Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Visi Generasi Emas Sulit Tercapai Jika Pemimpin Tidak Memiliki Kapasitas

1 Desember 2024   13:01 Diperbarui: 1 Desember 2024   13:01 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Pembangunan Berkelanjutan/ SDG's (freepik)

Mengenai intelektualitas calon pemimpin, kita telah menyaksikan bagaimana kualitas mereka saat debat calon gubernur-wakil gubernur, bupati/walikota yang digelar KPU/KIP Aceh.

Kedua; pemimpin itu harus peduli agama dan religius. Soal ini mungkin atau pada umumnya pemimpin di negeri ini memilikinya kecuali atheisme. 

Namun yang dimaksudkan oleh Imam Al Ghazali bahwa seorang pemimpin itu harus takut dan dekat dengan Allah SWT. Takut berbuat curang sehingga menimbulkan kejujuran karena Allah. Takut melakukan korupsi sebab dia meyakini bahwa Allah SWT pasti melihatnya.

Imam Al-Ghazali memaknai religiusitas adalah pemimpin yang memiliki hubungan baik secara vertikal dengan Allah. Mereka yang senantiasa menjaga hak-hak Allah SWT dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya. 'Amal ma'ruf nahi mungkar.'

Ajaran Islam melarang memilih pemimpin bagi umat muslim mereka yang tidak melakukan shalat, gemar melakukan maksiat, dan mengambil hak-hak orang tanpa izin.

Oleh karena itu, apabila seseorang telah baik agamanya, bagus hubungan nya dengan Allah SWT. Maka hubungan dengan sesama manusia pun akan baik atau pemimpin yang takut kepada Allah dan mencintai rakyatnya.

Ketiga; akhlak dan moralitas. Ini merupakan aspek sangat penting dalam dunia kepemimpinan saat ini. Kenapa? Karena kebanyakan pemimpin yang sedang berkuasa atau sebelumnya berkuasa tidak memiliki moralitas yang baik. Mereka dapat disebut cacat moral disebabkan perilaku koruptif yang mereka lakukan.

Imam Al-Ghazali menekankan bahwa, akhlak ini merupakan buah dari segala bentuk ibadah yang dilakukan oleh seseorang. Ini bermakna, meskipun seseorang tersebut telah melakukan ibadah yang banyak, namun jika akhlaknya buruk, berarti ibadah yang ia lakukan tidak memiliki dampak terhadap pembentukan akhlak.

Bentuk perilaku akhlak yang buruk seperti mencurangi orang lain, memfitnah, merusak harta yang bukan miliknya, money politik, menebar teror untuk menciptakan ketakutan, menuduh orang lain padahal dia sendiri pelakunya, dan pelbagai sikap negatif lainnya.

Konon profil buruknya akhlak seseorang dapat dilihat dari gaya komunikasi nya. Bentuk kata-kata yang dipilih dan ucapkan biasa kasar tidak ia tidak peduli apakah orang lain tersinggung dengan ucapannya atau tidak, bagi mereka itu tidak penting.

Lalu apakah dampak memiliki pemimpin yang buruk akhlaknya? Kata Nabi Muhammad Saw, maka tunggulah kehancuran. Selain gagal dalam membangun komunikasi publik, juga akan menyebabkan pola pemerintahan menjadi tertutup dan ekslusif. Ini dapat   mengancam demokrasi dan kebebasan berpendapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun