Mohon tunggu...
Callmehai
Callmehai Mohon Tunggu... Konsultan - Astrophile || Mahasiswa Farmasi STIKES Andini Persada Mamuju

Bercanda bersama kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orgasme Berbuah Petaka

3 April 2022   21:19 Diperbarui: 3 April 2022   21:24 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang sudah gemetaran takut, tanpa tercegah kukeluarkan kalimat yang asli membuat mata Dono menatapku kaget.

"Dia yang merebut perawanmu, Rea!"

Mata Rea langsung tertancap pada mata Dono yang hampir keluar dari peraduannya. Dono menggeleng, perlahan mundur. Belum sempat dia membela diri, Rea sudah mencekik tenggorokannya di sana.

Rasa bersalah campur takut menghujamiku. Aku telah melakukan kesalahan fatal. Dono telah kuhianati! 

Setelah mayat Dono tergeletak, Rea tertawa terbahak-bahak. Sampai arwahnya kulihat ke luar dari tubuhnya, lalu ditelan oleh udara. Dua mayat ini kini bersimpuh di depanku. Ngeri dan takut, segera aku berlari ke rumah Pak Zaenal.

"Pak, Pak! Mayat Rea ada di rumah Dono."

Tidak menunggu lama, semua orang berkumpul. Kutuntun mereka sambil menceritakan hal yang hanya kukarang-karang. Ada sesak saat mengatakannya, namun apa boleh buat. Nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Dono sudah menjadi mayat, dengan fitnah yang kubangun sendiri.

Mayat Dono ikut di bawah ke rumah Pak Zaenal. Di mandikan, dikafani, disholati di sana. Kuburnya juga berdekatan dengan kubur Rea. 

***

Tidak terasa, malam berubah siang. Padahal mataku belum pernah terpejam. Rasa takut masih menyapaku. Bukan ke Rea lagi, tapi ke Dono. Tidak menutup kemungkinan, bukan? kalau saja Dono juga akan menjadi arwah penasaran dan mencariku kemudian. Ah. Membayangkannya saja, aku bisa frustasi!

Tidak tahu akan berhasil atau tidak, aku melangkah mengambil kertas besar yang ada di laci kerja Dono. Merangkai kata di atasnya menggunakan spidol. Tidak berlangsung lama, aku membaringkan kertas itu terlentang di atas kasur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun