Bukankah tadi lorong ini sepi? Pikirku sejenak.
"Ya?" kataku berusaha memahami maksudnya.
Tapi dia tetap tidak bersuara. Pandangannya semakin lekat denganku. Sedangkan aku tidak bisa mundur lagi.
Sepertinya masih penasaran denganku. Entah apa yang dirasakan karena tatapannya terus ke arahku. Meski membuat risih, kulangkahkan kaki berusaha mengabaikannya dan tetap bersikap sopan. Siapa tahu dia anak pemilik kos bukan? Meski aku juga tidak yakin dengan hal ini.
Perempuan asing itu semakin mendekat. Sorot matanya kini berpindah perlahan dari wajahku ... menuju antingku? Lalu ke tubuhku? Kini gerakannya membuatku agak was-was. Apakah perempuan ini orang baik?
"Permisi? Numpang lewat."
Tidak lama kemudian ia meraih tangan kiriku yang sedang membawa sampah. Reflek, aku menjatuhkan kantong plastik karena tanganku ditarik olehnya. Dielus-elus. Lalu sepersekian detik kemudian raut wajahnya berubah menyebalkan saat aku menatapnya, dia terlihat antusias padaku, tapi anehnya jemariku ditarik dan dimasukkan ke dalam mulutnya hingga kulitku terasa basah. Ia mempermainkan empat jariku persis seperti memakan es krim.
"Apa yang kamu lakukan?! Hei?! Pergi kamu! Jijik!" Aku syok. Mulutku berteriak keras dengan spontan bersamaan dengan menarik tanganku kasar. Dalam situasi seperti ini, hanya rasa takut yang aku miliki.
"Perempuan aneh! Lizz ...! Tolong ...! Tolong aku ...!" Tak peduli lagi dengan sampah, aku lari ke kamar sambil merasa jijik pada jemariku sendiri. Tanganku menjijikkan! ludah? Hah? Tidak! Seolah air liur menjijikkan perempuan itu masih menempel pada jemariku dan tak bisa lepas. Aku berusaha mengelapnya sambil berlari, sambil ketakutan dan sambil merasa jijik. Semua terjadi dalam satu waktu.
Masih sambil berlari menuju kamar, aku menggosok-gosokkan jemariku ke baju, celana, menggosok jemariku ke sepatu, apapun! Berharap liur kotor di tangan ini segera hilang. Perasaan tidak enak benar-benar menghantuiku.
"Ada apa?! Ada apa Sya?!"