Bersamaan dengan Naturalisasi Gonzales, PSSI sebagai induk dari Sepakbola Indonesia menerapkan pula kebijakan penggunaan Pemain Keturunan Indonesia untuk Timnasnya. Nama Irfan Bachdim dikenal sebagai pemain keturunan Indonesia pertama yang memilih Kewarganegaraan Indonesia, disaat usianya belum genap 18 Tahun Bachdim memilih menjadi WNI sebagai syarat Agar dirinya bisa dipanggil oleh Timnas Indonesia tanpa melalui program Naturalisasi, padahal Bachdim sendiri Lahir, hidup, dan megawali karir Sepakbolanya di Belanda.
Tercatat Bachdim pernah membela beberapa Klub Junior maupun senior di Belanda, walaupun diantaranya bukan dari Klub-klub yang berlaga di Eredivisie, diantaranya ada (Jong Argon) SV Argon, (Jong Ajax) Ajax Amsterdam, (Jong Utrecht) FC Utrecht, dan HFC Harleem.
Bachdim yang jebolan Akademi Ajax Amsterdam ini Juga pernah berkelana ke beberapa negara Asia untuk mencoba peruntungannya setelah petualangannya Bersama Persema Malang di Liga Indonesia, diantaranya adalah Ventforet Kofu, Consadole Sapporo di Jepang, serta Chonburi FC dan Nakhon Ratchasima United Di Thailand, sebelum akhirnya kembali berlabuh di Liga Indonesia bersama Bali United dan beberapa klub lainnya.
Dan lagi, ternyata Bachdim bukanlah pemain keturunan Indonesia pertama yang membela Timnas Indonesia tanpa proses Naturalisasi. Sebelumnya sudah ada nama Benyamin Van Breukelen, statusnya sama dengan Bachdim, pemain keturunan tanpa Naturalisasi, karena Kiper keturunan Belanda ini sudah lahir dan hidup serta mengawali karirnya sebagai pesepakbola di Indonesia, dan memilih KTP Indonesia. Benny (Panggilan akrabnya) adalah kiper kelahiran Medan dan namanya cukup terkenal di era kompetisi Galatama, Benny adalah sepupu dari mantan kiper timnas Belanda Hans Van Breukelen.
Seperti Benny dan Bachdim, pemain keturunan atau pemain asing yang ingin membela Timnas Indonesia tanpa proses Naturalisasi adalah pemain yang di usia 18 Tahun sudah memilih Kewarganegaraan Republik Indonesia. Di Indonesia sendiri sudah ada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang mengatur tentang pewarganegaraan (Naturalisasi) dan status kewarganegaraan Warga Keturunan di Indonesia.
Setelah era AFF Suzuki cup 2010, makin banyak lagi program Naturalisasi baik untuk pemain keturunan Indonesia maupun asing.
Tercatat ada banyak nama pemain keturunan Indonesia yang dinaturalisasi dan kemudian bermain untuk timnas, diantaranya adalah Tonnie Cussell Lilipaly, Stefano Lilipaly, Raphael Guillermo Maitimo, Joey Suk, John Van Beukering, Ruben Wuarbanaran, dll.
Sedangkan untuk pemain asing non Keturunan yang dinaturalisasi menjadi WNI kebanyakan adalah pemain yang bermain di Liga Indonesia, diantaranya adalah Alberto Goncalves, Ilja Spasojevic, Herman Dzumafo, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Esteban Viscara, Bio Paulin, Osas Saha, Garba Zoubairou, Silvio Escobar, Fabiano Beltrame, dan masih banyak yang lainnya. Dan sebagai syarat agar bisa bermain untuk Timnas bagi WNA non keturunan yang dinaturalisasi jadi WNI yaitu minimal sudah bermain sepakbola profesional selama 5 Tahun berturut-turut di negara tujuan Naturalisasi, sesuai dengan Statuta FIFA.
Kasus gagalnya pemain naturalisasi baik yang keturunan atau non keturunan Indonesia menimpa Ezra Walian dan Marc Klok. Walian sejatinya adalah pemain keturunan Indonesia, dan kemudian dinaturalisasi menjadi WNI, pemain jebolan Akademi Ajax Amsterdam ini harus bersabar untuk menunggu debutnya di Timnas Senior Indonesia. Melansir Bola.com, Status Ezra Walian menjadi masalah ketika Asosiasi Sepak Bola Belanda (KNVB) memberikan memorandum kepada AFC ketika Timnas Indonesia akan bermain di Kualifikasi Piala AFC U-23 2020 pada 2019.
Ezra Walian tidak dapat membela Timnas Indonesia di kalender FIFA karena naturalisasinya belum legal secara hukum FIFA, untuk kasus ini PSSI sebagai induk Organisasi sepakbola di Indonesia terasa kurang transparan dalam menjelaskan "terjegalnya" Ezra Walian untuk membela Timnas di ajang AFC U-23.
(Baca juga: "Duri dalam Daging" dan "Kambing Hitam" Timnas Indonesia)
Sebelumnya Walian sudah pernah membela Timnas Belanda U-15, U-16, dan U17, sedangkan di Timnas Indonesia, Walian sudah pernah merumput bersama Timnas Indonesia U-23 dan Timnas Senior. Ezra Walian dikemudian hari harus kecewa dengan kenyataan, bahwa sikap PSSI yang seolah kebingungan menghadapi kasusnya, sehingga butuh waktu beberapa Tahun hingga kembalinya Ezra memenuhi panggilan Timnas di era Kepemimpinan Shin Tae Yong sekarang.