Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Wasit Ahmed Al-Kaf yang Tidak Fair atau Justru Kita yang Bias?

12 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 14 Oktober 2024   08:13 2505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wasit Ahmed Al-Kaf dikawal petugas keamanan usai memimpin Bahrain vs Indonesia, 10 Oktober 2024. (REUTERS/Hamad I Mohammed)

Kalau mau jujur, yang seperti ini sangat jamak terjadi dalam sepak bola Indonesia. Entah di liga nasional apalagi di level tarkam, tim yang kalah kerapkali menyalahkan wasit sebagai biang kerok kegagalan mereka. Malah tak jarang sampai mencelakai.

Apakah yang baru saja terjadi ini merupakan bukti bahwa kita masih belum bisa lepas dari perangai buruk tersebut? Bukannya mengakui kekurangan dan berbenah agar menjadi lebih baik, malah lebih suka menyalahkan pihak lain.

Contoh Negatif STY

Sayangnya, Shin Tae-yong selaku pelatih timnas justru bolak-balik memberi contoh negatif dalam hal ini. Setiap kali gagal mencapai target, tanpa segan-segan ia akan menudingkan telunjuk ke pihak lain sebagai penyebab kegagalan.

Mari kita ingat-ingat kembali. Yang terdekat adalah ketika Indonesia gagal lolos ke Olimpiade 2024 setelah dikalahkan Guinea (baca: Gini) dalam pertandingan play-off di Clairefontaine, Paris, pada 9 Mei lalu.

Hari itu, STY mendapat kartu merah karena marah-marah usai wasit Francois Letexier memberi hadiah penalti bagi Guinea. Akibat keputusan tersebut Indonesia kalah 0-1 dan harus melupakan mimpi tampil di Olimpiade.

Seperti yang sekarang terjadi, STY dan segenap netizen ramai-ramai mengutuk Letexier usai pertandingan. Semuanya sepakat beranggapan pengadil asal Prancis tersebut berat sebelah dan merugikan Indonesia.

"Yang kalah, singkatnya, adalah si wasit. Tak adil rasanya kalah pertandingan karena dikerjai wasit." Demikian kata STY saat diwawancara media Korea Selatan MBC, sebagaimana dikutip oleh detikcom (11/05/2024).

Tentu saja ini tuduhan serius terhadap Letexier yang merupakan wasit papan atas UEFA. Juga secara tidak langsung tuduhan terhadap penyelenggara Olimpiade yang memfalisitasi pertandingan play-off untuk kontestan cabang sepak bola.

Menariknya, UEFA sendiri tidak merasa ada masalah dengan kepemimpinan Letexier di laga itu. Malah beberapa bulan kemudian lelaki kelahiran 23 April 1989 tersebut ditunjuk sebagai wasit partai final Euro 2024.

Bayangkan, selevel Letexier saja dituduh tidak fair. Apalagi wasit-wasit yang pernah dianggap merugikan Indonesia lainnya seperti Ahmed Al-Kaf, Shen Yinhao atau Ilgiz Tantashev?

Sampai di sini saya jadi teringat lirik lagu Koes Plus yang berjudul Omah Gubuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun