Dengan demikian, hakikat kebahagian paling tinggi dalam pandangan Ibn Miskawayh hanya akan terwujud jika manusia dapat berkembang dari makrifat mawjdt ke ma'rifatullh. Dan barang siapa yang mampu mencapai maqm ini, maka akan mencapai kebahagiaan tertinggi. Namun demikian bukan berarti ia manafikan hal-hal materil dan jasad (mawjudt), melainkan menjadikannya sebagai salah satu sarana menuju ma'rifatullh.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas setidaknya dapat kita ambil beberapa poin penting. Diantaranya; pertama, bahwa hakikat akhlak menurut Ibn Miskawaih adalah suatu keadaan jiwa yang melahirkan perbuatan atapun tindakan secara spontan, tanpa adanya unsur sandiwara, rekayasa maupun paksaan. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan adanya unsur paksaan, bukanlah akhlak. Namun demikian, suatu perbuatan akan dapat menjadi akhlak manakala hal tersebut terus-menerus dilatih dan dibiasakan hingga akhirnya menjadi sifat, watak dan pada akhirnya menjadi akhlaknya.
Kedua, jiwa yang merupakan salah satu bagian penting dari manusia, merupakan sumber dari akhlak atau perbuatan yang dikerjakan. Ibnu Miskawayh dalam hal ini membaginya ke dalam tiga, yaitu; al-Nafs al- Nt}iqah, al-Nafs al-Sabu'iyyah, al-Nafs al-Bahimiyyah. Masih-masing dari ketiganya akan saling mempengaruhi dan selalu mengambil porsi lebih dari yang lainnya. Jika hal ini terjadi maka akan terlahir dan keluar darinya sifat tercela yaitu menganiaya. Namun, jika ketiganya seimbang dan selalu mendengarkan nasehat al-Nafs al-Nt}iqah yang disokong oleh ilmu syari'at agama, maka akan menghasilkan akhlak mulia.
Ketiga, keutamaan (fadhlah) dalam diri manusia akan dapat digapai melalui pembenahan akhlak. Dan Riyad}atu al-Nafs merupakan jalan terbaik untuk melatih dan mendidik agar jiwa manjadi bersih sehingga berakhlak terpuji. Segala sifat serta perbuatan baik akan muncul dan menjadi akhlak mah}mudah manakala jiwanya bersih. Hal ini juga akan terdorong jika potensi daya-daya jiwa teroptimalkan menurut bagiannya masing-masing. Maka dengan begitu, akan membuka jalan tengah yang di dalamnya terdapat perbuatan-perbuatan hasanah.
Keempat, perbuatan-perbuatan terpuji tersebut merupakan manifestasi dari kondisi jiwa yang baik. Keadaan ini adalah cermin akhlak mulia manusia yang merupakan kebaikan (al-khair). Hal ini akan membawanya kepada sebuah kesempurnaan wujud yaitu tidak saja mengetahui mawjdt namun juga ma'rifatullh. Dalam keadaan inilah manusia akan mencapai sebuah wujud yang utama. Karena ia mencapai tingkatan tinggi manusia, maka dapat meraih al-sa'dah al-qus}w yang tidak pernah merasakan ke kekurangan, baik fisik maupun materi. Wallhu a'lam bis}awb.