Kala itu Piala Asia Junior hanya diikuti 8 tim yang terbagi dalam dua grup. Juara masing-masing grup dipertemukan di partai final untuk memperebutkan gelar juara, sedangkan runner-up grup berebut tempat ketiga.
Indonesia menjadi runner-up Grup B di Piala Asia Junior 1960. Karena itu lantas dipertemukan dengan Jepang sebagai runner-up Grup A dan kalah.
Setahun berselang Indonesia berhasil menjuarai Grup A, sehingga berhak tampil di partai final. Lawannya adalah Burma (kini Myanmar) yang menjuarai Grup B.
Pertandingan berjalan sangat alot. Skor imbang membuat wasit memainkan extra time 2x15 menit yang juga berakhir imbang. Karena ketika itu belum ada aturan mengenai adu tendangan penalti, kedua tim diputuskan menjadi juara bersama.
Indonesia gagal mengulangi kesuksesan tersebut di edisi 1962, hanya mampu menjadi runner-up Grup B. Namun kali ini Garuda Muda sukses menekuk Malaya (ya, Malaya, bukan Malaysia) untuk menduduki peringkat ketiga.
Sayang, gonjang-ganjing politik yang melanda Tanah Air membuat Indonesia harus absen di empat edisi selanjutnya: 1963, 1964, 1965, dan 1966.
Ke Final Lagi, Tetapi Gagal
Di 1967, Indonesia kembali tampil ketika format Piala Asia Junior sudah berganti dengan adanya fase gugur selepas fase grup. Jumlah kontestan juga bertambah dua kali lipat, dari A sampai D.
Kali ini Indonesia keluar sebagai juara Grup B dan bertemu India di perempatfinal. Kemenangan besar 6-2 lantas mengantar Garuda Muda ke semifinal melawan Singapura.
Negara pulau tersebut dapat ditekuk meski skornya hanya 1-0. Indonesia pun melaju ke final, tetapi sayangnya kemudian kalah tipis 0-1 dari Israel yang merupakan pendatang baru.
Indonesia kembali absen di edisi 1968. Lalu ketika kembali aktif lagi setahun berselang, langsung gugur di fase grup karena tergabung bersama Iran dan Malaysia yang merupakan raksasa Asia pada zaman itu.
Setahun berikutnya Indonesia tampil lebih menjanjikan. Usai menjuarai Grup D, Garuda Muda menekuk Laos di perempatfinal dan mengalahkan Korea Selatan di semifinal.