“Tidak, Mas! Itu memang sudah semestinya. Berterima kasihlah kepada Yang di Atas!” ujar Hesty seraya lebih erat menggenggam tangan suaminya.
Edo menganggukkan kepalanya lemah, ia bangga dengan istrinya, yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah susah hati di hadapannya.
“Hes, sudah berapa lama aku di sini?”
“Kenapa, Mas?”
“Aku ingin tahu, Hes! Sudah berapa lama aku di sini?”
“Sudah berapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan?” sambung Edo lagi, tanpa Hesty diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan pertama itu terlebih dahulu.
Raut wajah Hesty terharu menatap suaminya, yang masih tergolek lemah itu. Hesty paham mengapa suaminya mengajukan pertanyaan seperti itu, sebab Edo tahu persis ia tidak lagi punya penghasilan. Hati Edo bertambah miris, tanggungjawabnya sebagai seorang suami dan kepala keluarga, tak dapat ia penuhi. Hesty membetulkan ujung selimut pada kaki Edo.
Edo berusaha menatap Hesty lagi, tapi kelopak matanya hanya bergerak perlahan, nyaris tak terbuka. Hesty mendekati kuping suaminya.
“Mas tidak usah banyak pikiran, yang terpenting Mas segera sembuh,” dengan suara berbisik seperti anak kecil, Hesty melayani suaminya, yang masih terbujur lemah di atas ‘electric-hospitalbed’ itu. Edo mengangguk. Kali ini mimik wajahnya berubah jadi tenang.
Setiap selepas sembahyang fardhu, Hesty selalu bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, sampai puluhan menit lamanya. Memohon doa untuk kesembuhan sang suami tercinta. Karena kesungguhannya bermohon itu, tak terasa air matanya meleleh, dan jatuh berderai-derai. Alhamdulillah, Allah SWT mengabulkan permohonannya. Dari hari ke hari kondisi Edo berangsur-angsur semakin membaik.
‘Amin . . . ya Allah, ya . . . Robhul ‘Alamin!’ tak henti-henti Hesty mengucapkannya setiap kali selesai berdoa’ untuk kesembuhan Edo, untuk kesehatan dirinya, anaknya, ayah-ibunya, dan terutama agar dirinya dikuatkan dari berbagai godaan, yang mungkin tak sanggup dihadapinya.Terutama godaan dari mantan atasannya; Mulyadi, yang nyaris setiap detik mengganggunya. Berdengung-dengung suara mantan atasannya itu dalam rongga telingannya.