Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MIRROR] Perempuan Ber-Egrang di Tengah Malam

13 Desember 2011   09:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Segera saya menuju di meja yang mirip almari yang biasa untuk menaruh bahan-bahan sediaan laboratoriun [PA] dan juga biasa untuk menaruh penyakit yang diambul waktu operasi.  Saya  pilih potongan kaki yang masih ada ikat pinggangnya lalu saya bungkus pakai plastik kresek besar hitam doble 2 biar darah tidak bercecer di lantai, dan biar tidak kelihatan kalau yang saya bungkus tidak keliahatan kalau potongan tubuh manusia, dan hal ini lazim menjadi keseharian pekerjaan saya.

“Ini mbak....” sambil saya menyerahkan tas kresek, dan segera mengambil gagang pintu untuk menutup kembali, namun belum sempat saya menutup pintu, perempuan be-regrang tadi mengucap, “Terima kasih ikat pinggangnya ya mas....”

[caption id="attachment_148490" align="alignleft" width="339" caption="Egrang"][/caption]

Dan kulihat wanita itu berlalu membelakangi saya yang masih merada di depan pintu sebelah dalam. Saya masih bingung dengan ucapan perempuan barusan, dan perlahan perempuan tadi pergi dengan langkah yang gontai karena memakai egrang meninggalkan saya yang masih berdiri didepan pintu. Segera saya menutu pintu melanjutkan tidur, namun saya teringat ikat pinggang yang menempel di di potongan kakai tadi adalah milik saya, segara saya berlari lagi membuka pintu mengejar perempuan tadi, namun setelah pintu saya buka tidak saya dapatkan perempuan beregrang tadi di lorong panjang Kamar Operasi, dan rasanya tidak mungkin perempuan tadi secepat itu meninggalkan lorong panjang ini.

Lorong panjang masih saja sepi, hanya suara “Jegklek..... jeglek.......jeglek..............” suara egrang yang menapak lantai yang semakin lama semakin lirih terdengar dan sampai menghilang.

Pikiran saya kacau, bulu kuduk berdiri keringat dingin mulai mengucur membasahi badan saya, saya mulai ingat perempuan yang barusan mengambil potongan kaki adalah perempuan yang barusan dioperasi dan yang saya tolong di perempatan Tambak Bayan tadi.

[caption id="attachment_148980" align="aligncenter" width="504" caption="Lorong panjang"][/caption]

Segera saya mengangkat gagang telephone dan memencet nomor 813 nomor telephon Ruangan RR [pemulihan].

Begitu diangkat saya langsung bertanya, “Dik pasien yang barusan amputasi tadi bagaimana keadaanya?” Petugas ruangan RR menjawab, “Barusan meninggal 15 menit yang lalu mas, dan sekarang sudah dikirim ke Kamar Mayat.”

Saya langsung lemas, ternyata pasien yang barusan saya operasi tadi adalah perempuan yang saya tolong di trafic light perempatan Tambak Bayan ketika berangkat kerja tadi.

Segera saya ambil wudlu dan segera menggelar sajadah di depan TV dan segera melakukan Sholat Ghoib saya hadiahkan buat  perempuan barusan, dan saya lanjutkanTahlil sebisanya karena nggak hapal sampai hati saya mulai tenang, dan beberapa saat kemudian teman-teman yang dari kantin belakang sudah tiba di ruangan depan TV untuk tidur. Saya diam pura-pura tidur dan tidak akan cerita hal ini pada teman se team saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun