Meningkatnya Beban Utang
Lembaga-lembaga keuangan yang memiliki pinjaman luar negeri dalam dolar AS tiba-tiba harus membayar lebih banyak dalam rupiah untuk melunasi utang mereka. Dengan nilai tukar yang merosot dari sekitar Rp2.500 menjadi lebih dari Rp10.000 per dolar AS, banyak lembaga keuangan tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Kredit Macet Melonjak
Perusahaan-perusahaan yang juga mengalami tekanan finansial tidak mampu membayar kembali pinjaman mereka ke bank. Hal ini menyebabkan lonjakan kredit macet (non-performing loans), yang merusak neraca keuangan bank.
Kepanikan Penarikan Dana
Masyarakat, yang kehilangan kepercayaan terhadap perbankan, mulai menarik dana mereka secara besar-besaran. Fenomena ini memicu krisis likuiditas di banyak bank, terutama bank-bank kecil yang sudah rapuh sebelumnya.
4. Kolapsnya Bank dan Lembaga Keuangan
Pada akhir 1997 dan awal 1998, banyak bank dan lembaga keuangan di Indonesia runtuh:
Penutupan Bank-Bank Bermasalah
Pada November 1997, pemerintah menutup 16 bank yang dianggap tidak sehat. Namun, langkah ini justru memicu kepanikan lebih besar, karena masyarakat mulai meragukan stabilitas bank lainnya.Krisis Kepercayaan pada Perbankan
Kolapsnya beberapa bank menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan secara keseluruhan. Banyak bank mengalami bank run, di mana nasabah menarik uang mereka dalam jumlah besar.Keterlibatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
Pemerintah mendirikan BPPN untuk mengambil alih bank-bank yang kolaps dan membantu menyelamatkan sistem perbankan. Namun, langkah ini membutuhkan dana yang sangat besar, sebagian besar berasal dari utang publik.
5. Contoh Kolaps Lembaga Keuangan Besar
Beberapa bank besar yang menjadi simbol kejatuhan sektor keuangan Indonesia selama krisis ini antara lain: