Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Salah Kaprah Memahami Buku Ber-ISBN

4 Desember 2023   07:07 Diperbarui: 4 Desember 2023   19:31 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: gemainsani.co.id

Namun itu kondisi dulu, ya. Saya belum update bagaimana keadaan dia sekarang setelah salah satu novelnya difilmkan.

Balik ke soal salah kaprah tadi, menilai sebuah penerbit bonafide atau tidak hanya dari bisa-tidaknya memberi ISBN, jelas sebuah kekeliruan besar. Lagi-lagi, sayangnya pemikiran begini berkembang luas di kalangan the so-called penulis.

Maraknya Vanity Publishing

Penerbit-penerbit skala rumahan seperti punya blogger-cum-novelis inilah yang biasanya mengadakan proyek-proyek menulis bersama sebagaimana saya ceritakan di paragraf pembuka. Jenis penerbit yang sebetulnya lebih pantas disebut sebagai vanity publisher.

Bagi yang belum paham, ringkasnya vanity publishing itu praktik penerbitan berbayar. Jika pada penerbit tradisional penulis tidak dikenakan biaya apapun sepanjang naskahnya lolos seleksi--malah diberi royalti, di vanity publisher terjadi sebaliknya.

Alih-alih mendapat royalti, penulis malah dikenakan biaya sejumlah tertentu oleh vanity publisher agar bukunya diterbitkan. Biaya-biaya yang tentu saja untuk mengongkosi kerja-kerja prapercetakan, seperti editing dan layouting, serta biaya cetak buku. 

Karena si penulis yang membiayai penerbitan buku, maka sebuah vanity publisher bakal menerbitkan buku apapun yang dikirimkan kepadanya. Literally apapun, tak peduli bagaimana isinya.

Jangan bayangkan penerbit begini mempersoalkan mutu naskah.  Yang biasanya ditanyakan pertama kali pada penulis justru, "Mau ambil paket penerbitan yang mana, Kak?"

Mereka memang punya editor, tetapi tugasnya memperbaiki typo dan kesalahan EYD semata. Bukan editor yang mampu mengubah sebuah naskah biasa menjadi lebih menarik.

Dari sini saja sudah tergambar bagaimana kualitas naskah yang masuk ke vanity publisher. Masih banyak yang bahkan keteteran mengenai dasar-dasar EYD!

Oke, tidak terlalu memahami EYD bukan berarti tidak mahir mengarang cerita menarik. Sebagai editor akuisisi sebuah platform novel daring saya harus mengakui itu.

Saya hanya ingin menandaskan jika kebanyakan vanity publisher itu lebih berorientasi pada uang. Soal kualitas naskah bukan urusan mereka, jadi mereka tidak peduli.

Pangkal Pembengkakan ISBN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun