Pemicunya ya itu tadi, sukar menerima perbedaan yang adalah perwujudan watak egois alias mau menang sendiri. Sikap demikian menurunkan perilaku selalu menolak apapun yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Salah satu bentuknya, tidak terima ketika tim idolanya kalah. Perasaan itu diwujudkan secara emosional dalam bentuk anarkisme. Bikin rusuh.
Saya yakin siapapun yang membaca ini sepakat jika suporter harus berubah lebih dewasa. Harus lebih mengedepankan logika dan nalar alih-alih emosi. Jangan hanya bisa menuntut PSSI membenahi liga, tetapi mereka sendiri malah turut andil dalam merusaknya dengan berlaku rusuh.
Eks Ketum PSSI Eddy Rahmayadi pernah mengeluarkan satu ucapan legendaris, "Medianya baik, maka timnasnya juga baik."Â Kini, ungkapan yang lebih relevan menurut saya adalah "suporternya baik, maka sepak bola kita akan lebih baik."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H