Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Banyak Nian PR Indonesia Jelang Partai Final Piala AFF U16

11 Agustus 2022   00:55 Diperbarui: 11 Agustus 2022   15:09 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GAMBAR: PSSI, dengan modifikasi oleh penulis

Karena bola kerap kali cepat-cepat dikirim ke depan, para pemain Myanmar tinggal menunggu saja di sekitaran kotak penalti mereka. Ada bola lambung, ya mereka sundul. Kalau ada pemain Indonesia yang sepertinya mau melakukan tembakan, ya tinggal diblokade. Mudah sekali antisipasinya.

Meminjam istilah Bung Kusnaeni yang menjadi komentator pertandingan semifinal, seharusnya para pemain Indonesia dapat sesekali melakukan delay. Tidak terus-terusan menekan dan menekan, tetapi juga tahu caranya menahan bola demi memancing lawan keluar sehingga pertahanan mereka lebih terbuka.

Bisa juga sebaliknya, sengaja membiarkan para pemain Myanmar ganti menguasai bola dan melakukan serangan. Dengan demikian lini belakang mereka lebih terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan counter attack mematikan.

Kedua, para pemain Indonesia juga kurang kreatif dalam merancang serangan.

Yang ditunjukkan para pemain Indonesia dalam menghadapi Myanmar adalah konsistensi. Mereka terus melakukan hal yang sama berulang kali sekalipun sebelum-sebelumnya usaha itu nyata-nyata gagal membuahkan hasil.

Atau bolehlah kita sebut sikap tersebut sebagai persistensi. Semangat pantang menyerang dalam mencapai tujuan yang ditunjukkan dengan usaha terus-menerus tanpa lelah hingga wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.

Tentu saja sikap konsisten dan persisten merupakan hal positif. Namun dalam pertandingan sepak bola dibutuhkan lebih dari kedua itu kalau ingin menang. Kita memerlukan kreativitas di atas konsistensi maupun persistensi.

Lihat saja, skema serangan timnas Indonesia U16 dapat ditebak dengan mudah. Jika bola dibawa pemain sayap di sisi lapangan, misalnya, maka yang selanjutnya terjadi adalah umpang lambung ke tengah kotak penalti.

Mending kalau umpang lambung itu dilakukan di sepertiga akhir lapangan atau bahkan dari samping kotak penalti. Yang kerap terjadi, pemain sayap Indonesia sudah melepas bola tak jauh dari tengah lapangan. Alhasil, bola mudah terbaca dan diantisipasi lawan.

Sedangkan apabila bola di area depan kotak penalti, yang kemudian dilakukan pemain Indonesia U16 adalah melakukan tembakan jarak jauh. Para pemain Myanmar yang menumpuk di sana tinggal melakukan blokade dan sepakan pun gagal.

Tak satu pun pemain yang berusaha melakukan tusukan-tusukan ke dalam kotak penalti lawan. Dari samping memang sempat beberapa kali mencoba masuk, tetapi belum terlalu jauh sudah dihalau pemain Myanmar.

Sepanjang 90 menit, pemain Indonesia hanya dapat masuk area 16 meter Myanmar dalam keadaan tanpa membawa bola. Tak heran bila kiper Myanmar tidak banyak terekspose kelemahannya.

Ketiga, para pemain Indonesia masih sering melakukan kesalahan elementer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun