Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MIRROR] Perempuan Ber-Egrang di Tengah Malam

13 Desember 2011   09:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Mas... kakinya kiwir-kiwir gimana ini...." kata Polisi muda yang disebelah kaki.

"Angkat saja........." teriak saya sambil mengawasi kaki yang masih menumpang di bak pik up dan memastikan agar kaki tidak tertinggal. Dua polisi tersebut muntah-muntah, dan yang berada disebelah kanan saya memuntahi bahu saya. Sementara teman saya memegangi botol infus sambil memberi komando berjalan, sedang satunya lagi memegangi tabung O2 tanggung dengan menentengnya.

Kereta dorong sudah di keluarkan dari dalam ambulan dan tepat berada di pintu belakang, dan dipegangi sopir.

Perempuan yang kepalanya ada di pelukan saya sudah mulai siuman, pucat dan dingin mungkin terlalu banyak darah yang keluar. "Sabar ya mbak ..... berdo’a Alloh..... Alloh.....Alloh.......” kata saya lirih pada perempuan yang mukanya hampir mepet dengan muka saya, si perempuan Cuma mengangguk dan mulutnya telihat bergerak teratur dengan desahan lirih, “Alloh....alloh.....Alloh.........Alloh..........”

Sesampai di kereta dorong, segera dimasukan ke dalam ambulan, saya usap rambutnya lembut seakan ikut merasakan kesedihanya dan berharap dia tabah, meski mungkin yeri hebat dirasakannya.

Saya kembali ke perempuan yang pertama, dia masih terlentang dengan muka yang sudah ditutupi koran, dan empat polisi mengerumuninya.

“Yang ini sudah nggak bisa diselamatkan pak, tolong diurus....” ucap saya pada Polisi, sambil saya mendekat motor saya yang telah  dipinggirkan Polisi di tepi trotoar.

Segera saya menuju ke Rumah Sakit tempat saya bekerja, karena malam ini saya harus dinas malam.

Dalam perjalanan ke Rumah Sakit masih kuingat peristiwa tadi, dimana lampu hijau sudah mulai habis, mobil kijang melaju kencang dengan perkiraan masih kesampaian menyebarangi perempatan, namun jauh diperkiraanya mobil didepannya sudah berhenti dengan perkiraan sudah nggak nutut [kebagian waktu]. Dan terjadilah benturan seperti tadi karena remnya nggak bisa nahan lajunya.

Sesampai di Rumah Sakit segera saya berlari ke Kamar Operasi tempat saya bekerja, segara berganti pakai khas Ruang Operasi, segera menghapiri teman saya yang berada di dalam.

“Maaf saya terlambat......” ucap saya dari balik pintu kamar nomor 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun