Sayang selepas penampilan epik tersebut, keharmonisan Jazz di ruang ganti makin menurun, mengingat tanpa defense yang seimbang, pergerakan Gobert yang kerap terlambat menutup ruang gerak makin kentara. Akibatnya, seperti kita tahu, Gobert dan Mitchell yang selama ini menjadi maskot Jazz memilih berganti seragam.
Seperti halnya tim NBA pada umumnya, ketika maskot sebuah tim hengkang atau pensiun, tujuan utama sebuah tim cenderung lebih jelas. Mereka bersedia menjadi tim penampung pemain senior bergaji besar yang kontraknya akan habis pada musim itu juga. Kalaupun punya pemain prospektif, mereka biasanya bersedia menukarnya dengan pemain dari tim lain dengan imbalan draft pick.
Menariknya, meski melakukan apa yang dilakukan tim lain pada situasi yang sama, pemain yang datang bukan pemain kaleng-kaleng. Sebut saja forward jangkung Lauri Markanen dan point guard utama Cavs Colins Sexton (yang didatangkan sebagai paket perpindahan Mitchell ke Cleveland) atau Malik Beasley dan Kirilenko KW3 (minus shooting dan skill playmaking), Jared Vanderbiit.
Di luar Markkanen yang waktu itu masih belum menemukan permainan terbaiknya selama bermain di NBA, mayoritas pemain yang didatangkan rata-rata adalah starter muda berpengalaman, dengan skill dan postur (yang bikin Jazz surplus pemain jangkung bertinggi 206 cm++) yang di atas kertas bisa menyatu, meski baru pertama kali bermain bersama.Â
Atas: Adam Spinella, bawah: highloght 101Â
Belum lagi mereka masih diperkuat Rudy Gay (yang  sudah jarang tampil karena faktor usia eh kebugaran) dan power forward jangkung jago tembak berpengalaman Kelly Olynyk serta, rookie jago ngeblok Walker Kessler.
Seperti sudah diduga sebelumnya, komposisi racikan pelatih debutan Will Hardy sangat bisa tampil padu dan cair mengingat pemain yang hadir mayoritas berpostur tinggi dan jago tembak, yang membuat Jazz makin luwes memainkan skema pick and roll ala era Deron Williams, hanya saja aktornya kali ini bukan Fisher, melainkan Clarkson, Markkanen, dan Beasley.
Belum lagi umpan sederhana, tanpa tanda petik, Conley, ke Markanen/Olynyk dari luar garis lengkung tiga angka Jazz bisa sangat efektif, mengingat keduanya punya akurasi tembakan yang bagus. Kejutan juga datang dari Walker Kessler yang ternyata langsung cocok dengan skema Jazz lewat slam dunk dan defense-nya (Eaton DeJavu).
Ketika bertahan, alih-alih big man yang menutup ruang, posisi defender utama ditempati Vanderbiit (203 cm) yang sigap menutup tembakan atau penetrasi. Ketika tusukan shooter lawan teredam, Markanen, Olynyk, atau Kessler, yang juga bisa memainkan peran Vanderbiit, bisa menghalau penetrasi di bawah jaring yang secara teori tidak sebertenaga di awal.