Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mau Menerbitkan Buku Sendiri? Waspadai "Jebakan" Vanity Publisher

8 Juli 2022   09:00 Diperbarui: 10 Juli 2022   18:16 1973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku yang saya terbitkan secara mandiri pada 2012, menggunakan jasa Nulisbuku.com. FOTO: dokumentasi pribadi

Coba tebak berapa biaya keseluruhannya?

Saya lupa nominal persisnya berapa, sudah saya ubek-ubek laptop tetapi catatannya belum ketemu. Namun seingat saya total biaya cetak plus biaya jasa layout dan pembuatan cover, totalnya Rp 9 juta. Jadi, jatuhnya di angka Rp38.000-Rp42.000 per eksemplar.

Bandingkan sendiri dengan tarif yang dibebankan Penerbit Angin Ribut tadi. Bedanya sangat jauh sekali, bukan? Lewat Penerbit Angin Ribut, Anda butuh duit Rp 20 juta untuk mendapatkan 250 eksemplar. Selisihnya Rp 11 juta!

Itu dari segi materiil. Dari segi pengalaman, saya jadi tahu apa saja biaya yang harus ditanggung oleh seorang self publisher. Jasa proofreading berapa, jasa editing berapa, jasa layout halaman berapa, jasa pembuatan cover berapa, jasa pembuatan ilustrasi berapa, serta jasa cetak per eksemplar berapa.

Salahkah Vanity Publishing?

Sebagai konklusi, penerbit seperti Penerbit Angin Ribut tadi tak ubahnya publishing service yang menawarkan jasa pengerjaan naskah mentah menjadi materi siap cetak. Sebetulnya kurang pas kalau disebut penerbit.

Mereka memadukan jasa tersebut dengan jasa percetakan, sehingga melahirkan harga Rp80.000 per eksemplar tadi. Dari jasa-jasa inilah sumber keuntungan sebuah vanity publisher berasal. Berbeda dengan penerbit tradisional yang keuntungannya berasal dari penjualan buku.

Kalau mereka tidak punya percetakan sendiri--dan biasanya memang tidak, mereka juga mengambil keuntungan dari selisih biaya cetak. Dapat harga dari percetakan berapa, mereka bebankan ke penulis berapa.

Maka, tidak heran kalau biaya cetak yang dibebankan ke penulis bisa mencapai dua kali lipat dari tarif percetakan jika penulis mengurus sendiri pencetakan bukunya. Contohnya ya, seperti pengalaman saya tadi.

Lantas, apakah menerbitkan buku melalui vanity publisher salah?

Tidak juga, sih. Namun Anda harus paham bahwa ini bukanlah self publishing dalam makna yang sebenarnya. Lagi pula, ilustrasi di atas menggambarkan bakal lebih menguntungkan jika Anda mau sedikit repot mengerjakan sendiri seluruh proses penerbitan buku Anda.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun