Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Kebutuhan Mewah" Itu Bernama Kuliah

19 Mei 2024   13:47 Diperbarui: 24 Mei 2024   04:40 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Toga wisuda. (Sumber gambar: Freepik.com)

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan Tinggi berkewajiban memenuhi hak Mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik.

Masuknya platform pinjol ke dalam ranah pembiayaan perkuliahan, bisa jadi mempertegas soal rencana peleburan undang-undang tersebut. 

Artinya, bagi mahasiswa atau calon mahasiswa yang ingin menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan pilihan alih-alih wajib, bolehlah membiayai pendidikannya melalui dana pinjaman.

Walaupun pada kenyataannya, semanis apapun kemasannya, yang namanya pinjaman bukanlah sebuah solusi yang tak menimbulkan masalah. 

Alih-alih menuntaskan masalah, bagi mahasiswa kalangan tertentu, membayar uang kuliah dengan uang pinjaman berpotensi menimbulkan masalah baru, yakni jika mahasiswa ini terjebak dalam situasi gagal bayar pinjaman uang kuliah.

Kembali ke soal pernyataan ibu sesditjen soal menempuh perguruan di jenjang perguruan tinggi adalah sebuah pilihan. 

Jika melihat situasi terkini, boleh jadi memang benar bahwa melanjutkan studi ke jenjang kuliah hanya bisa dilakukan oleh segelintir anak bangsa yang sudah siap dengan biaya studinya sampai dengan lulus kuliah.

Termasuk jika biaya studi yang dipatok oleh penyelenggara pendidikan tinggi, terus menerus dinaikkan. Karena toh selama ini tidak ada financial fair play yang jelas dalam penentuan uang semesteran di perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri.

Apa yang diucapkan oleh Ibu Tjitjik soal berkuliah di perguruan tinggi merupakan kebutuhan tersier, esensinya mungkin sama dengan yang dahulu diucapkan oleh kakek saya kepada ibu saya, yang saya ceritakan di atas, bahwa pendidikan yang primer---dan sekunder--adalah pendidikan pra-sekolah hingga SMA dan sederajat.

Ini artinya, ucapan seseorang di tahun 2024 sama dengan ucapan seseorang di tahun 1972, bahwa kuliah merupakan 'barang mewah'. Alias bukan sebuah prioritas dalam pendidikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun