Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Seri 2, Keputusan Stratejik: Pentingnya Pengendalian Emosi agar Tercapai Negosiasi yang Efektif

15 November 2022   18:10 Diperbarui: 15 November 2022   18:20 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seri 2. Pengambilan Keputusan Stratejik : Pentingnya Pengendalian Emosi Agar Tercapai Negosiasi Yang Efektif

Oleh : Subroto

  • PENGANTAR

Sebagai lanjutan dari artikel sebelumnya (artikel yang berjudul "Pentingnya Mengenal Emosi Bagi Pemimpin" ), sekedar mengingat terdapat dua kisah yang berbeda yang menceritakan tentang kisah antara negoisasi yang berhasil dan gagal. 

Negoisasi merupakan pertemuan antara kedua belah pihak yang memiliki misi atau kepentingan, dimana akan menghasilkan suatu kesepakatan dari salah satu diantaranya kepentingan tersebut atau keduanya.

Dalam kisah negoisasi yang terjadi pada Camp David, Presiden Carter pandai memanfaatkan emosinya sehingga menghasilkan kesepakatan dengan baik. Namun pada kisah yang lain, sang direktur yang terlalu sombong dan percaya diri, tidak pandai memanfaatkan emosinya, selain terjadi kegagalan dalam kesepakatan bahkan justru berdampak buruk baginya.

a) Emosi tidak dapat dihilangkan

Kita tidak bisa menghilangkan emosi seperti kita menghilangkan pikiran yang terjadi dalam diri kita. Setiap hari kita mangalami berbagai perasaan baik rasa bahagia atau sedih, frustasi atau optimis, sakit atau senang, dsb.

Sangatlah tidak bijak mematikan emosi yang justru akan berdampak tidak baik atau akan mempersulit diri kita. Justru adanya emosi tersebut akan memberikan informasi tentang hal-hal penting. Adanya emosi tersebut akan membuat kita lebih fokus terhadap apa-apa yang penting bagi orang lain.

b) Tidak berguna mengabaikan emosi

Mengabaikan emosi yang terjadi baik pada diri kita atau orang lain sangat membahayakan, karena emosi akan selalu datang dan mempengaruhi kita. Mungkin kita bisa mengabaikan emosi, tetapi emosi tidak pernah mengabaikan kita.

c) Emosi dapat mempengaruhi diri kita

Emosi dapat membuat kita berkeringat, gugup, wajah kita memerah pertanda tegang, atau bisa juga membuat kita merasa nyaman, tertawa, gembira, dsb. Oleh karenanya, seharusnya kita dapat mengontrol emosi-emosi tersebut. 

Mungkin kita bisa menahan tawa karena senang, atau rasa sedih karena kecewa, tetapi tubuh kita tetap mengalami perubahan emosi secara psikologis. Dengan menahan untuk tertawa, kita merasa perut akan terasa tegang. 

Atau sebaliknya, ketika kita menahan rasa sedih, kita akan merasa sesak didada. Dan hal terpenting adalah jika kita menahan emosi justru menyulitkan kita untuk berkonsentrasi terhadap persoalan-persoalan yang substantif.

d) Emosi dapat mempengaruhi pikiran kita

Adanya rasa kecewa atau marah saat kita mengalami emosi, maka akal pikiran akan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif. Yang ada dalam pikiran kita adalah menyangkal apapun statement tersebut atau mencela orang lain. Pikiran negatif akan mentup kta untuk berpikir dan belajar. Banyak kegagalan terjadi karena kita terperangkap dalam emosi dan pikiran negatif.

Demikian sebaliknya dengan emosi positif, justru pikiran kita terpusat pada apa yang benar atas statement atau perkataan orang lain. Dengan mengontrol emosi, pikiran kita menjadi lebih terbuka, kreatif dan bersikap fleksibel. Kita tidak tergoda untuk menoleh atau menerima gagasan, tetapi mencari hal-hal yang terbaik dari kesepakatan tersebut.

e) Emosi mempengaruhi Perilaku

Setiap emosi yang kita rasakan, akan memotivasi untuk mengambil tindakan. Jika kita merasa senang, maka secara fisik ada keinginan untuk merangkul orang lain. Dan sebaliknya, jika kita merasa atau marah, maka kita akan mengambil sikap antipati, tidak setuju atau tidak memihak, bahkan akan meninggalkan rapat tanpa ada kesepakatan.

  • SULITNYA MENGATASI EMOSI

Merupakan pekerjaan yang sulit untuk mengatur emosi yang terjadi baik pada diri kita maupun orang lain. Ada orang yang mampu mengatasi emosi secara langsung, bahkan mampu meningkatkan kemampuan mereka. Memang teramat sulit mengatasi emosi seketika ketika kita sebagai negoisator. Bahkan seorang psikolog atau psikiater juga mengalami kesulitan mengontrol emosi mereka sendiri saat melaksanakan tugasnya.

Hal tersebut dapat dibayangkan, dimana kita melakukan lebih dari satu kegiatan dalam waktu bersamaan. Seperti halnya, kita naik sepeda seraya bermain sulap dan bertelepon dengan seseorang. Bayangkan ketika kita sedang mengatasi emosi, saat melakukan negoisasi, kita sedang mencari-cari tanda-tanda emosi yang terjadi pada diri kita dan sekaligus mengamati emosi yang terjadi pada pihak lawan. 

Apakah kita sedang berkeringat sebagai tanda mengalami emosi negatif?, apakah mereka sedang menyilangkan tangan di dada sebagai tanda tidak setuju?, dsb.

Kita harus menganalisis situasi dengan asumsi penyebab-penyebabnya dengan beragam bentuk yang mungkin tidak jelas. Kita harus bertindak dan mengamati dampak atas emosional tersebut. Salah satu tujuannya adalah bagaimana kita dapat mengarahkan atau memunculkan emosi positif pada diri kita atau orang lain, sehingga tercapai kesepakatan sesuai dengan keinginan bersama.

  • MENGARAHKAN EMOSI

Merupakan hal yang sia-sia jika karena memakan waktu dan energi banyak hanya menguruis emosi yang terjadi pada diri kita atau orang lain. Hal yang terbaik adalah bagaimana mengarahkan perhatian atau fokus kita pada apa yang membangkitkan emosi tersebut.

Sebenarnya tujuan utama dalam bernegoisasi ketika dalam rapat adalah mengetahui keinginan diantara kedua belah pihak. Salah satu kelemahan kita adalah tidak pernah mengetahui dan memahami keinginan mereka. Ada lima keinginan yang merangsang atau memicu, entah emosi positif atau negatif dalam suatu negoisasi seperti yang diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel . Keinginan dan Dampak

Keinginan Utama

Keinginan yang diabaikan jika...

Keinginan terpenuhi jika...

Apresiasi

Pikiran, perasaan atau tindakan kita dianggap tidak bernilai

Pikiran, perasaan atau tindakan kita diakui membawa kebaikan

Afiliasi

Kita diperlakukan sebagai musuh dan orang lain menjaga jarak dengan kita

Kita diperlakukan sebagai rekan atau mitra

Otonomi

Kebebasan kita untuk mengambil keputusan tidak dihargai

Orang lain menghormati kebebasan kita untuk memutuskan persoalan penting

Status

Posisi kita atau kita dipandang inferior

Posisi atau pendirian kita diakui sepenuhnya

Peran

Peran dan aktivitas kita secara pribadi tidak terpenuhi

Peran dan aktivitas kita secara pribadi terpenuhi

Jika kita bisa menangani keinginan tersebut secara efektif, maka kita bisa merangsang munculnya emosi-emosi positif yang terjadi pada diri kita maupun orang lain. Kelima keinginan tersebut akan berpadu, bercampur dan bergabung menjadi satu kesatuan. Akan tetapi, masing-masing keinginan memiliki kontribusi tersendiri dalam merangsang munculnya emosi.

Untuk mengakomodir atau mengharmonisasi perlu keselarasan, laksana dirigen dalam sebuah orkestra. Masing-masing instrumen akan tampil sendiri tanpa adanya tabrakan yang mengganggu 'kuping' penikmat musik.

