Lagipula mana mau orang Samarinda mendukung Bali United. Makanya mereka lebih memilih membuat klub baru pada 2021 lalu, yakni Persisam United yang tidak keberatan merangkak dari Liga 3 Zona Kalimantan Timur.
Fenomena klub siluman dapat terjadi karena memang tidak ada larangannya dalam aturan PSSI. Klub boleh berganti kepemilikan berkali-kali, investor pun bebas mengubah total identitas klub yang telah dibeli tersebut.
Padahal, menurut saya akan lebih bijak jika cukup kepemilikan klub saja yang boleh berganti. Namun identitas klub wajib tetap dipertahankan oleh pemilik baru, terutama klub-klub yang berkaitan dengan perjalanan sejarah sepakbola nasional.
Pieter Tanuri silakan saja beli Persisam Putera Samarinda, misalnya. Namun identitasnya jangan diotak-atik dan jangan pula dibawa ke Bali. Tetaplah bertahan di Samarinda sebagai Persisam Putera Samarinda.
Bandingkan dengan Liverpool FC yang sudah bolak-balik berganti kepemilikan, yang terbaru pada 2010. Namun baik pada era duo Tim Hicks-George Gillett dulu maupun Fenway Sport Group kini, tidak ada yang berubah kecuali nama pemiliknya.
Nama klub tetap Liverpool FC. Kandangnya masih di Anfield. Seragamnya pun masih merah-merah. Sama sekali tidak berubah. Dengan demikian sejarah klub dapat terus bersambung dari 1892 hingga sekarang.
Maka, dalam pandangan saya aturan mengenai pergantian lisensi dan kepemilikan klub musti diperbaharui oleh PSSI. Klub boleh-boleh saja berganti-ganti pemilik, tetapi jangan sampai mengubah total identitas klub tersebut.
Yaah, kecuali Liga 1 mau berubah jadi Liga Klub Siluman. Hehehe.