Mohon tunggu...
Geovanny Calvin Pala
Geovanny Calvin Pala Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pencinta dan penggiat sastra. Berbekal ilmu Filsafat yang telah ia rampungkan di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, ia kini mengajar di SMAS Seminari San Dominggo Hokeng. Penggemar karya-karya Ayu Utami ini mengisi waktu luangnya dengan menghasilkan berbagai tulisan di media-media. Baginya, menulis bukan merupakan usaha untuk mencari isi kebenaran, melainkan untuk melatih cara berpikir demi mendekati kebenaran.

Seorang pencinta dan penggiat sastra. Berbekal ilmu Filsafat yang telah ia rampungkan di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, ia kini mengajar di SMAS Seminari San Dominggo Hokeng. Penggemar karya-karya Ayu Utami ini mengisi waktu luangnya dengan menghasilkan berbagai tulisan di media-media. Baginya, menulis bukan merupakan usaha untuk mencari isi kebenaran, melainkan untuk melatih cara berpikir demi mendekati kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Seorang Eks Veteran

29 Desember 2020   21:26 Diperbarui: 30 Desember 2020   09:31 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

1 menit = 60 detik =  ꝏ

 1’ = ꝏ

 Bunyi pena terjatuh di atas meja kembali terdengar akibat kegagalan-kegagalan berulang dari putaran pena anak eks-veteran. Frekuensi kesalahannya semakin sering bila dibandingkan dengan yang sebelumnya. Ini konspirasi alam semesta untuk menghentikan pemikiranku. Hanya orang bodoh yang jatuh di lubang yang sama. Sayangnya aku bukanlah orang bodoh lagi.

 Retina mataku kembali menatap sketsa rumus yang telah dibuat.

 Bagiku, tidak hanya semenit, apa pun satuan menggunakan angka, ia sama dengan ketakterbatasan itu sendiri. Bahkan setipa angka, seacak apa pun engkau memilihnya, selalu diambil dari ketakterbatasan numerik. Bila aku memilih angka satu, angka tersebut adalah bagian tertentu dari ketakterbatasan karena masih ada 1,5 – 1,397 – 1,00004 dan semesta digid tak terbatas lain di belakang angka satu. Rumusan formula kedua ditemukan:

 Semua angka = ꝏ

1 = ꝏ

 Namun, angka satu tidak merangkum ketakterbatasan. Ia hanya bagian atom kecil dari ketakterbatasan itu sendiri. Ibaratnya, angka satu adalah sepotong gigi geraham dalam semesta gigi geligi di atas rahang ketakterbatasan. Dengan demikian, setiap angka adalah pembatasan atau pengurangan dari ketakterbatasan. Formula ketiga ditemukan:

 1 = -- (ꝏ)

 Lonceng bordering sayup. Waktu telah habis.

 “Kumpulkan kembali lembar jawaban kalian dan keluar ruangan dengan tenang”, ujarku. Ruangan kembali sibuk. Suara lipatan dan gesekan kertas menggaung. Tubuh-tubuh para siswa berarak keluar setelah mengumpulkan lembaran jawaban mereka. Si anak eks veteran berada di tengah kerumunan itu. Ia tersenyum tanda kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun