c) Emosi dapat mempengaruhi diri kita
Emosi dapat membuat kita berkeringat, gugup, wajah kita memerah pertanda tegang, atau bisa juga membuat kita merasa nyaman, tertawa, gembira, dsb. Oleh karenanya, seharusnya kita dapat mengontrol emosi-emosi tersebut.Â
Mungkin kita bisa menahan tawa karena senang, atau rasa sedih karena kecewa, tetapi tubuh kita tetap mengalami perubahan emosi secara psikologis. Dengan menahan untuk tertawa, kita merasa perut akan terasa tegang.Â
Atau sebaliknya, ketika kita menahan rasa sedih, kita akan merasa sesak didada. Dan hal terpenting adalah jika kita menahan emosi justru menyulitkan kita untuk berkonsentrasi terhadap persoalan-persoalan yang substantif.
d) Emosi dapat mempengaruhi pikiran kita
Adanya rasa kecewa atau marah saat kita mengalami emosi, maka akal pikiran akan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif. Yang ada dalam pikiran kita adalah menyangkal apapun statement tersebut atau mencela orang lain. Pikiran negatif akan mentup kta untuk berpikir dan belajar. Banyak kegagalan terjadi karena kita terperangkap dalam emosi dan pikiran negatif.
Demikian sebaliknya dengan emosi positif, justru pikiran kita terpusat pada apa yang benar atas statement atau perkataan orang lain. Dengan mengontrol emosi, pikiran kita menjadi lebih terbuka, kreatif dan bersikap fleksibel. Kita tidak tergoda untuk menoleh atau menerima gagasan, tetapi mencari hal-hal yang terbaik dari kesepakatan tersebut.
e) Emosi mempengaruhi Perilaku
Setiap emosi yang kita rasakan, akan memotivasi untuk mengambil tindakan. Jika kita merasa senang, maka secara fisik ada keinginan untuk merangkul orang lain. Dan sebaliknya, jika kita merasa atau marah, maka kita akan mengambil sikap antipati, tidak setuju atau tidak memihak, bahkan akan meninggalkan rapat tanpa ada kesepakatan.
- SULITNYA MENGATASI EMOSI
Merupakan pekerjaan yang sulit untuk mengatur emosi yang terjadi baik pada diri kita maupun orang lain. Ada orang yang mampu mengatasi emosi secara langsung, bahkan mampu meningkatkan kemampuan mereka. Memang teramat sulit mengatasi emosi seketika ketika kita sebagai negoisator. Bahkan seorang psikolog atau psikiater juga mengalami kesulitan mengontrol emosi mereka sendiri saat melaksanakan tugasnya.
Hal tersebut dapat dibayangkan, dimana kita melakukan lebih dari satu kegiatan dalam waktu bersamaan. Seperti halnya, kita naik sepeda seraya bermain sulap dan bertelepon dengan seseorang. Bayangkan ketika kita sedang mengatasi emosi, saat melakukan negoisasi, kita sedang mencari-cari tanda-tanda emosi yang terjadi pada diri kita dan sekaligus mengamati emosi yang terjadi pada pihak lawan.Â