1. Persiapan sebelum Pertemuan

Lakukan persiapan dengan baik sebelum kita mengadakan pertemuan atau Rapat terutama bahan materi yang akan dibahas, maupun hal-hal penitng lainnya. Penguasaan materi adalah hal yang penting dengan memandang berbagai segi dan siapkan bahan-bahan pendukung, terutama materi-materi yang kita anggap krusial atau penting dengan alasan-alasan yang tepat.

Sebaiknya kita menganalisis keinginan-keinginan utama tersebut dengan membuat daftar atas emosi positif atau negatif yang mungkin muncul dan akan terjadi pada diri kita atau orang lain. Buatlah simulasi kira-kira apa yang akan terjadi pada orang lain jika kita salah mengatakan sesuatu?, apakah orang lain merasa otonominya dibatasi jika kita mengubah proposal/draft tanpa persetujuan dan sepengetahuan mereka?, langkah atau tindakan apa yang kita perlukan jika mengalami situasi seperti itu?,dsb.

2. Memimpin pertemuan atau rapat

Dalam memimpin rapat kita harus mempersiapkan mental atau kendali emosi kita dengan baik sebelum pertemuan dimulai. Biasakan diri untuk datang lebih dahulu sebelum acara dimulai, agar kita dapat mengenal sikap peserta sehingga dapat menguasai keadaan.

Hal yang terpenting adalah kita harus mengenal dengan baik dengan siapa kita berhadapan terutama kebiasaan atau sikap mereka. Buatlah suasana yang hangat dan menarik sebelum kita membicarakan pada tingkat atau hal-hal utama yang akan dibicarakan atau didiskusikan.

Sesuai pepatah cina (pedang Zen) "orang yang menang perang adalah yang mengetahui kelemahan lawan dan lapangan". Kita harus sadari bahwa peserta rapat atau pihak lawan (kelompok) juga telah mempersiapkan 'sesuatu' sebelum berlangsungnya pertemuan atau rapat. 

Oleh karenanya, sangatlah penting untuk tahu informasi sebelumnya tentang respon atau sikap mereka atas keberterimaan hal-hal yang akan dibahas. Sehingga kita akan tahu langkah atau tindakan apa yang harus dilakukan.

Seandainya ketentuan atau hal yang dirapatkan tersebut tidak disetujui, atau pendapat mereka tidak akan dihargai, kita bisa mencari alternatif atau tindakan tertentu untuk menarik perhatian. Janganlah mengintimidasi atau mengesploitasi lawan secara berlebihan, hargai pendapat mereka walau kita tahu bahwa argumentasi mereka lemah. Ingatlah bahwa pertemuan yang dihasilkan bukanlah menghasilkan siapa yang benar atau salah, atau siapa yang kuat dan lemah, namun mencari suatu kesepakatan atau solusi terbaik agar dapat dilaksanakan dengan baik nantinya.

3. Meninjau ulang negoisasi atau kesepakatan

Kita perlu menyusun kembali atas hasil kesepakatan yang 'tidak sepakat' dengan menggunakan keinginan utama dan memahami mengapa terjadi reaksi emosional yang berlebihan. Jika salah satu peserta rapat membuat diskusi terputus, kita bisa meluangkan waktu untuk mengulangi keinginan utama yang menyebabkan mereka marah.

  • PENUTUP 

Sebagai kata akhir dari penulis bahwa kita sebenarnya dapat memanfaatkan informasi -- informasi untuk mengarahkan situasi dengan harapan agar kejadian tidak terulang kembali. Coba kita evaluasi kembali daftar-daftar situasi yang telah kita rancang sebelumnya dan jalankan strategi dan alternatif-alternatif yang telah kita persiapkan sebelumnya.

Dengan demikian, dampak emosional negatif yang terjadi akan dapat kita kurangi atau minimalisir sehingga tercapai kesepakatan dari negosiasi sesuai yang diharapkan.

Sumber Pustaka :

Keajaiban Emosi Manusia (Quantum Emotion for Smart Life), Roger F & Daniel S, Penerbit Think Jogjakarta, 2008. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun