Meski tampil di rumah sendiri, terlihat sekali jika para pemain Indonesia tidak tenang dalam menghadapi Myanmar. Ini mungkin penyebab mereka kerap salah kontrol bola dan juga salah umpan, melengkapi dua kekurangan yang telah dijabarkan di atas.
Saya tahu para pemain mungkin saja tertekan, entah seberapa besar tekanan itu dan dari mana asalnya. Yang jelas mereka pasti tahu harapan setinggi langit ditumpukan pada pundak mereka, anak-anak yang bahkan belum boleh memiliki KTP.
Penduduk negara ini sudah sangat lama merindukan gelar juara dan, sedihnya, justru timnas level belia yang selama ini mampu mempersembahkan trofi. Kebetulan sekali titel kampiun terakhir bagi Indonesia dipersembahkan oleh timnas U16. Tepatnya dari gelaran Piala AFF U16 di tahun 2018.
Kala itu Indonesia juga bertindak sebagai tuan rumah, dengan Sidoarjo menjadi lokasi turnamen. Di partai final, Bagus Kahfi, dkk. menaklukkan Thailand lewat adu penalti.
Di level U19, kesempatan menjadi juara pupus setelah Indonesia gagal melaju ke semifinal beberapa saat lalu. Sementara gelar terakhir yang dipersembahkan oleh timnas U19 sudah lama sekali, yaitu di tahun 2013 dan belum pernah terulang lagi.
Bagaimana dengan timnas senior? Ah, rasa-rasanya yang satu ini tidak perlu dibahas panjang lebar.
Bermain Lepas
Menjelang laga pamungkas menghadapi Vietnam, pelatih Bima Sakti sudah harus membereskan poin-poin minus yang ditunjukkan dalam pertandingan melawan Myanmar. Para pemain Indonesia musti lebih sabar dan kreatif dalam menyusun serangan, serta tampil tenang sehingga tidak banyak melakukan kesalahan mendasar yang dapat membuang-buang peluang.
Kalau memang para pemain berada dalam tekanan, sudah jadi tugas tim pelatih untuk membuat mereka lebih ringan. Meski kita rindu gelar juara setengah mati, jangan biarkan Iqbal Gwijangge, dkk. bermain dengan benak dipenuhi ekspektasi.
Para pemain timas U16 harus menikmati laga pamungkas, terlepas apa pun hasil yang terjadi nanti. Lagi pula, jika kondisi kejiwaan pemain bagus, segala instruksi yang diberikan pelatih dapat dijalankan dengan disiplin.
Di final nanti, Vietnam saya duga tak akan seagresif di fase grup. Mereka sendiri sudah membuktikan cara jitu meredam Indonesia. Ketika tampil lebih defensif pada separuh babak kedua, Indonesia kesulitan menembus pertahanan yang mereka galang.
Belajar dari hasil yang dipetik Myanmar, saya punya dugaan Vietnam bakal lebih banyak bertahan. Mungkin tidak akan sampai menumpuk 5-6 pemain di depan kotak penalti, tetapi tetap saja rapatnya pertahanan mereka berpotensi membuat Iqbal, cs. kelimpungan sendiri.