Mohon tunggu...
Cantighi Puspaningsih
Cantighi Puspaningsih Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda dan Quarter Life Crisis

27 April 2020   10:58 Diperbarui: 27 April 2020   10:56 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Cantighi Puspaningsih

(Mahasiswa Sosiologi FIS UNJ)

 

Tak pernah adil

Kita semua gagal

Angkat minumanmu

Bersedih bersama-sama

Sia-sia (pada akhirnya)

Putus asa (terekam pedih semua)

Masalahnya (lebih dari yang)

Secukupnya

Hindia - Secukupnya

Kesedihan, penggalan lirik di atas merupakan salah satu karya dari Hindia yang mengangkat tentang keluh kesah kehidupan dan ajakan untuk bersedih secukupnya. Popularitas karyanya di antara para pecinta musik usia muda mungkin ada hubungannya dengan kesamaan kondisi yang dirasakan, atau relatable. 

Ya, tidak dipungkiri memang lagu-lagu Hindia yang terasa 'menyentuh' bagi mereka yang mendengarkan karena memang mereka mengalami hal tersebut, sehingga mereka dapat mengekspresikan emosinya dan menyuarakan isi hatinya dengan curhatan lewat lagu-lagu yang didengarnya. Kesedihan, kebingungan, krisis yang dirasakan para pemuda kini dikenal dengan istilah 'quarter life crisis'.

Quarter life crisis itu sebenarnya apa sih? Atwood dan Scholtz (2008) yang merupakan ahli psikologi menyatakan bahwa quarter life crisis adalah masa perkembangan psikologis yang terjadi di usia 18 hingga 29 tahun, masa itu merupakan perpindahan dari masa remaja (adolescence) ke dewasa (adulthood). 

Pada masa ini, individu rentan sekali mengalami stres, meragukan diri sendiri, bahkan depresi, karena masa ini merupakan masa peralihan dimana banyak sekali perubahan yang harus dihadapi dan tuntuntan dan ekspektasi orang lain, dan keharusannya untuk mengambil keputusan sendiri, yang akan menentukan jalan hidupnya kelak.

Memangnya, apa saja sih yang jadi beban pikiran di masa-masa seperempat abad?  Nash dan Murray (2010) mengemukakan beberapa hal yang seringkali menjadi area permasalahan di usia seperempat abad:

1. Mimpi dan harapan

Pernah tidak, kalian bertanya-tanya tentang kepastian mimpi dan harapan kalian? Seperti "aduh mimpi gue muluk banget nggak sih?", "mimpi gue bakal terwujud nggak ya?", atau "nanti gimana kalau umur 25 gue belum dapat kerjaan yang stabil?", "kira-kira impian gue buat punya rumah sendiri bakal kewujud nggak ya? Aduhh" dan masih banyak lagi yang berkutat dengan mimpi dan harapan kalian? Kalau iya, itu berarti kalian mulai mempertanyakan kepastian tentang masa depan kalian, kira-kira bakal tercapai nggak ya, semua target dan impian kita?

2. Tantangan di bidang akademis

Disini siapa yang pernah ngerasa salah jurusan? Tapi mau keluar atau pindah pun terasa tanggung. Atau merasa kesulitan memahami materi pembelajaran? Atau mungkin merasa minder karena terus-terusan membandingkan (dan dibandingkan) antara diri dengan orang lain? Kalau iya, kamu berarti lagi menghadapi tantangan di bidang akademis kamu, tuh!

3. Agama dan spiritualitas

Spritualitas, keputusan kita memeluk suatu agama, merupakan hal yang sangat pribadi. Pada masa ini juga pasti akan ditemui hal-hal yang bersangkutan kepada keimanan kita, atau apakah kita yakin dengan apa yang kita anut, dan sejenisnya. Hal ini terjadi kok, dan ini normal karena memang sifat manusia yang ingin tahu dan mencari tahu!

4. Kehidupan pekerjaan dan karier

Mapan, mapan, mapan. Hal yang seringkali menjadi tuntutan baik dari orang lain maupun dari diri sendiri ketika kita mulai dewasa dan memasuki dunia pekerjaan. Tekanan stres dari pekerjaan dan keraguan potensi diri juga kerap kali menghantui pikiran dan membuat ragu akan keadaan.

5. Teman, percintaan, dan relasi dengan keluarga

Relasi kita dengan orang-orang terdekat, bisajadi kamu bertanya-tanya "kapan ya ketemu orang spesial di hati kita", atau "dia orang yang cocok bukan ya?", juga masalah pertemanan, tentang teman yang lama-lama makin sedikit, atau bertanya-tanya siapa yang akan ada buat kita sampai akhir, pokoknya seputar relasi orang terdekat, deh!

6. Identitas diri

Nah, ini. Pernah nggak sih kamu ngerasa harus kontrol emosi, harus bijaksana, harus sabar, dan lain-lain yang di cap sebagai 'kedewasaan'? Pertanyaan yang muncul itu salah satu bentuk kamu mempertanyakan identitas diri. Bukan hanya itu, kamu juga di fase ini mungkin akan menghadapi kebimbangan politik bahkan seksualitas. Nggak apa, normal kok!

Jadi, kalau kita menghadapi masa-masa quarter life crisis, kita harus apa dong?

Tenang aja, quarter life crisis emang kayaknya rada ngeri ya, tapi kita bisa kok menghadapi masa-masa itu! Gini caranya:

1. Dukungan dari lingkungan

Lu (1997) mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat menjadi salah satu faktor yang membantu dan melindungi individu dari rasa stres akibat suatu kejadian dan selain mendapatkan dukungan sosial, penting juga bagi kita untuk memberi dukungan sosial kepada yang lain sebagai wujud penghargaan satu sama lain. Jadi ayo mulai saling dukung satu sama lain! 

2. Kelilingi lingkunganmu dengan orang yang menerima apa adanya

Naafs dan White (2008) mengatakan bahwa pemuda cenderung mengembangkan identitas diri dan budayanya serta berusaha agar tampak berhasil didepan rekan-rekannya sebagai sesama pemuda. 

Hal tersebut menunjukkan adanya 'pengakuan' yang ingin dicapai. Namun, jika terus-terusan seperti ini dan tidak sanggup mencapai standar teman sebaya, yang ada hanya lelah dan rasa tidak cukup yang didapat. Oleh karena itu, perlu sekali untuk mengelilingi diri dengan orang yang melihat kamu apa adanya! Jadi kamu bisa menjadi diri sendiri tanpa mengejar 'pengakuan' dari orang lain.

3. Chin up! You got this!

Kamu sudah hidup sejauh ini, sudah banyak lewatin rintangan yang kamu kira kamu nggak akan bisa, eh ternyata bisa kan? Begitu juga pada masa quarter life crisis. Semuanya pasti akan lewat, you got this!

Kepada kamu yang sedang mengalami quarter life crisis, tidak apa. Masa-masa ini memang berat, tapi pasti akan lewat. Untuk kalian yang punya kerabat, keluarga, atau pacar yang sedang mengalami fase ini, be there for them! Percaya deh, dukungan dari kamu sekecil apapun berharga banget buat mereka. 

Ingat, kita makhluk sosial yang nggak bisa hidup sendiri, jadi sebisa mungkin kelilingi diri dengan orang-orang yang suportif! You got this! Ingat, bersedih itu wajar, tapi mari bersedihlah secukupnya.

Sumber:

Agustin, Inayah. 2012. TERAPI DENGAN PENDEKATAN SOLUTION-FOCUSED PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI QUARTERLIFE CRISIS. Depok: Universitas Indonesia.

Habibie, Alfiesyahrianta, Nandy Agustin Syakarofath, dan Zainul Anwar. 2019. Peran Religiusitas terhadap Quarter-Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa. GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY ISSN 2407-7798 (Online)VOLUME 5, No 2. Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun