Usut punya usut, ternyata suara sorakan tersebut memang bukan berasal dari Stadion Sriwedari. Melainkan dari suasana pertandingan bola basket di GOR Bhinneka. Klub kebanggaan warga Solo, Bhinneka Sritex, sedang bertanding di Kompetisi Bola Basket Utama alias Kobatama.
Barulah di kemudian hari saya tahu. Jika saya berjalan kaki dari Masjid Muslim ke selatan menyusuri Jl. Museum sampai ke persimpangan Jl. Kebangkitan Nasional, dari sana bisa terlihat sebuah bangunan paling tinggi dengan bagian atas berbentuk melengkung.
Itulah GOR Bhinneka, home base Bhinneka Sritex Solo. Salah satu klub papan atas di jagat bola basket nasional era Kobatama dan IBL periode pertama.
Waktu tempuh dari tempat kos saya ke GOR Bhinneka cukup beberapa menit berjalan kaki. Menilik di peta, lokasi kedua tempat berada dalam satu garis lurus yang berjarak hanya sepelemparan batu. Wajar jika suara sorakan penonton dapat terdengar jelas hingga ke telinga saya.
Ramainya suasana di GOR Bhinneka kala itu diakui oleh Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, kala menyaksikan pertandingan Kesatria Bengawan Solo vs Dewa United Banten, 16 Juni 2024 lalu.
"Terakhir stadion seramai dan seantusias ini adalah pada masa klub legendaris Bhinneka Sritex bertanding. Semua pecinta basket Solo mendukung timnya," kata Junas Miradiarsyah, seperti dikutip dari laman resmi IBL Indonesia.
Bermula dari Pasar Klewer
Tak lengkap mengulas Bhinneka Sritex Solo dan GOR Bhinneka yang kini bernama Sritex Arena, tanpa menyinggung dua nama pengusaha tekstil-garmen Kota Surakarta. Beliau berdua adalah Halim Sugiarto alias Lie Hong Mee dan Haji Muhammad Lukminto alias Ie Djie Shien.
Sebagaimana diceritakan Halim dalam Radar Solo (15/1/2020), dirinya dan Luk--panggilan akrab HM Lukminto--sama-sama berdagang kain di Pasar Klewer. Pasar yang telah beroperasi sejak masa penjajahan ini memang dikenal sebagai pusat perdagangan pakaian dan kain, sehingga para pedagangnya hanya menawarkan serba-serbi garmen dan tekstil.
Ketika itu Lukminto membuka toko kain yang diberi nama Sri Redjeki. Inilah cikal bakal PT Sri Rejeki Isman, Tbk. atau lebih dikenal sebagai Sritex.
Selain kesamaan sebagai pedagang Pasar Klewer, rupanya Halim dan Lukminto juga sama-sama menyukai bola basket. Dari sinilah mereka bersepakat mendirikan sebuah klub, meramaikan deretan klub yang sudah terlebih dahulu eksis di Surakarta.
Klub bola basket yang berdiri pada 1967 itu dinamai Bhinneka Solo. Nama Bhinneka dipilih untuk menggambarkan suasana tim yang diisi pemain dari berbagai penjuru daerah dan juga macam-macam etnis di Indonesia.