"Jimmi punya pacar?" tanya Gyas.
"No no no... aku gak punya pacar." Bantah Jimmi.
"Jim, kamu gak boleh gitu. Sebagai perempuan aku gak suka, kasihan kan Astrid kalau gak diakui." Desak Gyas. "Jimmy punya pacar??" dengan muka jahil.
"Bukan begitu." Jimmi jadi salah tingkah, "Ajeng kamu jangan dengarkan gosip."
Entahlah itu cuanki pakai sambel, atau sambel yang ditambahi cuanki. Tapi Ajeng dengan enteng melahapnya.
"Kemarinkan aku ketemu Syahrizal. Dia nawarin diri mengantar aku ke toko buku. Terus dia cerita kalau kamu jadian sama Astrid."
"Ajeng kamu salah, lagian kamu ngapain pergi dengan Syahrizal?" Jimmi merasa Syahrizal dan Ajeng sudah terdaftar sebagai agen Lambe Turah.
Terlebih Jimmi tidak suka jika kedua temannya ini dekat dengan Syahrizal. Bukan Jimmi cemburu, tapi Jimmi tahu, Syahrizal hanya berpetualang. Ajeng dan Gyas adalah targetnya sudah lama.
"Aku tidak ada apa-apa dengan Syahrizal. Jika itu yang kamu maksud." Ajeng memainkan sendok dan garpu seperti mengibaskan bendera simapore sebagai tanda 'clear' atas asumsi Jimmi.
"Aku gak akan nebeng kamu lagi. Kasiahan Astrid," kata Gyas
"Gak apa-apa kok, aku gak keberatan. kami hanya berteman." Dengan terbata-bata. Penuh keraguan Jimmi berusaha menjelaskan. "Ajeng, kalau kamu main sama Syahrizal. Nyalakan GPS." Jiwa sebagai kakak laki-laki Jimmy berontak.