertinya dia betah di Patrion." Ujar Pak Rusli bangga. Mukanya terlihat bahagia.
Bu Ilma tersedak mendengarnya.
"Ehhh, kenapa ini?" Pak Rusli mengusap punggung Bu Ilma.
"Kamu yakin kita akan membelikan Gee HP merk ini?" Bu Ilma berusaha mengalihkan perhatian.
"Kamu tidak suka?"
"Merknya kurang terkenal. Kualitas kameranya diragukan. Walaupun harganya cukup murah. Kita harus browsing dulu. Cari-cari review-nya."
"Yang pentingkan, bisa dipakai nelpon."
"Apa kita baiknya tanya dulu, Gee maunya HP Seperti apa?"