Yang menarik, kebanyakan penulis justru senang karena merasa tidak ada beban. Cukup serahkan naskah dalam bentuk berkas MS Word, beberapa waktu kemudian sudah dapat kiriman paket berisi sekian eksemplar buku.
Menurut saya ini salah kaprah. Ini bukan cara-cara self publishing. Kalau mau disebut self publishing yang sebenarnya, maka Anda-lah sebagai penulis yang menjadi penentu di setiap proses. Mulai dari proses editorial, sampai kemudian memasarkan bukunya.
Meski sebagian pekerjaan harus dialih-dayakan (outsource)--entah karena Anda tidak menguasai keahliannya atau tidak ada waktu untuk melakukannya sendiri, Anda tetap punya kontrol penuh atas segalanya dari hulu hingga ke hilir. Para freelancer yang Anda sewa hanya mengikuti kemauan Anda sebagai pemberi kerja.
Andalah yang mengatur bagaimana rupa perwajahan buku dari depan sampai belakang, termasuk menentukan jenis huruf yang dipakai. Anda juga yang memutuskan seperi apa cover-nya. Lalu kalau mau pakai ilustrasi, seperti apa dan di halaman mana saja meletakkannya.
Terakhir, Anda juga yang memilih bakal dicetak di percetakan mana buku-buku yang sudah siap terbit tadi. Anda yang menentukan jenis kertas untuk sampul, jenis kertas untuk isi buku, sampai menentukan jenis cetakannya.
Mana Lebih Menguntungkan?
Sepintas lalu, proses self publishing terlihat lebih merepotkan. Selain itu, ujung-ujungnya sama saja dengan vanity publishing: begitu buku cetak sampai di tangan penulis, urusan pemasaran dan penjualan berada sepenuhnya di tangan penulis.
Kalau penulisnya jago jualan, ya bakal laku banyak. Kalau tidak, ya alamat banyak yang tidak laku dan pada akhirnya menumpuk dimakan rayap.
Saya tidak akan membantah ini. Justu di titik inilah yang membuat penerbit pelaku praktik vanity publishing bermunculan. Mereka memanfaatkan betul banyaknya penulis yang ingin menghasilkan buku, tetapi tidak mau repot sendiri menempuh semua proses dari A sampai Z. Termasuk keawaman kebanyakan penulis terhadap proses penerbitan buku.
Padahal kalau mau sedikit bersusah-payah dan belajar, secara hitung-hitungan matematika bakal lebih menguntungkan menempuh cara self publishing betulan. Uang yang dibayarkan pada penerbit vanity publishing seperti Penerbit Angin Ribut tadi bisa dipakai untuk mencetak buku lebih banyak.
Sebagai gambaran, tahun 2018 saya pernah menjadi koordinator proyek self-publishing sebuah buku berjudul To Ado Re!; A Memorable Adventure to the Land of Exotic Beauty. Waktu itu saya memakai jasa penerbitan milik seorang rekan blogger untuk seluruh pengerjaan teknis, juga meminjam nama penerbit tersebut untuk mengambil ISBN.
Setelah di-layout oleh teman blogger tadi, jadinya adalah sebuah buku paperback setebal 260 halaman (total halaman prancis dan halaman isi), sampul full colour depan-belakang, serta ada puluhan foto hitam-putih di dalam. Kami memakai jasa percetakan POD milik Grup Gramedia dan mencetak sebanyak 250 eksemplar.