Biaya tinggi paling besar kontribusinya adalah pada harga perolehan barang-barang input. Mahalnya bahan baku yang dibutuhkan oleh UMKM membuat usahanya mereka tidak efesien. Bahkan beberapa sektor UMKM yang menggunakan bahan baku impor terpaksa menurunkan kapasitas produksinya karena kekurangan modal kerja. Disisi lain, harga jual yang meningkat membuat konsumen beralih ke produk pesaing yang lebih murah.
Kurang Dukungan
UMKM meskipun secara kuantitas jumlahnya sangat besar di Indonesia, namun mereka belum terkonsolidasi dengan kuat. Keberadaan mereka masih terpencar atau tidak solid. Walaupun UMKM memiliki paguyuban dan organisasi yang menaungi mereka.
Lemahnya kemampuan berjejaring membuat daya tawar mereka juga lemah. Sehingga masing-masing bergerak sendiri dan berjuang sendirian. Padahal dengan memperjuangkan kepentingan bersama dan secara bersama-sama akan memudahkan UMKM memperoleh segala dukungan yang diperlukan.
Misalnya bagaimana UMKM dapat memperoleh dukungan dalam perlindungan usaha dan persaingan usaha dari pemerintah atau lembaga lainnya. Dengan demikian akan lahir kebijakan-kebijakan yang pro pada pemberdayaan UMKM dalam konteks semakin berdaya saing.
Daya dukung yang kuat terutama dari pemerintah akan mendorong UMKM menuju sektor usaha yang menguntungkan. Sekaligus memotivasi mereka untuk semakin meningkatkan kapasitas pengetahuan, semangat bersaing secara sehat, dan yang paling penting UMKM bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
Inilah barangkali beberapa pandangan saya yang sangat awam dalam permasalahan UMKM. Akan tetapi pada setiap pertemuan dan perbincangan saya dengan banyak pelaku UMKM, ketika diminta menjelaskan apa masalah yang mereka hadapi dalam mengembangkan usaha. Maka kelima hal tersebut di ataslah poin-poinnya.
Salam***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H