1 menit = 60 detik = ꝏ
1’ = ꝏ
Bunyi pena terjatuh di atas meja kembali terdengar akibat kegagalan-kegagalan berulang dari putaran pena anak eks-veteran. Frekuensi kesalahannya semakin sering bila dibandingkan dengan yang sebelumnya. Ini konspirasi alam semesta untuk menghentikan pemikiranku. Hanya orang bodoh yang jatuh di lubang yang sama. Sayangnya aku bukanlah orang bodoh lagi.
Retina mataku kembali menatap sketsa rumus yang telah dibuat.
Bagiku, tidak hanya semenit, apa pun satuan menggunakan angka, ia sama dengan ketakterbatasan itu sendiri. Bahkan setipa angka, seacak apa pun engkau memilihnya, selalu diambil dari ketakterbatasan numerik. Bila aku memilih angka satu, angka tersebut adalah bagian tertentu dari ketakterbatasan karena masih ada 1,5 – 1,397 – 1,00004 dan semesta digid tak terbatas lain di belakang angka satu. Rumusan formula kedua ditemukan:
Semua angka = ꝏ
1 = ꝏ
Namun, angka satu tidak merangkum ketakterbatasan. Ia hanya bagian atom kecil dari ketakterbatasan itu sendiri. Ibaratnya, angka satu adalah sepotong gigi geraham dalam semesta gigi geligi di atas rahang ketakterbatasan. Dengan demikian, setiap angka adalah pembatasan atau pengurangan dari ketakterbatasan. Formula ketiga ditemukan:
1 = -- (ꝏ)
Lonceng bordering sayup. Waktu telah habis.
“Kumpulkan kembali lembar jawaban kalian dan keluar ruangan dengan tenang”, ujarku. Ruangan kembali sibuk. Suara lipatan dan gesekan kertas menggaung. Tubuh-tubuh para siswa berarak keluar setelah mengumpulkan lembaran jawaban mereka. Si anak eks veteran berada di tengah kerumunan itu. Ia tersenyum tanda kemenangan.