"Aku menaruhnya agak jauh," ucapnya. Kami berbicara sambil menahan dobrakan dari dalam rumah. "Aku sempat melihat seorang tamu yang dihajar lalu diseret ke dalam rumah. Lalu aku memutuskan mencari lokasi aman untuk mengawasi terlebih dulu."
"Oke cukup! bagaimana kita bisa lari dari sini?! Aku sudah tidak kuat!"
Adam terlihat berpikir keras. Sedangkan tubuhku hampir tidak dapat menahan sakit.
"Aku ada ide!" ucapku lalu membisikinya.
Setelah itu situasi yang terjadi, kami berusaha kabur namun tidak langsung melarikan diri. Kami berdua berusaha mencari pola penjahat itu mendobrak pintu. Beberapa waktu, dan di saat situasi yang kami butuhkan siap. Kami sengaja membiarkan kedua penjahat itu mendobrak pintu hingga terbuka.
Tubuh mereka terlihat kuat beriringan dengan pintu yang dengan cepat terbuka lebar. Kami tidak menahannya, tentu. Karena kami telah ambil posisi dengan kursi yang siap untuk menghantam kepala mereka. Dengan cepat, aku dan Adam menyerang di saat mereka kaget jika pintunya sangat mudah dibuka.Â
Pria bernama Tom yang dihantam kepalanya dengan kursi Adam terlihat kesakitan. Tubuhnya melemas. Sedangkan pria yang kuhadapi seperti tidak kesakitan. Pria itu hampir balas memukulku.
Tanganku melemah, sakit, dan berdarah. Aku tak cukup kuat untuk menghantam kursi yang lumayan berat ini. Namun sebelum pria itu menyerang, Adam telah melayangkan kursi di tangannya ke arah kepala pria di depanku.
Tanpa menunggu mereka bangkit. Aku dan Adam langsung berlari sekuat tenaga ke arah motor terparkir. Dengan penuh harap, semangat, dan harapan hiduo. Kami berlari sekencang-kencangnya sambil berteriak minta tolong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H