2. Kelilingi lingkunganmu dengan orang yang menerima apa adanya
Naafs dan White (2008) mengatakan bahwa pemuda cenderung mengembangkan identitas diri dan budayanya serta berusaha agar tampak berhasil didepan rekan-rekannya sebagai sesama pemuda.Â
Hal tersebut menunjukkan adanya 'pengakuan' yang ingin dicapai. Namun, jika terus-terusan seperti ini dan tidak sanggup mencapai standar teman sebaya, yang ada hanya lelah dan rasa tidak cukup yang didapat. Oleh karena itu, perlu sekali untuk mengelilingi diri dengan orang yang melihat kamu apa adanya! Jadi kamu bisa menjadi diri sendiri tanpa mengejar 'pengakuan' dari orang lain.
3. Chin up! You got this!
Kamu sudah hidup sejauh ini, sudah banyak lewatin rintangan yang kamu kira kamu nggak akan bisa, eh ternyata bisa kan? Begitu juga pada masa quarter life crisis. Semuanya pasti akan lewat, you got this!
Kepada kamu yang sedang mengalami quarter life crisis, tidak apa. Masa-masa ini memang berat, tapi pasti akan lewat. Untuk kalian yang punya kerabat, keluarga, atau pacar yang sedang mengalami fase ini, be there for them! Percaya deh, dukungan dari kamu sekecil apapun berharga banget buat mereka.Â
Ingat, kita makhluk sosial yang nggak bisa hidup sendiri, jadi sebisa mungkin kelilingi diri dengan orang-orang yang suportif! You got this! Ingat, bersedih itu wajar, tapi mari bersedihlah secukupnya.
Sumber:
Agustin, Inayah. 2012. TERAPI DENGAN PENDEKATAN SOLUTION-FOCUSED PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI QUARTERLIFE CRISIS. Depok: Universitas Indonesia.
Habibie, Alfiesyahrianta, Nandy Agustin Syakarofath, dan Zainul Anwar. 2019. Peran Religiusitas terhadap Quarter-Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa. GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY ISSN 2407-7798 (Online)VOLUME 5, No 2. Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H