Segenap rakyat Indonesia melepas Joko Widodo dari jabatan Presiden RI ke-7. Ada banyak kenangan yang ditinggalkan olehnya, termasuk dinamika dalam sepak bola yang penuh warna sepanjang satu dasawarsa terakhir.
Sama halnya dengan pelantikan Prabowo Subianto pada 20 Oktober lalu, Joko Widodo resmi menjabat sebagai Presiden RI pada tanggal dan bulan sama 10 tahun lalu. Seluruh Indonesia larut dalam gegap gempita menyambut sosok yang akrab dipanggil Jokowi tersebut.
Namun jagat sepak bola nasional menyambut presiden baru dengan sebuah insiden memalukan. Hanya enam hari setelah pelantikan, 26 Oktober 2014, Indonesia digegerkan oleh terjadinya sepak bola gajah antara PSS Sleman dan PSIS Semarang.
Peristiwa itu terjadi di laga terakhir babak delapan besar Divisi Utama. Baik PSS maupun PSIS yang sudah sama-sama memastikan lolos ke semifinal sebagai dua teratas di Grup 1, Â saling berbalas gol bunuh diri karena sama-sama tak mau menang!
Belakangan terungkap jika kedua tim berupaya menghindari salah satu kontestan di Grup 2 yang disinyalir punya dukungan nonteknis. Ujung-ujungnya, setelah PSSI dan FIFA turun tangan untuk menginvestigasi partai memalukan tersebut, kedua tim didiskualifikasi dan sejumlah pemainnya mendapat skorsing keras.
Sebulan berselang, tepatnya 28 November 2014, kabar buruk lain dari dunia sepak bola datang ke telinga Jokowi. Kali ini dari kiprah timnas Indonesia di Piala AFF 2014 yang tersingkir di fase grup karena kalah bersaing dari Vietnam dan Filipina.
Ini kali kedua berturut-turut Indonesia mentok di fase grup Piala AFF. Edisi sebelumnya, Tim Garuda juga mengakhiri partisipasi dengan menduduki peringkat ketiga grup dengan koleksi 4 poin.
Alhasil, Jokowi mengakhiri tahun 2014, tahun pertamanya sebagai Presiden RI, dengan dua catatan negatif dari dunia sepak bola nasional. Seakan menjadi tanda jika pada masa kepemimpinannya bakal terjadi tragedi besar.
Skorsing FIFA
Memasuki 2015, pemerintahan Jokowi melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi melakukan cawe-cawe terhadap federasi. Pada 17 April tahun itu, Kemenpora membekukan PSSI dan menggantikannya dengan sebuah tim transisi bentukan kementerian tersebut.
Dengan demikian Kongres Luar Biasa PSSI yang berlangsung keesokan harinya, dianggap angin lalu oleh Menpora. Berarti pula kepemimpinan Ketua Umum terpilih periode 2015-2019, La Nyalla Mattalitti, tidak diakui Pemerintah.