Mohon tunggu...
Camelia Prahasinta
Camelia Prahasinta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

lahir di jombang 09 mei 2000

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Ekspansi Budaya Korean Wave di Indonesia

2 Desember 2020   11:55 Diperbarui: 2 Desember 2020   12:24 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEJARAH HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-KOREA SELATAN

Hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan sudah terjalin sejak lama, dimulai dari kedua negara ini menandatangani persetujuan pembukaan hubungan diplomatik kenegaraan tingkat konsuler pada bulan mei 1966. Persetujuan itu ditandai dengan pembukaan kantor Konsulat Jendral Korea di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1966 dan sebaliknya di buka juga konsulat Indonesia di Seoul pada 1 Juni 1968 sebagai langkah awal dimulainya hubungan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan. 

Hubungan diplomatik di tingkat konsuler memiliki banyak kesempatan untuk bekerjasama di berbagai bidang untuk mencapai kepentingan suatu negara. Pada bulan Desember 2006 hubungan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan ditingkatkan melalui sebuah kemitraan  yang ditandai dengan Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Roh Moo Hyun, kerjasama ini mencakup tiga bidang yaitu ekonomi, politik, keamanan, sosial budaya, perdagangan dan investasi.

Selanjutnya, ada kunjungan dari presiden ROK Lee Myungbak pada 6-8 Maret 2009 menghasilkan sebuah kerjasama dalam bentuk MOU di bidang riset teknologi, pendidikan, kehutanan, dan LOI (Letter of Intent). Dengan diberlakukannya hal tersebut di bidang ekonomi kedua negara mengalami peningkatan tiap tahunnya. 

Untuk mewujudkan kerjasama di bidang ekonomi, investasi dan perdagangan pada tahun 2007 membuat kerjasama yaitu  Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-FC) yang kemudian direvitalisasi menjadi WLTFM (Working Level Task Force Meeting) dimana pertemuan dilakukan setahun dua kali dengan memberi fasilitas penunjang ekonomi dua negara ini, yang mana pertemuan pertama mereka diadakan pada tanggal 18-19 Mei 2011 di Bali. Dengan adanya kerjasama ekonomi kedua negara  memberikan kontribusi yang signifikan pada perekonomian Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) mencatat pada periode 22 Oktober hingga 4 Desember 2015 minat investasi Korea Selatan mencapai 16 miliar dollar.

Minat investor ROK di Indonesia masih dibilang cukup tinggi karena saat itu menduduki urutan ke 4 investor terbesar Indonesia. Kerjasama yang terjalin ini diharapkan mampu membantu mendorong untuk menanamkan modalnya di Indonesia. ROK terus memperkuat kerjasama di berbagai bidang. 

Dalam hal ini kedua negara diharapkan dapat segera menyelesaikan Framework Agreement (FA) dan Economic Development Cooperation Fund (EDFC) sebagai dasar peningkatan kerjasama pembangunan kedua negara. Pertemuan ini disepakati pentingnya kerjasama pariwisata yang mana diharapkan wisatawan Korea lebih banyak ke Indonesia, sebaliknya Indonesia diharapkan ROK mampu memberikan fasilitas bebas visa kunjungan singkat untuk mendorong wisatawan Indonesia ke Korea. 

Meningkatnya hubungan bilateral ini didukung oleh sumber daya masing-masing negara disamping kemajuan politik dan ekonomi. Hubungan ini termasuk kokoh karena sudah terjalin sejak lama serta ketergantungan antar negara membuat kedua negara harus meningkatkan kerjasama terus menerus.

DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-KOREA SELATAN

BIDANG EKONOMI

Indonesia dan Korea Selatan memang memiliki kesamaan hubungan di bidang ekonomi sejak lama dan saling menguntungkan satu sama lain. Hubungan ini makin dipererat oleh Hatta Rajasa yang melakukan kunjungan pada tahun 2011 ke Seoul, di kesempatan ini mereka membahas mengenai perkembangan proyek kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan yaitu pabrik baja posco dengan Krakatau steel. 

Kerjasama yang mengarah pada investasi Korea Selatan dalam proyek Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPE3I) ini terus dilakukan untuk hasil terbaik melalui suatu perundingan. 

Salah satunya yaitu penandatanganan MoU yang lanjutan dari Joint Task Force yang dihadiri langsung oleh menteri Ilmu Pengetahuan Ekonomi Korea Selatan yaitu Choi Jung Kyung. Walaupun ini menyangkut dalam kegiatan ekonomi namun tidak lepas dari yang namanya bidang politik dimana bidang politik dapat membantu bidang ekonomi mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

Korea Selatan memang sangat penting bagi Indonesia dilihat dari peningkatan ekonomi pada tahun 2010 hingga 2015 yang mana total perdagangan kedua negara ini hamper mencapai US$ 9,31 Miliar, di tahun 2011 pada periode yang sama juga mencapai US$ 12,31 Miliar yang mengalami peningkatan sebesar 32,26% jika dibandingkan data tahun 2010. 

Di pihak lain, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup selama beberapa tahun terakhir menawarkan peluang pasar yang cukup besar dengan dihadiri oleh presiden Jokowi dan presiden Park Geun Hye pada 11 Desember 2014 mereka sepakat menghidupkan kembali Joint Commision Meeting (JCM) pada tingkat menteri luar negeri kedua negara pada 2015 yang membahas terkait penurunan perdagangan di tahun 2014 tercatat USD 23,7 miliar. Untuk itu diadakan pertemuan ini agar disepakati langkah-langkah baru dalam menyongsong penyelesaian ASEAN ROK-FTA (ASEAN Republic of Korea) dan dimulainya Compeherensive Economic Partnership (IK-CEPA).

Demi menjaga kerjasama ini pada tanggal 4 Desember 2006 presiden Korea Selatan dan Indonesia kembali melakukan pertemuan dan menandatangani deklarasi kemitraan bersama yaitu Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century membahas kerjasama ekonomi dalam bidang manufaktur, pertanian, dan jasa perdagangan. 

Dengan adanya berbagai kesepakatan tersebut hubungan Korea Selatan dan Indonesia dalam bidang pembangunan ekonomi makin kuat dalam berbagai sektor yang dulunya belum pernah tersentuh, mencakup bidang teknologi informasi, pekerja asing, energi perikanan dan kelautan serta usaha kecil dan menengah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang ekonomi, hubungan keduanya bisa dibilang saling melengkapi, Indonesia unggul di bidang sumber daya alam dan Korea Selatan unggul di bidang teknologi dan modal.

PERKEMBANGAN HALLYU WAVE DI INDONESIA

SOSIAL BUDAYA

Kegiatan yang dijalin kedua negara ini berdasar pengenalan budaya masing-masing negara seperti kerajinan, film, tarian, makanan, objek wisata dan lain sebagainya lebih bersifat government to government dimana kedua negara saling memperkenalkan budayanya di suatu acara besar. Contohnya pada kegiatan Kesatuan Dharma Wanita yang mewakili Indonesia dalam berbagai acara festival di Korea Selatan. 

Di lain itu sektor sosial budaya  terjadi kerjasama antar kelompok seni budaya kedua negara, Korea Selatan aktif  menyelenggarakan promosi budaya internasional di Seoul dan kesempatan ini digunakan oleh Indonesia untuk mengenalkan budaya lokal di kancah internasional contohnya pada acara Korean Travel Fair, Hi Seoul, Busan Film Festival, dan lain sebagainya. Kerjasama dalam bidang ini terjalin sejak tahun 2000 dimana saat itu presiden Kim Dae Jung membuka jalan hubungan kebudayaan yang lebih besar melalui pertukaran benda-benda purbakala di museum nasional.

Dalam upaya membuka hubungan di bidang sosial budaya yang sifatnya luas dan dapat menjangkau semua masyarakat pemerintah Indonesia dan Korea Selatan menandatangani MoU tentang kerjasama dalam bidang sosial kebudayaan pada tanggal 28 November 2000. Tidak hanya dalam bidang sosial budaya saja namun termasuk juga di bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, olahraga, kewartawanan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta media massa informasi dengan tujuan meningkatkan pengetahuan rakyat tentang kebudayaan dan kegiatan masing-masing negara dalam bidang tersebut. 

Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan itu pada bulan Mei 2008 diadakan pertemuan Komite Budaya Indonesia Korea Selatan di Yogyakarta The First Cultural Committee Meeting RI-ROK). Kedua negara ini sepakat untuk menjadi pondasi awal untuk kerjasama Indonesia-Korea Selatan mendatang.

Di bidang pendidikan Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia membuka jurusan Bahasa Korea sebagai mata kuliah pilihan di tahun 1996. Yang kemudian UGM membentuk Pusat Studi Koreea dan membuka program diploma 3 bahasa Korea pada tahun 2003 dan pendirian program S1 bahasa Korea oleh UI pada tahun 2006. Salah satu bentuk kerjasama kedua negara ini dalam bidang sosial budaya ialah didirikannya Korean Cultural Center dengan tujuan mengenalkan dan menyebarkan budaya Korea di Indonesia serta meningkatkan persahabatan kedua negara melalui pertukaran budaya.

Selain itu Park Geun Hye meningkatkan lagi dalam pengembangannya dalam bidang informasi agar dalam hubungan kepentingan negara dapat terfasilitasi dengan baik, yaitu dengan mendirikan Korean Cultural and Indormation Service Center. Yang berfungsi sebagi pusat layanan informasi ke seluruh dunia dengan fungsi sebagai To Share Korean Culture with the International Community to enhance the Country Image disini kita dapat lebih mengenal lebih dalam lagi kebudayaan Korea dalam hal pertukaran budaya Korea Selatan-Indonesia. Korean Centre sudah didirikan di berbagai wilayah Indonesia yang memiliki tujuan untuk menyebarkan dan memperkenalkan budaya Korea di Indonesia. Hal ini berfungsi untuk masyarakat Indonesia agar tidak hanya menerima budaya hallyu wave secara pasif, namun nantinya ada duta yang dapat mengenalkan budaya Indonesia ke Korea Selatan. Sehingga, tidak hanya sebagai penikmat, namun penyebar budaya.

Indonesia termasuk salah satu negara dengan peringkat atas penyuka budaya Korea Selatan. Di tengah popularitas budaya dari Amerika, Jepang, India dan Taiwan, pada tahun 2002 Indonesia baru mengenal Hallyu melalui drama Korea yang disiarkan di stasiun

DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-KOREA SELATAN

BIDANG EKONOMI

 Melalui drama inilah kebudayaan Korea mulai di kenal di Indonesia, contohnya sikap sopan santun, pakaian tradisionalnya yaitu hanbok dan kehidupan kesehariannya. Kesuksesan drama Korea terletak pada alur cerita yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, serta memperlihatkan keindahan Korea itu sendiri dan juga pengenalan makanan khas Korea, sehingga masyarakat Indonesia makin tertarik dengan drama Korea secara menyeluruh. Dengan penayangan drama pertamanya yaitu Endless Love dan Winter Sonata dimana drama ini mendapat rating yang cukup gemilang, yaitu 10 atau ditonton lebih dari 2,8 juta orang di kota besar. Pencapaian ini mengalahkan rating drama Jepang dan Taiwan yang pernah tayang di stasiun TV Indonesia.

Kesuksesan ini memicu adanya penayangan drama Korea baru seperti Boys Before Flower, Full House, Dream High, dan You Are My Destiny. Beberapa tahun kemudian hallyu makin diminati masyarakat Indonesia. Dengan meningkatnya popularitas drama Korea di Indonesia, berbagai showcase digelar guna mempertemukan bintang film dengan penggemar di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh TV Korea yang bekerjasama dengan stasiun TV swasta Indonesia. Tidak hanya drama saja yang diminati oleh masyarakat namun film juga menjadi produk penting dalam promosi hallyu antara tahun 2006-2008. Ketertarikan Indonesia terhadap Korea Selatan tidak lepas dengan adanya drama dan film itu sendiri. Suksesnya drama dan film Korea tergantung keunikan yang mereka miliki, adat dan tradisi dari Korea Selatan menjadi poin penting. Selain itu, karakter drama jiwa dan emosinya lebih mirip dengan karakter orang Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat memahami alur cerita yang ditampilkan.

Sejak tahun 2009, musik penjadi pendukung lain dari hallyu dimana targetnya ialah para remaja. Bahkan K-pop dikatakan sebagai pengendali penuh produk utama dari promosi hallyu wave di Indonesia, dan sebagai alat pendukungnya waktu itu ialah media cetak yang hanya dikhususkan membahas seputar dunia per-K-pop-an. Dalam upaya menyebarkan hallyu melalui Korean pop banyak idol Korea yang mulai mendatangi Indonesia, kedatangan penyanyi K-pop pertama kali waktu itu ialah BoA dan Jang Nara sebagai bintang tamu dalam acara Anugerah Musik Indonesia (AMI) Samsung awards pada tahun 2004, walaupun saat itu antusiasme masyarakat yang masih minim.

Selain dengan cara seni, pemerintah juga ikut berperan dalam penyebaran hallyu di Indonesia dengan cara mengadakan pekan Korea-Indonesia Week sejak tahun 2009. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan dubes Korea Selatan, acara ini menampilkan sejumlah pameran kerajinan tradisional, musik tradisional hingga pementasan musik K-pop yang menjadi daya tarik utama bagi peserta pameran. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Selatan mulai menyadari ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap hallyu. 

Di tahun 2010, kedubes Korea bekerjasama dengan Indonesia menggelar acara Indonesia-Korea Friendship Sharing Concert yang termasuk ke dalam acara tahunan Korea-Indonesia Week. Acara ini mengundang berbagai penyanyi, seperti Gita Gutawa, Girls Day dan Shinee dimana acara ini mendapatkan apresiasi yang sangat besar dari masyarakat terutama kaum remaja. Sejak itu mulai cukup rutin menggelar kegiatan pertukaran budaya yang disertai oleh bintang K-pop (Konser SM Entertaiment, Konser Big Bang, Girls Generation dan lain-lain).

KEBIJAKAN DIPLOMASI BUDAYA KOREA SELATAN

Cara yang digunakan untuk melakukan strategi penyebaran diplomasi budaya kebanyakan masih berusaha untuk mempertahankan budaya dalam negerinya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan mereka berdasarkan nilai dan karakter dari budaya tersebut. Penyebaran barang-barang yang berkaitan dengan hallyu seperti drama, maupun musik didasari oleh sifat Korea Selatan yang kurang menyukai kebudayan asing dan lebih memilih mempertahankan kebudayaan dari leluhur mereka. Mereka sadar apapun yang dilakukan di segala bidang tidak menghapus nilai karakter dan  kearifan lokal. Sebagai gantinya budaya Korea tidak hilang, namun ikut menyebar dan dinikmati oleh internasional bersamaan dengan hallyu.

Penyebaran K-pop tidak lepas dari peran pemerintah, secara umum diplomasi budaya tidak lepas dari tiga hal kementrian yaitu, Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT), Culture, Sport and Tourism  (MCST), dan Ministry of Education, Science, and Technology (MEST). Diplomasi ini tidak diberikan secara penuh kepada Kemenlu dan diplomat saja, namun melibatkan semua sektor dalam pemerintahan. Sifat Korea Selatan yang kurang menyukai budaya asing, di masa pemerintahan Park Chung Hee (1963-1979), pemerintah secara ketat mengontrol pengembangan produksi dan distribusi secara langsung. Pemerintah juga menyadari akan persaingan dengan sesama wilayah Asia Timur, yaitu Jepang dan China membuat Presiden Park mengontrol ketat masuk dan keluarnya pengaruh kebudayaan Korea Selatan dan melindungi secara penuh kebudayaan asli mereka.

Namun, di pemerintahan yang selanjutnya yaitu presiden Kim Young Sam mulai membuka Korea Selatan akan budaya asing karena ia melihat kesuksesan Hollywood dalam bidang industry hiburan di tahun 1980-an berusaha membuat kesuksesan yang sama pada negaranya, sehingga Korea mampu muncul sebagai kekuatan baru dalam meraih keuntungan ekonomi ataupun dalam menyebarkan pengaruh budaya di negara Asia lainnya. Dalam hal ini, pemerintah sangat serius dalam membentuk hallyu sebagai kekuatan soft power. Pada fase lanjutan pemerintah mulai membentuk kebijakan regulasi meliputi pengaturan kuota penayangan kuota konten asing dan menyediakan  kuota khusus bagi penyedia konten bermuatan budaya lokal dan tradisional. Sedangkan, kebijakan promosi sendiri meliputi kegiatan ekspor produk industry kreatif melalui kantor perwakilan luar negeri, pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan kerja industri kreatif, dan penyelenggaraan even promosi internasional seperti Busan International Film festival (BIFF).

Pada pemerintahan Presiden Kim Dae Jung yaitu pada rentan waktu 1998 sampai 2003 Korea Selatan membuat misi terkait teknologi kebudayaan yang merupakan campuran pengembangan budaya tradisional dan modern terkait kunci dari kerjasama mereka. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut berupa pembentukan KOCCA (Korean Culture and Content Agency) yang bertujuan menarik minat masyarakat melalui hallyu. Di masa pemerintahan Roh Moo Hyun (2003-2008) mereka lebih ambisi menyebarkan hallyu wave ke seleuruh dunia dengan menciptakan " Korean Wave Hollywood ". Hal ini dilakukan agar menciptakan Korea Selatan sebagai kiblat kebudayaan populer Asia sebagaimana Hollywood di Amerika, ini mencerminkan ambisi Roh Moo Hyun untuk menjadikan Korea sebagai kekuatan budaya global.

Roh Moo Hyun menerapkan kebijakan Han Style yang dibuat untuk mengangkat budaya tradisional Korea Selatan sebagai budaya global dan srategi penyebaran hallyu lebih mengarah pada nilai-nilai tradisional. Dalam prakteknya menekankan pada 6 pilar utama yaitu: Hangeul, Hanbok, Hansik, Hanok, Hanguk eumak, dan Hanji. Disini kita dapat mengetahui bahwa penyebaran hallyu  tidak hanya di bidang seni dan pariwisata namun juga bidang pendidikan dimana masyarakat Korea di didik untuk mengembangkan budaya secara kreatif dengan nilai-nilai tradsisional. Kebijakan itu memberikan hasil positif pada nilai budaya Korea Selatan yang meningkat sejalan dengan kepopuleran hallyu.

Direktur The Korean Wave Research Center, Han Koo Hyun menyatakan bahwa "The Korean wave is having positife influence on a variety of fields such as international trade politics",  pernyataan ini didukung oleh fakta di tahun 2008 pemerintah Korea Selatan mendapat keuntungan 4,4 miliar dollar dari bisnis hallyu (Al-Aziz, 2013 : 67). Selain ditekankan dalam unsur tradisional, pemerintah juga kerap menggunakan artis dan idol K-pop sebagai duta pariwisata dalam rangka mempromosikan sektor pariwisata mereka seperti pertunjukan Hallyu Idol Girls Generation  sebagai duta bandara Internasional Incheon tahun 2010 dan penunjukan grub yang sama oleh Korea Selatan sebagai Ambassador of Visit Korea Year tahun 2010-2013.

Upaya pemerintah dalam menyebarkan hallyu juga dilakukan dalam bentuk dukungan nyata upaya menyebarkan budaya ke negara lain dengan cara khusus memberikan anggaran hampir 1 juta dollar bagi pusat kebudayaan Korea Selatan dibawah MCST dengan bekerjasama dengan KOCIS (Korean Cultural and Information Service). Upaya pemerintah dalam menyebarkan diplomasi budaya terlihat jelas menggunakan instrument budaya lokal yang bersifat tradisional maupun budaya populer hallyu dengan menjalin kerjasama oleh pelaku industri kreatif.

Korea Selatan menunjukkan bahwa era globalisasi teknologi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyebarkan pengaruh pada negara lain. Korean Tourism Organization (KTO) menyebutkan diantara dukungan aktor dalam penyebaran hallyu ke seluruh dunia, dan peran internet pun cukup besar terutama SNS (Social Network Services) dan berbagai situs gratis lainnya seperti youtube, facebook, instagram, twitter, weverse, lysn dan lainnya yang dapat membantu penyebaran hallyu dengan cepat keseluruh dunia.

dapat kita ketahui bahwa produk dari hallyu wave telah membentuk suatu penggemar secara global, Dimana Korea Selatan menjadi negara dengan suatu daya tarik tersendiri. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa penyebaran hallyu secara global ditunjang dari akses atas informasi dari segala sesuatu yang berkaitan dengan hallyu wave terutama idol Korea Selatan yang memiliki pengaruh yang besar dan dipermudah dalam hal promosi baik dari pemerintah maupun pihak swasta sehingga penyebarannya tidak terlalu mementingkan aspek copyright.

PERAN HALLYU WAVE DALAM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-KOREA SELATAN

Di pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan mulai dari sejarah dan perkembangan hallyu wave di Korea Selatan hingga menyebar ke seleuruh dunia hingga dibentuk sebuah diplomasi pada badan pemerintahan karena memang pengaruhnya yang luar biasa. Hal ini disadari oleh negara mengenai potensi dan keberhasilannya menyebarkan budaya di berbagai negara di Asia termasuk Indonesia. Minat masyarakat yang besar terhadap hallyu membuat pemerintah kerap melakukan kerjasama di berbagai negara, contohnya pada hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.

Munculnya hallyu di Indonesia di karenakan minat masyarakat yang tinggi akan drama, film, dan musik Korea yang banyak kita jumpai di berbagai media platform online maupun offline. Salah satu indikasi yang dapat kita jumpai yaitu dalam hal jumpa antar sesama pengemar yang semakin rutin diadakan. Bagi pihak swasta melihat tingginya minat masyarakat terhadap hallyu memberikan mereka peluang untuk meraih keuntungan yaitu dengan mendatangkan idol Korea Selatan untuk melakukan fanmeet, konser, showcase, fansign dan lain sebagainya.

Dalam upaya untuk memudahkan masyarakat mengakses atau menggali informasi mengenai Korea Selatan pemerintah membuatkan kantor Korean Tourism Organization (KTO) di Jakarta dengan tujuan mempererat hubungan antar kedua negara ini yang berkaitan dengan sektor pariwisata tidak hanya KTO saja namun ada juga Korean Cultural Center (KCC) yang berpusat di Jakarta.

PERAN HALLYU WAVE DALAM BIDANG EKONOMI

Untuk kasus hallyu di Indonesia hubungan kedua negara ini memang baik, sebagai sarana untuk melakukan kegiatan diplomasi Korea Selatan secara aktif menggunakan peran hallyu termasuk di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika Indonesia bekerjasama dengan Korea Selatan dalam bidang militer pada bulan Oktober tahun 2011 dimana saat itu diadakan kunjungan kenegaraan bersama dengan duta besar Korea Selatan untuk Indonesia, yaitu Kim Young San mengikutsertakan aktor Korea Selatan yang menjadi icon hallyu pada saat itu adalah Hyun Bin yang sedang menjalani wajib militer, ditunjuk sebagai duta militer oleh Korea Selatan. Kedatangan tersebut dimaksudkan untuk memperkuat hubungan dengan Indonesia. Melihat Korea Selatan menggunakan Hyun Bin untuk media kerja sama dapat dikatakan mereka menggunakan strategi soft power untuk kepentingannya. Dimana soft power memiliki arti yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain demi mencapai apa yang kita inginkan dengan cara ketertarikan (Nye, 2004: 5). 

