Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Wasit Ahmed Al-Kaf yang Tidak Fair atau Justru Kita yang Bias?

12 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 14 Oktober 2024   08:13 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wasit Ahmed Al-Kaf dikawal petugas keamanan usai memimpin Bahrain vs Indonesia, 10 Oktober 2024. (REUTERS/Hamad I Mohammed)

Jika angka 363 tersebut kita bagi 115, hasilnya 3,156. Itulah jumlah rata-rata kartu yang keluar dari saku Al-Kaf dalam setiap pertandingan yang ia pimpin selama ini. Juga termasuk sedikit.

Sebagai perbandingan, Maria Sole Ferrieri Caputi baru berkarier sebagai wasit sejak November 2015. Namun sepanjang kariernya yang belum genap 10 tahun, ia telah mengeluarkan total 751 kartu dari 176 kepemimpinan di berbagai ajang. Rata-rata 4,267 per pertandingan.

Atau bandingkan catatan Al-Kaf dengan Clement Turpin yang disebut-sebut sebagai wasit nomor satu Eropa. Sama-sama mendapat lisensi wasit FIFA pada 2010, pria asal Prancis ini telah memimpin total 600 pertandingan dan mengeluarkan total 2.090 kartu.

Artinya, rata-rata kartu yang dikeluarkan Turpin adalah 3,5 per pertandingan. Tidak berbeda jauh dengan catatan Al-Kaf ternyata.

Malu Mengakui Kekurangan

Membaca data-data di atas, saya jadi kembali bertanya-tanya: benarkah kepemimpinan Al-Kaf dalam partai Bahrain vs Indonesia kontroversial?

Jika berdasarkan penelusuran jejak digital, apa yang disebut "kontroversi Al-Kaf" sejauh ini hanyalah sebatas tudingan belaka. Cuma berupa dugaan dari pihak-pihak yang kalah dalam pertandingan di bawah kendali wasit Al-Kaf.

Contohnya sudah saya jabarkan di atas tadi, di mana yang menyebut Al-Kaf kontroversial adalah pihak yang kalah. Termasuk juga yang batal menang seperti Indonesia kemarin malam. 

Dengan kata lain, penilaian-penilaian itu boleh dikatakan bias dan subyektif karena lebih mendahulukan emosi. Ungkapan-ungkapan yang disampaikan dalam keadaan kepala panas disebabkan rasa kecewa.

Nyatanya, sejauh ini tidak pernah ada teguran apalagi skorsing yang diberikan AFC kepada Al-Kaf. Bukankah hal tersebut membuktikan jika kepemimpinannya selalu menaati aturan alias Laws of the Game?

UPDATE 14/10/2024: Bolasport merilis pemberitaan soal Sekjen AFC Datuk Seri Windsor John yang bingung dengan keluhan PSSI mengenai kepemimpinan Al-Kaf. Organisator asal Malaysia tersebut meminta PSSI merinci soal apa dan kejadian mana yang menjadi poin keluhan.

Saya jadi khawatir, jangan-jangan justru kita yang yang bertindak tidak fair dalam menilai pertandingan Bahrain vs Indonesia kemarin, bukan wasit Al-Kaf. Karena kesal timnas gagal menang, kita butuh obyek untuk menumpahkan kekesalan itu dan Al-Kaf yang kemudian jadi sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun