Kandang Keramat
Pada era di mana kasta tertinggi liga Indonesia masih bernama Divisi Utama yang formatnya dibagi dua wilayah, Persiter Ternate adalah tim kejutan pada musim 2006. Kuda hitam seperti saya bilang tadi.
Klub berjuluk Laskar Kie Raha promosi ke Divisi Utama 2006 usai menjadi semifinalis Divisi Satu musim sebelumnya. Peringkat ketiga, lebih tepatnya lagi.
Meski berstatus tim promosi, Persiter langsung unjuk gigi. Dengan dimotori eks striker PSPS Pekanbaru, Rahmat Rivai alias Poci, mereka langsung dikenal sebagai tim tak terkalahkan di rumah sendiri.
Ya, Gelora Kie Raha adalah kandang keramat bagi kontestan Divisi Utama kala itu. Persiter tak sekalipun terkalahkan ketika tampil di stadion berkapasitas 15.000 penonton tersebut.
Salah satu momen paling dikenang oleh publik Ternate adalah pertandingan menjamu Persipura Jayapura pada 25 Januari 2006. Tajuknya lanjutan Divisi Utama wilayah timur.
Juara bertahan bersua tim promosi. Sang juara bertahan merupakan tim bertabur bintang, diperkuat striker gesit andalan timnas: Boaz Solossa.
Tidak banyak yang menyangka jika hasil akhirnya justru berpihak pada tim promosi. Secara mengejutkan Persiter menang telak 3-0!
Pada musim perdananya di Divisi Utama, Persiter menempati peringkat 9. Rahmat Rivai menjadi pencetak gol terbanyak kedua. Sebuah pencapaian yang terhitung bagus bagi tim yang baru pertama kali tampil di kasta tertinggi.
Rekor pertandingannya: menang 10 kali, imbang 5 kali dan kalah 11 kali. Bisa dipastikan 11 kekalahan tersebut didapat Persiter saat melakoni laga tandang.
Gagal Bertahan
Musim berikutnya, jumlah peserta Divisi Utama bertambah masing-masing empat tim di tiap wilayah. Dari sebelumnya 14, menjadi 18. Praktis, jumlah pertandingan ikut bertambah pula.