Popularitas Hyun Bin di Indonesia tidak diragukan lagi hal ini dimanfaatkan oleh Korea Selatan untuk mencapai kepentingan mereka di Indonesia, ending dari kerjasama hallyu ini berada pada bidang ekonomi. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Kim Do Hyung, first secretary of Republic Korea Embassy in Indonesia, Beliau mengungkapkan bahwa:

"Tujuan Nasional utama hal lain yang mau diwujudkan Korea Selatan di Indonesia adalah dalam bidang ekonomi. Korea Selatan ingin membangun rencana jangka panjang di Indonesia. Korea Selatan sedang berusaha memperluas perannya dalam masyarakat internasional dengan melakukan modernisasi ekonomi dan kebudayaan guna memberi pengalaman dan keahliannya terutama di negara berkembang termasuk Indonesia (Wawancara dengan first secretary of Republic Korea Embassy in Indonesia" 

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan fokus dari Korea Selatan ialah pencapaian kerjasama ekonomi yang lebih erat dengan Indonesia. Salah satu contohnya pencapaian dalam diplomasi budaya Korea Selatan menggunakan hallyu adalah peresmian Lotte Duty Free di Jakarta tepatnya di bandara Soekarno-Hatta. (Al-Aziz, 2013: 76).

Pembukaan Lotte Duty Free ini yang pertama kali dibuka cabang luar negeri oleh Korea Selatan dengan menggunakan idol Korea Selatan bernama Choi Ji Woo (aktor drama winter sonata) dan Ok Taecyeon (member 2PM). Selain itu ada Eru sebagai brand ambassador Lotte Duty Free. Popularitas mereka dinilai mampu untuk mempengaruhi opini publik demi mencapai kepentingan nasional mereka sendiri. Industri lain menunjukkan minat masyarakat Indonesia terhadap hallyu ialah kosmetik. Dimana daya tarik idol Korea Selatan tidak bias lepas dari kosmetik yang mereka gunakan contohnya penggunaan salah satu brand ambassador kosmetik Bae Suzy yang menjadi icon kecantikan Korea dan hal ini juga memberikan pengaruh pada masyarakat dunia terhadap kosmetik yang mereka gunakan hingga mereka rela jauh-jauh datang hanya demi membeli kosmetik langsung dari Korea Selatan.

Peningkatan jumlah penjualan ksometik juga tidak jauh dari sang idola, walaupun dari Indonesia tidak ada data resmi, namun dapat kita lihat dari ketertarikan masyarakat akan produk kosmetik asal negeri gingseng tersebut seperti Inisfree, nature republic, tony moly, the face shop dan lain sebagainya yang sudah membuka gerai toko di Indonesia. Dimana Indonesia telah bergeser dari yang awalnya banyak menjual brand dari Eropa dan Amerika sekarang mulai bergeser ke Korea Selatan. Penggunaan idol hallyu selanjutnya ialah Won Bin dan Hyun Bin yang menjadi brand ambassador dari produk teknologi Samsung dan LG. kepopuleran dari bintang hallyu banyak mempengaruhi minat konsumen Indonesia akan produk tersebut.

Kerjasama yang dijalin tidak hanya ini saja namun juga ada dalam bidang pariwisata yang paling banyak disorot dari hallyu. Pada tahun 2013, minat masyarakat terhadap Korea Selatan dalam hal pariwisata mengalami kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain. 

dapat kita ketahui bahwa wisatawan Indonesia ke Korea makin tinggi tiap tahunnya dan ini memberikan dampak pemasukan pada pendapatan negara. Peningkatan ini juga tidak semata-mata sendiri namun juga atas peran hallyu di dalamnya. Kebanyakan warga negara Indonesia datang ke Korea kerap melakukan kunjungan ke lokasi dan tempat-tempat pembuatan drama atau film Korea, kita ambil contoh yaitu Nami Iland (winter sonata), namsan tower (my love from the star), jumunjin beach (Goblin), Baekje Cultural Land (scarlet heart ryeo), pulau jeju (secret garden) dan masih banyak lagi.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa hallyu merupakan instrument penting yang mendorong meningkatnya angka ekonomi dari kegiatan impor dan ekspor produk Korea Selatan ke Indonesia dan juga penggunaan hallyu merupakan alat diplomasi publik yang mana mereka dapat mempengaruhi masyarakat demi mendapat keuntungan di bidang ekonomi.

PERAN HALLYU WAVE DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA

Hubungan Indonesia dan Korea Selatan dalam bidang budaya telah terjalin sejak 2008 dimana saat itu diadakan pertemuan dengan Komite Budaya Indonesia-Korea Selatan untuk memperkuat kerjasama dalam bidang budaya, kesenian, permuseuman, arkeologi, kediklatan, sejarah, dan indiustri budaya. Kelanjutan dari kesepakatan ini adalah mulai di gelarnya acara Indonesia-Korea Week di tahun 2009. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memperkenalkan budaya satu sama lain agar lebih dekat kepada masyarakat karena memang acara tersebut dibuka untuk umum.

