Namun aku tak mampu menyalahkan Lizz di saat seperti ini. Tangisnya terlihat tulus akan penyesalan dari sesuatu yang telah diperbuat. Terlebih, kini tubuhnya memelukku erat-erat dan membuat punggungku terasa basah karena air mata.
Mengetahui alasan Lizz masih menjadi misteri hingga saat ini. Namun aku yakin, pasti ada jalan keluar lain untuk Lizz, sahabat yang paling dekat denganku untuk keluar dari permasalahan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!