“Yaaaah, kita memang musti sabar-sabar menghadapi pembantu. Tidak seperti zaman dulu, mudah cari pembantu, selain pada nurut, rajin, dan juga pada betah,” timpal ibu di sebelahnya.
“Iya, ya. Ngeri juga kalau mendapat pembantu yang tidak benar. Bisa-bisa anak kita jadi korban,”
“Makanya aku terima saja apa adanya pembantu yang sekarang. Meski hobinya nonton televisi. Mulai dari sinetron, infotaiment, talkshow, kuliner, hingga variety show,”
“Iya, pembantuku yang sebelum ini belum apa-apa sudah minta naik gaji. Padahal kerjanya malas, tidak rapih, dan pilih-pilih pekerjaan,”
“Lebih menjengkelkan kalau pembantu sudah minta izin pulang. Entah, mau nengok orangtua, anak, kebun, dan kalau ada acara keluarga. Sedikit-dikit pulang. Sudah begitu selalu mulur kembalinya,”
“Tidak tahulah, rasanya aku sudah lebih dari cukup berbaik hati kepada mereka. Tidak musti kerja setiap jamnya. Malah lebih banyak nganggur daripada lemburnya. Tidur malam bisa lebih cepat, lebih puas, dan tidak ditegur kalau kesiangan. Siang bisa tidur, dan kapanpun boleh main keluar dengan temannya, asalkan pekerjaan sudah selesai,”
“Mungkin karena aku tidak bisa memberi lebih kepada mereka, ya ? Jadi banyak yang tidak betah bekerja. Tetapi memang nasib-nasiban. Ada tetanggaku yang judes banget, tetapi pembantunya selalu betah bekerja,”
Selama mendengar obrolan mereka, mendadak hatiku diliputi kegalauan. Mau rasanya aku menimpali ucapan mereka sekedar untuk memberi pandangan dari sudut seorang pembantu. Tetapi…..bibir ini sulit membuka kata. Aku menjadi begitu galau.
Akhirnya aku merasa butuh kehadiran teman-temanku. Tetapi masalahnya, kepergianku begitu tiba-tiba. Tidak ada satu pun dari teman-teman yang tahu. Ingin balik kembali, sudah tidak mungkin. Tokh, aku yang menginginkan keluar dari pekerjaanku sebagai pembantu.
Sampai di rumah kakak, aku masih belum mengetahui apa rencanaku selanjutnya. Hanya saja aku sudah bertekad untuk tidak lagi mau menjadi pembantu. Setidaknya hingga aku telah dapat menemukan jatidiriku sendiri. Yah, pada akhirnya memang jatidiri itulah yang akan mengukuhkan derajat seseorang untuk menjadi diakui dan dihargai oleh orang lain.
Al Qur’an surah Al Hujurat ayat 13.