1. Indonesia-Korea Week 2009

Acara ini digelar pada 9-18 Oktober 2009, pada kegiatan ini Korea Selatan memperkenalkan tarian tradisional mereka yang telah berumur 2000 tahun. Selain itu, Korea Selatan juga memperkenalkan masyarakat Indonesia pada instrument musik tradisional mereka. Tidak hanya dalam bidang seni saja, Korea Selatan juga memperkenalkan produk agrikultur (pir, gingseng, apel), seni border, produk kehutanan (jamur dan kenari), dan juga pameran kuliner tradisional. Tidak lupa mereka juga menayangkan filmnya seperti: "The Divine Weapon", " Beyond The Years", "Seven Days", "The Show Must Go On", "Christmas in August'.

2. Indonesia-Korea Week 2010

Pekan kebudayaan ini dilaksanakan pada tanggal 12-17 Oktober 2010 dimana pada awal pembukaan kedua negara saling memperkenalkan pakaian mereka. Korea Selatan dengan Hanbok dan Indonesia dengan Batik, selanjutnya Korea mengenalkan seni keramik mereka dalam acara "Korean Ceramic Beauty of 1000 years" dan melakukan kegiatan seperti di tahun sebelumnya. Disini tak lupa pihak Korea Selatan membawa bintang hallyu  untuk mengadakan pertunjukan musik, yang mana pada saat itu yang diundang ialah Shinee dan Girls Day dalam acara "Indonesia-Korea Friendship Sharing Concert 2010" (koreaboo.com). Selain itu, juga diadakan kegiatan job fair yang melibatkan beberapa perusahaan antar kedua negara tersebut.

3. Indonesia-Korea Week 2011

Kegiatan tahunan ini diadakan pada 28 September- 3 Oktober 2011 sekaligus merayakan ulanggtahun ke 38 berjalannya hubungan kerjasama Indonesia Korea Selatan. Dimana acara ini hampir sama seperti tahun sebelumnya yang mengundang bintang hallyu dan digelar acara pameran lukisan tradisional serta pertandingan olahraga taekwondo yang melibatkan perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia.

4. K-Festival 2013

Festival ini digelar pada 19-20 April 2013. Selain mengadakan Korean Travel Fair, mereka juga mengadakan kompetisi dance dan lomba foto menggunakan hanbok untuk para remaja Indonesia. Lebih lagi diadakan skin care and make up demonstration yang meiliki tujuan untuk mempromosikan kosmetik dari negeri gingseng tersebut.

5. Jakarta Fashion Week 2017

Acara ini merupakan bentuk kolaborasi antar negara yang merupakan program exchange platform ini telah memasuki tahun keempat dan akan terus berlanjut dalam JFW di tahun selanjutnya, dimana JFW ini memberikan panggung pada desainer Korea melalui program platform exchange. Juga sebaliknya Indonesia juga diberikan panggunng untuk para desainer melalui ajang fashion Korea.

Kegiatan pertukaran budaya yang rutin dilaksanakan tiap tahun oleh kedua negara sebelumnya merupakan bentuk dari diplomasi budaya yang sering diterapkan oleh pemerintah Korea Selatan terhadap Indonesia. Dampak sosial dari adanya kerjasama hallyu ini adalah cover dance oleh kaum remaja, dengan menggunakan pakaian, tarian, hingga lip sync seperti yang dilakukan idola mereka. Semakin mirip maka akan dinilai semakin baik. Dimana saat itu Korea Selatan mengapresiasi cover dance dari Indonesia melalui acara K-POP Cover Dance Festival sejak 2011.

Di Indonesia cover dance menjadi sebuah tren baru terutama di kalangan remaja, cover dance yang kita lihat sekarang merupakan dampak dari strategi soft power yaitu peniruan. Rasa kagum para remaja seringkali dituangkan dalam cover dance dan cover song dan pernah diundang untuk acara pembukaan Lotte Shopping Avenue. Tak lupa juga pihak Korea Selatan mengundang idol hallyu  yakni VIXX dan Glam. Dalam bidang ekonomi dengan cara intens menggunakan hallyu untuk pembukaan gerai Lotte yang memiliki tujuan mendapat perhatian dan apresiasi dari masyarakat pecinta hallyu  di Indonesia. Sebagai budaya yang populer di Indonesia media elektronik Indonesia juga ikut memberikan pembahasan rutin mengenai seputar berita dan budaya Korea Selatan seperti: Detik.com, kapanlagi.com, liputan6.com, insert.com, wowkeren.com dan intipseleb.com.

Di samping itu, maraknya boyband dan girlband menggambarkan pengaruh pada musik Indonesia. Dampak hallyu juga dapat dilihat dalam bidang pendidikan yang sebelumnya sudah dibahas menganai KTO dan KCC di Jakarta. KCC ini seringkali dilibatkan dalam kegiatan yang melibatkan sejumlah bintang hallyu seperti fanmeet ataupun konser dimana mereka memberikan tiket gratis pada pelajar yang beruntung secara acak sebagai daya tarik bagi pelajar di KCC yang banyak di dominasi oleh kaum remaja. Selain meningkatnya jumlah pelajar yang menekuni bahasa Korea Selatan ada juga beberapa universitas yang memberikan pelajaran bahasa Korea seperti UNAS, UGM, dan UI.

KESIMPULAN 

Korea Selatan menggunakan hallyu  sebagai kekuatan soft power untuk mencapai kepentingan negaranya. Hallyu berkembang sebagai alat diplomasi oleh Korea Selatan. Indonesia mulai mengenal hallyu melalui drama yang mana dari drama tersebut menyebar kebudayaan dan keseharian orang Korea Selatan yang nantinya ditiru oleh masyarakat Indonesia. Berbagai kerjasama lahir karena hallyu.  Dibidang ekonomi hallyu dimanfaatkan untuk kerjasama ekonomi, contohnya pada pembukaan Lotte cabang Indonesia. Berbagai Industri juga menggunakan hallyu sebagai alat untuk menarik perhatian dari masyarakat. Diantaranya ada kosmetik, dan teknologi elektronik macam Samsung dan LG. Dan juga Industri pariwisata yang mengalami kenaikan wisatawan secara pesat untuk mengunjungi daerah lokasi syuting drama pembuatan film Korea.

Bidang Sosial budaya juga terus-menerus memperkenalkan kebudayaan Korea Selatan di Indonesia, ditunjukkan dengan adanya Indonesia-Korea Week yang sudah digelar sejak tahun 2009. Banyak disana saling mengenalkan budaya mereka seperti makanan, musik, pakaian tradisional, tarian, lukisan hingga keramik. Dalam hal budaya dan pengaruh dari globalisasi cover dance masuk sebagai budaya baru oleh Indonesia, dimana ia lahir karena kekaguman remaja Indonesia terhadap bintang Korea yang akhirnya dituangkan melalui tarian cover. Yang mana pada saat itu Korea Selatan mengadakan kompetisi cover dance dengan pemenangnya dapat belibur ke Korea secara gratis. Serta cover dance ini digunakan untuk sarana perkenalan produk ekonomi mereka yaitu pembukaan dan peresmian Lotte Shopping Avenue.

Hallyu merupakan asset penting Korea Selatan yang berguna untuk menambah nilai perekonomian mereka melalui bidang budaya. Yang awalnya masyarakat Indonesia tidak mengetahui dan menyukainya perlahan jadi menerima dan mengkonsumsi produk dari Korea Selatan. Minat dari kalangan remaja juga cukup tinggi serta daya kunjung wisatawan yang meningkat mencerminkan minat Indonesia untuk mengetahui Korea Selatan lebih jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Sita Hidriyah, 2017. Penguatan Kerjasama Ekonomi Indoneisa-Korea Selatan. Vol.(IX),No.(6).

Eisya Putri Adiyanti, 2016. Kerjasama Pertahanan Indonesia-Korea Selatan Dalam Pengembangan Pertahanan. Makassar: Universitas Hassanudin.

Dafi Hifzillah, 2014. Peran Hallyu Bagi Korea Selatan Dalam Hubungan Bilateral Korea Selatan Indonesia. Jakarta: Universitas Islam Syarif Hidayatullah.

Rini Afriantari, dan Cindy Yosita Putri. 2017. Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam Pengembangan Sektor Industri Kreatif di Indonesia. Vol.1,No.1

Ajeng Puspa Marlinda, 2016. Diplomasi Budaya Korea Selatan di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ni Luh Aulia Puspita, 2015. Peran KBRI Seoul Dalam Promosi Budaya Dan Pariwisata Indonesia Di Korea Selatan. Yogyakarta: UPN Veteran.

https://Marieska.Jawapos.com/2019/10/23/Indonesia-Korea Selatan-Perkuat-Kerjasama-Di-Bidang-Bisnis-Hiburan. (diakses pada 23 Oktober 2020).

Sofia Trisni, dan Rika Isnarti. 2012. Pencapaian Kepentingan Korea Selatan melalui Diplomasi Publik Korean Wave. Universitas Andalas. Vol.(2),No.(2).

Shella Luthfiana. 2019. Kepentingan Diplomasi K-POP Korea Selatan Terhadap Indonesia Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial Budaya Tahun 2015-2018. Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah.

Leonardo. 2019. Diplomasi Budaya Korea Selatan Dan Implikasinya Terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan-Indonesia. Bandung: Universitas Komputer Indonesia. Vol.(3),No.(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun