Mohon tunggu...
Bunga Puspitasari
Bunga Puspitasari Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Menulis itu perihal rasa dan cinta

nutritionist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Esensi Kehidupan

18 Maret 2020   10:21 Diperbarui: 18 Maret 2020   10:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejenak, tidak ada aktivitas yang bermakna. Munir fokus pada kertas yang diberikan oleh Abdi.

"Bagaimana Mas Munir? Mas berminat untuk mendaftar?" tanya Abdi dengan penuh harap, berharap jawaban Munir sejalan dengan pemikirannya.

" Bismillah." Senyuman tipis tertaut di wajah Munir, memberikan aura yang semakin positif.

 

"Alhamdulillah, kalau begitu besok saya daftarkan ke Ustad Rohman ya. Kebetulan beliau besok mengisi kajian di masjid sore hari." Jawab Abdi dengan antusias. Ia senang sekali karena Munir setuju untuk mengikuti Lomba Hafidz Qur'an tingkat Kabupaten. Abdi dan Munir tidak hanya sekedar satu jamaah saja, tetapi mereka sudah bersahabat sejak kecil. Seluk beluk dan peringai Munir, Abdi tau betul. Terlebih lagi kondisi keuangan Munir yang sulit seperti sekarang. Walaupun Munir sendiri tidak ingin meminta belas kasih dan tidak pernah mengeluh dalam menjalani hidupnya. Di sisi lain, Abdi tulus membantu sahabat kecilnya itu. Ia tau bahwa Munir memiliki potensi di bidangnya sebagai penghafal qur'an. Sangat disayangkan bila kesempatan emas itu harus dilewatkan begitu saja.

"Wah, tidak enak merepotkan Mas Abdi terus. Besok saya ikut kajian kok. Biar nanti sekalian daftar". Jawab Munir sambil membuka kopyah warna putihnya, menggaruk-garuk kepala padahal ia tidak sedang gatal, itu caranya menahan rasa sungkan.

            Matahari semakin meninggi, panasnya menyengat. Terasa terbakar di telapak tangan dan kaki. Bagi Munir sudah biasa terkena teriknya panas matahari,hingga telapak tangannya mengapal.Munir menyalakan motor butut kesayangannya. Kedua kaca spionnya hilang entah kemana. Pedalnya sudah ada yang robek, namun ada juga yang ditambal untuk menutupi robekan tersebut dengan lakban berwarna hitam. Menyalakan mesin motornya menggunakan kaki. Meletakkan pada bagian depan, kresek putih berisi berkatan yang dia dapat dari undangan ngaji.Melaju dengan kecepatan sedang, sementara sahabatnya, Abdi sudah terlebih dulu pulang karena jalan arah rumah mereka bersisihan karena Abdi sudah tidak tinggal di dekat rumah Munir lagi.

            Setibanya di rumah, Munir memberitahukan kabar gembira bahwa dia ingin mengikuti lomba Al-qur'an kepada istrinya.

            " Assala'mualaikum, Umi. Abi sudah datang." Sambil membuka pintu rumah. Tidak ada tetangga ataupun orang berlalu lalang. Mereka tinggal di sekeliling sawah, kalau pun ingin bermain ke tetangga harus berjalan kira-kira 200 meter dari jarak rumah mereka. Belakang rumah, terhampar pepohonan pinus dan semak belukar. Kadang di temukan ular di rumah mereka saat musim hujan seperti sekarang.

            "Wa'alaikumsalam Abi." Muncul sosok wanita berhijab keluar dari kamar menghampiri Munir. Ya, istrinya, Anisa. Mengenakan gamis abstrak yang di dominasi oleh warna hitam, tampak serasi dengan hijab yang ia kenaka. Hitam warnanya. Menjulur menutupi dada. Anisa mencium punggung tangan suaminya. Munir memberikan 1 kantong kresek berisi berkat yang ia dapat dari undangan ngaji.

            " Alhamdulillah, dapat berkat. Pasti Choir dan Syafa suka. Mereka masih belum pulang sekolah. Mungkin sebentar lagi." Ujar Anisa, sembari menatap jam diding yang terletak diruang tamu menunjukkan pukul setengah 12 siang. Choir dan Syafa adalah anak kedua dan ketiga, usianya selisih 5 tahun, duduk di bangku sekolah dasar yang tak jauh dari rumah. Mereka berdua anak yang mengerti dengan kondisi orang tuanya. Mungkin, mereka pernah mendambakan sesuatu hal, orang tuanya tidak mampu mewujudkannya, tak lantas mebuat mereka merengek memaksakan keadaan. Suka membantu pekerjaan orang tuanya. Tak kalah pentingnya, Anisa selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu rukun satu dengan yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun