Mohon tunggu...
Prabu
Prabu Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Ngomong Indonesia Ngomong budaya Indonesia Ngomong budaya wayang Indonesia http://indonesiawayang.com https://www.facebook.com/bumiprabu https://www.facebook.com/wayangprabu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuncung dan Bawuk

21 Januari 2016   06:48 Diperbarui: 21 Januari 2016   07:50 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Inggih Mbak ... pagelaran wayang kalau dipelajari dengan cermat, mengandung banyak filsafat tentang hidup dan kehidupan ini. Begitupun di gending pembuka ini. Menurut para cerdik cendekia, bijak bestari, leluhur negri ini, sebenarnyalah ada tiga darma besar dalam siklus hidup manusia. Filsafat Jawa mengenalnya dengan konsep tigaan yaitu Purwa – Madya – Wasana. Purwa artinya awal, madya adalah tengah, wasana artinya akhir. Kalau sewaktu esde dulu kita pernah belajar ujaran bijak Ki Hajar Dewantara, 'Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani'. Di depan memberikan teladan, ditengah bekerja giat, di belakang memberi semangat dan doa keselamatan. Juga tergambar dalam sebuah penggalan lakon 'Kresna Duta', bahwa Sri Kresna meskipun telah paham bahwa perang Baratayudha bakal terjadi, namun dia tetap memenuhi kewajiban sebagai duta Pandawa kali yang ketiga. Duta pertama oleh Ibu Pandawa, Kunti Talibrata dan duta kedua oleh raja Pancala mertua Yudistira, Prabu Drupada."

"Ooo ... pantesan kalau aba-aba itu selalu sampai tiga ya Mas ya. Satu ... Dua ... Tiga ... !!!"

"Bukankah dalam agama Islam, sesuai petunjuk Nabi kalau bertamu harus berucap salam dan sampai kali ketiga kalau tidak dijawab atau dibukakan pintu maka baru boleh pergi ?"

"Benar juga ya"

"Adapun yang digambarkan dalam urut-urutan gending di petalon adalah siklus hidup manusia, fase-fase kehidupan manusia yang bakal dijalani. Seperti disebutkan tadi bahwa kita berpedoman pada tatanan purwa – madya – wasana, maka urutan gending yang diperdengarkan mengandung makna seperti itu pula. Bahwa manusia pastinya mengalami purwa, awal, yaitu saat dilahirkan dimuka bumi dari perut sang ibunda ... cengeerrr ... dan kemudian menjalani kehidupan sebagai seorang bayi yang hidupnya masih bersih, masih polos dan sangat bergantung kepada orang lain, khususnya orang tuanya, hal ini di simbolkan dengan alunan gending CUCUR BAWUK

“Lha kok namanya aneh ya Mas Bagong, lucu dan cenderung saru ... he he he”

“Respon seperti Mbak Dian sering terjadi pada banyak orang saat mendengar nama gending itu. Lha kok saru ? Trus kemudian ketawa karena menurutnya ada sesuatu yang lucu tur saru tadi. Kalau kita berfikir normal dan dan positif tentu dapat menerima nama itu dengan mengeryitkan dahi seraya berfikir”

“Jadi Mas Bagong menuduh aku tidak normal dan negative thinking, gitu ?”

“Ya nggak gitu Mbak Dian, don’t be angry lah trus cemberut begitu, nanti ndak ilang ayune lho Mbak he he he ... Mbak Dian tuh manis kalau tersenyum, apalagi kalau tertawa. Lha nek pas nesu kaya batari Durga !”

“Batari Durga itu bidadari nggih Mas Bagong ?”

“Leres Mbak”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun