Tidak lama kemudian makananku datang, aku terus berceloteh, sampai-sampai para pengamen, pengemis dan pedagang tissue malas mendekati kami karena ketidakperdulian kami pada situasi sekitar.
 "Ron, gila sih ini ayam sama sambalnya mantab banget, yakin nggak mau?" selaku mengalihkan pembicaraan,
"cerita loe lebih pedas dari pada sambal itu" celetuknya. "lagian tadi gue udah makan di acara kantor" lanjutnya.
Kami pun melanjutkan perbincangan mengenai hal lain seperti kehebohan acara kantor Rony tadi sore. Ketika Rony sedang menceritakan tentang penampilan Rossa di atas panggung, kami dihampiri gadis kecil yang kalau dari perawakannya aku tebak berusia sekitar 8 tahun.
"Ibu saya penggemar Teh Rossa" celetuknya dengan mata yang berbinar, aku sama sekali tidak melihat ada guratan lelah atau sedih diwajahnya, berbeda dengan para penjual tissue lainnya yang dari tadi menjajakan dagangan yang sama padaku.
"nyeletuk aje dek" cetus Rony kesal,
"kakak terlihat berkeringat, ini kak saya ada tissue mungkin bisa bantu mengusap keringat kakak" lanjutnya mengabaikan Rony, dia  sama sekali tidak terganggu dengan perkataan kasar Rony.
"boleh" ucapku.
"Rp. 5,000 ya" ujarnya sembari menyerahkan satu bungkus tissue padaku,
Akupun memberinya Rp. 20.000 dan menolak uang kembalian darinya, yang justru membuat dia terlihat sedih.
"saya penjual tissue kak, bukan pengemis" ucapnya.