Siang itu, matahari bersinar sangat terik. Cahayanya begitu menyilaukan membuat perih mata memandang. Sambil menahan gerah yang teramat sangat, seorang perempuan berkerudung coklat muda kira-kira berusia empat puluh tahunan, memilih mengambil jalan pintas yang melewati perkampungan. Seketika melewati sebuah pemakaman, laju motornya dijalankan perlahan. Bukan karena takut. Meski sepi, tidak ada alasan untuk takut bagi dirinya.
Namun, baru saja motornya melaju beberapa meter, tiba-tiba matanya dikejutkan melihat sesosok berbaju putih sedang berjongkok sambil memeluk sebuah nisan. Dia sangat mengenal sosok itu. Tetapi…..mengapa ada di kuburan ? Belum sempat motor dihentikan, sosok itu mengangkat wajahnya dan menoleh ke arahnya.
“Trisman ? Kenapa kamu ada di sini ?” perempuan itu lalu memarkir motornya.
“Ibu…..,” sosok itu mengusap air matanya dengan tangannya.
“Trisman……itu makam siapa ?” tanya perempuan itu setelah mendekat.
“Ibu……ini makam bapak,” sosok yang bernama Tris menjawab sambil sesenggukan.
“Oh, maaf, ibu tidak tahu kalau kamu ternyata anak yatim,” perempuan itu merengkuh bahu Trisman dan ikut duduk jongkok di sebelah kirinya.
“Bapak meninggal waktu aku SD bu,” Trisman menjelaskan.
“Baiklah, mari kita berdoa untuk bapakmu,” perempuan itu mengangkat kedua tangannya. Setelah selesai berdoa, dia mengajak Trisman bangkit.
“Trisman, ayo pulang, ibu antar kamu ke rumah,” katanya dengan lembut.
Trisman tidak menjawab. Dia hanya menurut sesaat tangannya diraih perempuan itu.