“Mengapa perasaan Paduka masih seperti itu, padahal saya dan Paduka bukan penganten baru lagi, bahkan telah menjalani perkawinan selama tiga puluh tahun. Juga mengingat kita telah dikaruniai anak, tidak seharusnya Kanda berperasaan seperti itu”
“Baiklah .... Kanda ingin tahu tentang tiga hal yang akan aku tanyakan kepada Dinda. Pertama, bagaimana keadaan negara Hastina selama aku tinggalkan ?”
“Atas doa dan perkenan dari Paduka tidak ada sesuatu yang buruk terjadi, para prajurit jaga bergiliran melakukan ronda, tidak ada yang melalaikan kewajiban, sinuwun”
“Syukurlah .... yang kedua bagaimana dengan keadaan dan perasaan Dinda sendiri ?”
“Atas perkenan dan doa Paduka juga, saya dalam keadaan sehat selalu. Pabila Kanda bertanya masalah keadaan hati, tentu saja hati ini tidak terlalu tenteram mengingat bahwa negara ini tengah diancam bahaya peperangan, mau tidak mau hal tersebut membuat hati ini gundah, Sinuwun”
“Ya”
“Apakah perang sudah selesai, kok Paduka pulang ke Hastina ?”
“Nanti dulu ... yang ketiga ... Dinda jangan terkejut kalau aku kabarkan berita yang menyebabkan kita kehilangan mustika yang jauh lebih berharga dari seluruh harta di Hastina ini”
“Apa maksudnya ? Lebih baik Paduka berterus terang saja tentang hal ini”
“Nanti dulu .... akan aku pikirkan sebelum mewartakan hal ini. Kanda tidak menginginkan apabila setelah mengetahuinya, hati Dinda hancur dan perasaan tercabik. Bahkan mungkin Dinda sampai mengorbankan jiwa dikarenakan nelangsanya hati. Apabila sampai hal itu terjadi, sungguh lebih baik Kanda yang menggantikannya. Dinda !”
“Ya Kanda”